Liputanindo.id JAKARTA – Direktur Penting PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau Holding Perkebunan, Mohammad Abdul Gani mengatakan sumber Daya terbarukan (EBT) bioetanol yang berasal dari tanaman tebu lebih efisien dibandingkan biodiesel dari kelapa sawit.
“Di antara dua komoditas Daya yang berbasis green Yakni biodiesel dan bioetanol itu sebenarnya yang paling efisien bioetanol,” kata Gani dalam sesi Percakapan di Gedung Kementerian BUMN Jakarta pada Kamis (26/10/2023).
Baca Juga:
Airlangga: RI Kuasai 54% Sawit Dunia
Sebagai Komparasi, Jernih Gani, Indonesia Mempunyai luas lahan kelapa sawit 16 juta hektare dengan produktivitas rata-rata 3 ton per hektare.
Dari jumlah 3 ton kelapa sawit per hektare itu, lanjut Gani, bila diolah menjadi biodiesel hanya menghasilkan atau 2,5 kiloliter biodiesel. Sementara pada 1 hektare lahan tebu dapat menghasilkan 4,5 Tamat 5 kiloliter etanol.
“Maknanya apa? Kemampuan tanah menghasilkan etanol itu dua kali lebih besar dibandingkan dengan biodiesel,” ucapnya.
Oleh karena itu, menurut Gani, pemerintah sebaiknya menetapkan kembali peta jalan Daya baru dan terbarukan Indonesia salah satunya dengan menggeser pemanfaatan biodiesel menjadi bioetanol.
“Menurut saya road map Daya baru terbarukan Indonesia paling Akurat adalah menggeser yang tadinya dari biodiesel ke etanol,” ujarnya.
Dia juga mengusulkan pemanfaatan 2 juta hektare lahan konversi Kepada ditanami tebu karena dapat menghasilkan 10 juta kiloliter etanol guna membantu memenuhi kebutuhan bahan bakar nasional.
“Kalau Eksis lahan baru apakah lahan konversi dari sawit ataupun dari karet rakyat yang kurang menguntungkan, dua juta hektare aja itu Dapat menghasilkan 10 juta kiloliter,” ujarnya.
Seperti dilansir Antara. Menteri Daya dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah Lalu menggalakkan pemanfaatan bahan bakar bioetanol sebagai upaya meningkatkan ketahanan Daya nasional.
Dia menerangkan pada November 2022, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program bioetanol dari tanaman tebu di Mojokerto, Jawa Timur.
“Kemudian, pencampuran bioetanol juga tengah dilaksanakan PT Pertamina (Persero) melalui campuran etanol lima persen dengan bensin RON 95 pada produk Pertamax Green 95 dan Ketika ini telah tersedia di beberapa SPBU di Surabaya dan Jakarta,” ujarnya di Jakarta, Senin (9/10).
Kepada mendukung keberlanjutan mandatori bioetanol ke depan, lanjut Arifin, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
“Perpres tersebut didorong karena terbatasnya bahan baku tebu dan juga terbentur dengan masalah pangan, sehingga pemerintah mendorong pengembangan bahan bakar nabati berbasis potensi lokal dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal,” ucap Arifin.(HAP)
Baca Juga:
Perluas Jangkaun EBT, ITS Desain PLTS Apung Laut Pertama di Indonesia