Eling dengan Pancasila


DI negara yang majemuk seperti Indonesia, Pancasila sebagai ideologi negara semestinya sudah final. Lima sila yang disusun dan dirumuskan para bapak pendiri negeri ini puluhan tahun Lewat itu cukup menjadi pelita yang menerangi dan memandu kehidupan bangsa ini. Kehidupan menuju masyarakat adil dan makmur seperti yang dicita-citakan pada butir penutup.

Ia tentu saja bukan semata cita-cita Soekarno, Hatta, Yamin, atau Sjahrir, melainkan impian segenap masyarakat yang tersebar di penjuru Nusantara dari Sabang Tiba Merauke. Perkara impian tersebut belum terwujud, itu yang harus Lanjut diperjuangan dan diikhtiarkan dengan berpedoman dan mengacu pada keempat sila lainnya.

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa Jernih merupakan ikrar bahwa bangsa ini adalah bangsa yang berketuhanan. Itu artinya kita Kagak menepikan Keyakinan dan menghargai Seluruh pemeluknya, apa pun bentuk keyakinannya.  Begitu juga sila kedua yang mengajak kita Demi menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Adapun sila ketiga jadi semacam perekat sekaligus Penutup pengaman agar masyarakat yang hidup dengan ragam Spesies, budaya, dan Keyakinan ini Kagak tercerai-berai. Begitu juga dengan sila keempat yang mengajari kita nilai-nilai demokrasi.

Cek Artikel:  Wakil Menteri Muluskan Transisi

Harus kita akui, butir-butir sila itu sangatlah ideal karena mengandung nilai-nilai kebaikan di dalamnya. Tetapi, harus diakui pula, bangsa ini Lagi belum sepenuhnya memahami, apalagi mengamalkan nilai-nilai tersebut.

Lagi maraknya praktik korupsi, sentimen rasial, diskriminasi terhadap minoritas, dan kekerasan dalam penyelesaian konflik merupakan cermin bahwa Pancasila Lagi sebatas slogan. Padahal, Kalau saja filosofi dalam ideologi negara itu dipraktikkan dengan sungguh-sungguh oleh seluruh elemen bangsa, terutama para elite, setidaknya kita Kagak akan tersesat jalan.

Oleh karena itu, agar Kagak semakin kebablasan, momentum peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini harus jadi pengingat agar kita kembali eling dengan ajaran dalam ideologi tersebut. Tentu ini bukan semata tugas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), tapi juga menjadi pekerjaan rumah Berbarengan seluruh elemen bangsa.

Cek Artikel:  Begitunya Mengawal Bunyi

Para elite dan tokoh politik sudah Sepatutnya berada di garda terdepan. Mereka harus menjadi Teladan dan teladan. Bagaimana rakyat mau Taat Kalau perilaku para elitenya Malah jauh dari nilai-nilai Pancasila? Bagaimana masyarakat mau mematuhi hukum Kalau para elite yang Sepatutnya menjadi penjaga keadilan malah kongkalikong mempermainkan aturan?

Lagi terlalu banyak praktik lancung di negeri ini Demi disebutkan. Begitu juga tindakan-tindakan diskriminatif yang jauh dari rasa keadilan, Berkualitas di bidang ekonomi, sosial, maupun politik, yang hingga hari ini Lagi terjadi. Tentu kita Kagak boleh berputus asa. Jalan kebaikan,  bagaimanapun terjalnya, harus Lanjut diperjuangkan dengan bahu-membahu dan bergotong royong. Perbedaan politik Absah-Absah saja dalam alam demokrasi. Tetapi, prinsip dan tujuannya haruslah seiring sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai sila kelima, bukan segelintir individu maupun Golongan. Pancasila harus tetap hidup dalam relung jiwa bangsa Indonesia.

Cek Artikel:  Sirekap Biang Kegaduhan

Mungkin Anda Menyukai