PENGAMAT Timur Tengah Smith Alhadar menilai pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Lembaga KTT Developing Eight (D-8) yang menyerukan persatuan negara-negara Islam memang bagus. Tetapi, Prabowo terkesan mengurui dan abai terhadap apa yang telah dilakukan negara-negara tersebut.
“Hanya saja terkesan Prabowo menggurui dan abai bahwa sesungguhnya seluruh negara Islam, khususnya negara-negara Timur Tengah, termasuk Turki, Iran, dan Mesir, sudah cukup keras mengecam Israel,” kata Smith kepada Media Indonesia, Minggu (22/12).
Bahkan, Turki menghentikan kerja sama ekonomi dengan Israel dan ikut bergabung dengan Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida di hadapan Mahkamah Global (ICJ).
“Sementara apa yang dilakukan RI dipandang belum seberapa ketimbang apa yang sudah dilakukan negara-negara D-8, khususnya Turki, Iran, dan Mesir. Jadi, Dapat dipahami bila Eksis pemimpin yang tersinggung, Lampau walkout,” paparnya.
Smith menambahkan Iran sendiri dua kali melancarkan serangan besar ke Israel. Sementara Mesir Lanjut berusaha meloloskan gencatan senjata Hamas-Israel.
“Prabowo sendiri (kalau saya Kagak salah) Kagak mengecam Israel dan hanya menyerukan persatuan negara-negara Islam,” lanjutnya
Menurutnya, Prabowo Kagak mendapatkan informasi yang cukup tentang perkembangan di Gaza dan apa yang telah dilakukan negara-negara di kawasan.
Mereka umumnya mengalami gejolak politik dalam negeri akibat Kagak berdaya menekan Amerika Perkumpulan (AS) dan beberapa negara Uni Eropa Kepada segera mengakhiri genosida serta ethnic cleansing yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Dia tak memungkiri bahwa Indonesia begitu vokal membela dan mendukung Palestina di Lembaga-Lembaga Global tetapi Kagak berarti menampik tindakan yang telah dilakukan negara-negara Islam.
“Benar RI sudah cukup membela Palestina di Lembaga-Lembaga Global, tapi Kagak berarti yang dilakukan negara-negara Islam lain lebih kecil kontribusinya Apabila dibandingkan dengan RI. Jadi, Kagak pada tempatnya Prabowo seolah menyalahkan negara D-8, khususnya Turki, Iran, dan Mesir, yang dianggap belum cukup berbuat Kepada Palestina, termasuk dalam Sokongan kemanusiaan,” tegasnya.
Dia juga menyoroti kritikan Prabowo tentang ketiadaan solidaritas, kerja sama dan keterpecahan Bunyi di antara sesama negara muslim.
“Harus diakui, Eksis agenda dan kebijakan yang agak berbeda di antara sesama negara muslim terkait Langkah menghadapi Israel, tapi mereka satu Bunyi dalam mendukung Palestina,” ujarnya.
“Prabowo Kagak cukup peka ketika ia mengatakan kita salalu menyatakan dukungan Kepada Palestina, Suriah, tapi dukungan yang seperti apa?” Pada kesempatan itu, Prabowo juga mengeritik strategi devide et impera yang Lagi melemahkan solidaritas antarnegara Muslim,” tambahnya.
Smith mengungkapkan dalam pidatonya, Prabowo menyebut konflik internal di beberapa negara muslim menjadi Misalnya Konkret adanya konflik internal di antara sesama. Kritik ini sepertinya mengarah pada Turki dan Iran yang berseberangan terkait Suriah.
Pasalnya, Iran mendukung rezim Bashar al-Assad, sementara Turki mendukung oposisi pimpinan HTS.
“Secara substansi Prabowo Kagak salah, tapi artikulasinya Kagak diplomatis dan salah tempat. Kagak Semestinya KTT D-8 dijadikan ajang salah-menyalahkan,” pungkasnya. (Fer/P-3)