Dukung Pertumbuhan Ekonomi BI Perkuat Bonus KLM

Jakarta: Bank Indonesia (BI) akan memperkuat insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (LKM) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

“KLM ini adalah instrumen kebijakan makroprudensial yang melengkapi instrumen lain. Kita akan mengevaluasi, dan tentu kita perkuat lagi, ke depan pun seperti itu, penguatan terus dilakukan,” kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Solikin M. Juhro dalam taklimat media di kantornya, dilansir Media Indonesia, pada Rabu, 25 September 2024.

Bonus KLM sedianya diberikan oleh BI untuk memacu pertumbuhan kredit nasional. Bank yang menyalurkan kredit pada sektor-sektor prioritas dan produktif dapat menikmati fasilitas stimulus dari bank sentral.

Bonus tersebut berupa pemotongan setoran Giro Wajib Minimum (GWM) dalam rupiah yang wajib dipenuhi secara rata-rata kepada BI.

Cek Artikel:  Jokowi Bersua Elon Musk, Bahas Potensi Pengembangan Investasi di Indonesia

Besaran total insentif paling besar 4 persen. Solikin menyampaikan, dampak positif dari insentif KLM itu sejatinya terlihat dari kinerja penyaluran kredit nasional yang konsisten tumbuh sejak Januari 2024 di atas 10 persen.

“Kredit tumbuh 11,4 persen. Ini konsisten sejak awal tahun tumbuh di aas 10 persen. Jadi ini menunjukkan juga ekonomi dari sisi pembiayaan masih bagus,” jelas dia.


 


Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI

Data BI menunjukkan capaian insentif KLM sebesar 3,44 persen, atau Rp256,06 triliun pada September 2024. Secara sektoral, insentif KLM utamanya dikontribusikan dari sektor hilirisasi dan inklusif, atau Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM).

Eksispun realisasi KLM per kelompok bank, yakni, oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) senilai Rp24,35 triliun dan rasio insentifnya di angka 3,17 persen; bank BUMN Rp118,56 triliun dengan rasio insentif 3,83 persen; bank umum swasta nasional (BUSN) Rp110,54 triliun dengan rasio insentif 3,23 persen; dan kantor cabang bank asing (KCBA) Rp2,61 triliun dengan rasio insentif 1,61 persen.

Cek Artikel:  Deflasi hingga Skema Investasi Hulu Migas

Ke depan, kata Solikin, BI juga memperkuat kebijakan insentif KLM ke sektor industri padat karya (labour intensive) sebagai prioritas dalam pemberian insentif KLM itu. Tujuannya ialah agar perbankan mau menyalurkan pendanaan ke sektor-sektor padat karya yang menciptakan lapangan kerja besar bagi masyarakat.

“KLM itu sejatinya memberikan 50 persen kepada sektor yang labour intensive, menyerap tenaga kerja. Tapi kita ingin lebih berkualitas, menyejahterakan. Ini yang ke depan kita evaluate,” kata Solikin.

“Kita mapping, sebagian besar sudah labour intensive, tinggal bagaimana kita optimalkan. Karena nature industri tadi itu punya konsentrasi sendiri. Nanti kita mapping sektor labour intensive, menyerap tenaga kerja, kita dukung melalui kebijakan BI,” pungkas dia.

Cek Artikel:  Hutama Karya Raih 22 Penghargaan Nasional, Buktikan Komitmen dalam Penemuan dan Transparansi

Mungkin Anda Menyukai