Empat Komoditas Ini yang Bikin Rekanan RI-Uni Eropa Panas Dingin

Liputanindo.id JAKARTA – Konflik Indonesia dan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) yang Membangun Rekanan keduanya menjadi panas dingin terkait empat komoditas yang disengketakan.

Keempatnya yakni Pelarangan ekspor nikel Indonesia, kebijakan Uni Eropa terhadap produk minyak sawit, pengenaan bea masuk imbalan (BMI) dan bea masuk anti-dumping (BMAD) oleh Uni Eropa terhadap baja Indonesia, serta pengenaan BMI oleh Uni Eropa terhadap biodiesel Indonesia.

Baca Juga:
Uni Eropa Desak Israel Jalani Putusan ICJ, Stop Serangan Rafah

Terkait hal tersebut Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menegaskan Indonesia mau mempercepat penyelesaian Perundingan Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) sekaligus meminta Uni Eropa Demi bersikap Luwes dalam perundingan.

Cek Artikel:  Satgas Ungkap Intervensi Barang Impor Ilegal Senilai Rp20 Miliar

“Uni Eropa harus siap bersikap Luwes dalam perundingan, sehingga perjanjian yang disepakati dapat memberikan manfaat yang seimbang bagi kedua pihak,” ujar Zulkifli melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (25/8/2023).

Dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Eksekutif dan Komisaris Eropa Demi Perdagangan Valdis Dombrovskis pada Kamis (24/8), kedua pihak membahas beberapa isu perdagangan Indonesia-Uni Eropa, termasuk regulasi deforestasi Uni Eropa dan perkembangan kasus sengketa di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

“Kita tetap menolak regulasi lingkungan yang bersifat diskriminatif, parsial, dan menyulitkan petani kecil Indonesia. Harus dilakukan pendekatan yang lebih kolaboratif dan mengakomodir masukan negara Kawan,” kata Mendag.

Merujuk sengketa dagang di WTO, Mendag menegaskan kesiapan Indonesia Demi mengamankan kepentingan nasional sesuai dengan koridor WTO.

Cek Artikel:  Usai Terkontraksi di September 2023, Penjualan Eceran Kota Surabaya Oktober Naik

“Indonesia akan Lalu memperjuangkan kebijakan domestiknya dan akses bagi produk Indonesia di negara mitranya, termasuk Uni Eropa,” ujar Zulkifli.

Uni Eropa menempati urutan ketiga sebagai tujuan ekspor dan urutan keempat sebagai negara asal impor bagi Indonesia. Pada Januari-Juni 2023, total perdagangan Indonesia dan Uni Eropa tercatat sebesar 15,8 miliar dolar AS.

Pada periode ini ekspor Indonesia ke Uni Eropa tercatat sebesar 8,8 miliar dolar AS, sedangkan impor Indonesia dari Uni Eropa tercatat sebesar 6,9 miliar dolar AS.

Sementara pada 2022, total perdagangan Indonesia dan Uni Eropa tercatat sebesar 33,1 miliar dolar AS, naik 13,9 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 29,1 miliar dolar AS.

Cek Artikel:  Tarif Listrik PLN Naik Per 1 Desember 2023, Segini Tarifnya

Pada tahun tersebut, ekspor Indonesia ke Uni Eropa tercatat sebesar 21,5 miliar dolar AS. Sedangkan impor Indonesia dari Uni Eropa tercatat sebesar 11,7 miliar dolar AS.

Produk ekspor Indonesia ke Uni Eropa di antaranya minyak sawit dan fraksinya, asam lemak monokarboksilat industri, batubara, Bijih tembaga dan konsentrat, serta alas kaki dengan sol luar dari karet.

Sedangkan, impor Istimewa Indonesia dari Uni Eropa di antaranya tabung dan pipa lainnya, obat-obatan, vaksin Demi Mahluk dan hewan, mesin Demi Membangun pulp dari bahan selulosa berserat, serta limbah dan skrap.(HAP)

 

Baca Juga:
Uni Eropa Tak Bisa Tetapkan IRGC Sebagai Organisasi Teroris

 

Mungkin Anda Menyukai