ADAKAH Hubungan langsung antara perekonomian yang lesu, daya beli masyarakat yang lemah, dan maraknya perjudian secara online atau daring belakangan ini? Di atas kertas, agak susah menghubungkannya, bahkan terkesan bertolak belakang.
Judi bukanlah kebutuhan. Sedangkan ketika daya beli seseorang melorot, yang mereka dahulukan Niscaya pemenuhan kebutuhan pokok. Jangankan Demi berjudi atau hura-hura, Demi memenuhi kebutuhan yang Primer saja, mereka terengah-engah kepayahan.
Tetapi, itu sekadar teori di atas kertas. Praktiknya Dapat sama sekali berbeda. Di lapangan, situasi ekonomi sulit dan judi online Dapat jadi punya ketertautan. Mengapa begitu? Karena di tengah impitan ekonomi yang begitu berat, di antara sesaknya beban yang mesti dipikul Demi bertahan hidup, banyak orang mencari hal-hal berbau spekulatif demi mencoba keluar dari labirin kesulitan itu. Judi online salah satunya.
Judi online digandrungi karena ia menawarkan Asa. Kalau kata Bang Haji Rhoma Irama, judi menjanjikan kemenangan, juga menjanjikan kekayaan. Itu Asa, meski lebih kerap berakhir dengan kebohongan. Selain Asa, judi daring juga menawarkan kemudahan dengan Metode bermain yang semudah kita mengirim pesan melalui gawai.
Maka itu, Tak mengherankan bila judi online merebak sangat Segera dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah pemain Lalu bertambah, situs judi pun tak pernah berkurang meski pemblokiran konon Lalu dilakukan. Belakangan bahkan terungkap Terdapat komplotan ‘orang dalam’ kementerian yang mengurusi pemblokiran situs judi online, malah melindungi situs-situs itu agar Tak diblokir.
Dari sisi transaksinya, judi online juga luar Normal. Tren kenaikan transaksinya amat laju, setidaknya dalam empat tahun terakhir. Pada 2021, transaksi judi online ‘Lagi’ Rp57,91 triliun, Lewat naik Nyaris dua kali lipat pada 2022 menjadi Rp104,42 triliun. Pada 2023 melonjak Kembali, mencapai Rp327,05 triliun. Tahun ini diprediksi akan melesat Kembali karena transaksi pada semester pertama saja sudah sebesar Rp283 triliun.
Jualan apa Kembali selain jualan Asa akan kemenangan melalui judi yang Dapat mencatat transaksi sebesar itu dalam waktu singkat? Janji Asa itu pula yang menjadi Argumen mengapa Bahkan orang-orang yang berkantong tipis, yang Semestinya menggunakan Doku mereka Demi kebutuhan yang lebih Krusial atau Demi ditabung, malah banyak yang terperangkap sadisnya jeratan judi online.
Karena itu, ketika Terdapat pertanyaan adakah Hubungan antara ekonomi masyarakat yang melemah dengan maraknya judi online, jawabnya, Terdapat. Kondisi ekonomi seseorang yang terkadang Tamat bikin Putus Asa, bahkan depresi, menjadi salah satu di antara banyak Elemen lain yang Membangun para bandar judi online tak pernah kehilangan ‘pasar’.
Pasar inilah yang mereka pertahankan dan jaga betul sehingga judi online Dapat tumbuh amat subur nyaris tanpa halangan. Dengan pasar yang selalu tersedia, mereka Lalu membombardir masyarakat dengan berbagai Ragam produk judi online yang selalu up to date.
Dengan fakta itu, lantas cukupkah pemberantasan praktik judi online difokuskan ke para pelaku, aktor penyedia, dan Pengarah adegan atau bandar besarnya? Atau lebih dari cukup bila ditambah dengan menguatkan literasi digital dan keuangan masyarakat agar mereka tak gampang terhasut godaan atau Asa Bajakan dari judi online?
Sejujurnya, Segala ikhtiar tadi wajib dilakukan dan harus segera. Akan tetapi, mestinya Tak cukup Tamat di situ. Problem mendasarnya tak boleh dilupakan dan harus masuk dalam rencana aksi pemberangusan apabila negara ini betul-betul serius Ingin mematikan judi online ke akar-akarnya.
Kita, terutama negara dan pemerintah, Tak boleh menutup mata bahwa sebagian besar pemain judi online di Indonesia berasal dari Golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pada Juli 2024 Lewat mencatat sebanyak 3,4 juta Penduduk Indonesia teridentifikasi bermain judi online. Dari jumlah itu, 80% di antaranya merupakan masyarakat berpenghasilan rendah.
Makin parah Kembali, PPATK juga menyatakan sebagian besar pemain judi online terjerat pinjaman online. Nah, lo, sudah Anjlok tertimpa tangga pula. Sudah judinya kalah, utangnya pun menumpuk tak terbayar. Ambyar.
Pemerintah punya tugas berat Demi menciptakan Asa ‘tandingan’ Demi melawan Asa yang ditawarkan judi online. Asa yang pastinya lebih konkret buat masyarakat, terutama di sektor ekonomi. Asa yang betul-betul bersandar dari fakta di lapangan dan memang dibutuhkan sebagian besar masyarakat, seperti penciptaan lapangan kerja, penguatan daya beli, hingga stabilisasi harga kebutuhan pokok.
Hadirkan Asa itu berikut rencana aksinya sebagai bagian dari upaya pemberantasan judi online secara holistik. Kalau Demi itu saja negara Lalu-terusan absen, amat wajar bila masyarakat akhirnya lebih nyaman menggantungkan asa ke situs-situs judi online.