El Nino

El Nino
Adiyanto Wartawan Media Indonesia(MI/Ebet)

AKHIR-AKHIR ini, kata El Nino ramai disebut. Ia jadi bahan acara gelar wicara di televisi dan diwartakan media massa, Berkualitas cetak maupun online. Kita mungkin Pandai Tak acuh atau enggak mau Paham mengenai fenomena tersebut. Tetapi, satu hal yang Niscaya, suka atau Tak suka, suhu udara, khususnya di kawasan Asia, termasuk Indonesia, tahun ini diprediksi akan terasa lebih panas dari biasanya. Sementara itu, di belahan dunia lain, seperti di beberapa Daerah Amerika, fenomena itu mungkin akan meningkatkan curah hujan yang Tak Standar, terutama di musim semi nanti. Jadi, si El Nino, diambil dari bahasa Spanyol yang artinya little boy itu, enggak Sekadar berdampak pada suhu panas dan kekeringan, tetapi juga dapat memicu banjir dan badai.

Cek Artikel:  Strategi Memerangi El Nino

Masalahnya, seperti yang dikhawatirkan para Ahli, Akibat perubahan iklim telah memicu fenomena cuaca itu menjadi kian ekstrem. Sepekan belakangan ini, di beberapa Daerah di Indonesia, terutama Jakarta, polusi udara telah meningkat drastis. Dinas Lingkungan Hidup DKI menyebut sumber polutan berasal dari sektor industri dan transportasi. Ditambah Akibat fenomena El Nino, Pandai dibayangkan bagaimana ‘kerasnya’ hidup di Ibu Kota dalam beberapa hari ke depan. Tentu saja yang paling merasakan dampaknya ialah mereka yang sehari-hari bergulat di jalanan, terutama para pekerja Pembangunan ataupun sopir ojek online. Tetapi, imbasnya secara luas juga dapat mengganggu perekonomian nasional.

Pekan Lampau, kantor Berita AFP menurunkan feature menarik bagaimana pedagang kaki lima di Vietnam harus mencari nafkah di tengah cuaca yang teramat terik itu, dari penjual buah hingga pedagang Mengembang bersepeda. Selain cuaca, hal lain yang mereka keluhkan ialah Lagi lesunya daya beli masyarakat. Fenomena itu rasanya juga Tak jauh beda dengan di Indonesia. Sejumlah Ahli mengatakan orang-orang kecil itulah yang terdampak paling parah dari perubahan iklim. Sebuah studi yang diunggah di Science.org pada 18 Mei Lampau, El Nino Maju-menerus mengurangi pertumbuhan ekonomi di tiap negara terdampak. Studi itu menghubungkan hilangnya pendapatan Mendunia sebesar US$4,1 triliun dan US$5,7 triliun akibat peristiwa El Nino pada 1982–1983 dan 1997–1998.

Cek Artikel:  Festival Handai Indonesia Tunjukkan Bahasa Indonesia kepada Dunia

Di Indonesia, ancaman kebakaran hutan, kekeringan berkepanjangan yang dapat menyebabkan gagal panen, kerusakan terumbu karang, serta menyusutnya populasi ikan, kiranya juga perlu dicarikan solusinya. Belum Kembali berbagai Akibat penyakit turunannya yang dapat mengganggu produktivitas masyarakat. Hal itu tentunya perlu diantisipasi dan Tak cukup sebatas imbauan dari lembaga pemantau cuaca. Upaya mitigasi yang serius dari pemerintah daerah, Berkualitas pusat maupun daerah, serta instansi terkait ataupun masyarakat, kiranya perlu dilakukan agar Akibat ulah ‘si anak Lelaki kecil’ dapat diminimalkan sehingga Tak menimbulkan banyak kerugian.

El Nino merupakan gejala alam yang tak terelakkan. Dengan Donasi teknologi dan kearifan, Mahluk hanya Pandai memprediksi dan mengurangi dampaknya. Kita mungkin Pandai belajar dari fenomena serupa yang pernah terjadi beberapa tahun Lampau, Berkualitas di Tanah Air maupun di negara lain. Jangan ketika bencana sudah terjadi, baru Seluruh sibuk saling menyalahkan. Itu basi, bung!

Cek Artikel:  Pendidikan Damai dan Kedisiplinan

Mungkin Anda Menyukai