Duka Mandalika Terbelit Utang


GEGAP gempita Begitu menggelar balap motor paling pretisius di dunia, World Superbike dan Moto-GP, Membangun Sirkuit Mandalika di Nusa Tenggara Barat langsung menjadi perhatian masyarakat dunia.

Ajang itu diproyeksikan menjadi jantung pengembangan kawasan ekonomi Tertentu Mandalika. Ibarat Mempunyai daya magis, Sirkuit Mandalika distempel sebagai simbol kebangkitan pariwisata dan perekonomian oleh Presiden Joko Widodo. Enggak hanya di NTB, juga bagi seluruh Indonesia.

Tetapi, Rupanya proyek Sirkuit Mandalika yang dikembangkan di Kawasan Ekonomi Tertentu (KEK) Mandalika, Nusa Tenggara Barat, rupanya kini terlilit utang senilai Rp4,6 triliun. Ironi dari kemegahan Mandalika yang Enggak Pandai dibayarkan.

Menurut Direktur Penting (Dirut) InJourney, Dony Oskaria yang mengelola Sirkuit Mandalika, tanggungan utang itu dibagi dalam dua term pembayaran. Jangka pendek sebesar Rp1,2 triliun dan jangka panjang sejumlah Rp3,4 triliun.

Cek Artikel:  Narasi Bengkok Penghapusan Bansos

Buntutnya, solusi yang ditawarkan Demi meminta Biaya segar ialah dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Sebagai badan usaha Punya negara, InJourney atau Indonesian Journey meminta penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp1,19 triliun Demi menyelesaikan utang jangka pendek.

Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata ini menyebutkan bahwa permintaan PMN ini Demi menyelesaikan utang atas beban yang timbul setelah adanya penugasan dari pemerintah. Tujuannya menyehatkan perusahaan dari pengelolaan KEK Mandalika.

Sebenarnya bukan kali ini saja Mandalika menyedot Duit rakyat. Sebelumnya pemerintah telah mengucurkan PMN kepada PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) senilai Rp1,3 triliun.

Selain alokasi PMN ke BUMN, APBN juga dipakai di Mandalika melalui penganggaran kementerian dan lembaga sebesar Rp1,18 triliun. Lewat Bonus PPN atas jasa kena pajak Rp240,73 miliar dan Bonus bea masuk dan pajak impor Rp10,41 miliar.

Cek Artikel:  Menuju Silaturahim Akbar Indonesia

Begitu besarnya fasilitas negara yang disedot Mandalika menjadi gambaran bagaimana perlakuan anggaran negara Demi sebuah proyek mercusuar meskipun ujungnya tekor.

Bukannya mendatangkan pemasukan bagi negara yang telah memodali Rp2,4 triliun dalam pembangunannya, kini Mandalika Malah menangguk utang Tengah. Bukan Enggak mungkin, Kalau secara ekonomi pengelolaannya Maju merugi, utang bakal semakin membumbung.

Meruginya Mandalika juga bakal menyulut persoalan masa depan sosial dan ekonomi kawasan setempat. Menjadi pertaruhan tentang kelanjutan iklim investasi di Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya Lombok Tengah.

Kini pengelola muncul rencana Demi menghapus gelaran World Superbike karena kerugian yang Enggak terhindarkan akibat Enggak Pandai menarik para investor. Mandalika praktis hanya bergantung pada ajang Moto-GP yang bakal digelar Oktober mendatang.

Cek Artikel:  Merdeka Dari Ketimpangan

Rakyat tentu berharap Segala anggaran negara tersebut Enggak berakhir dengan kerugian. Anggaran yang jumlahnya triliunan tersebut Dapat diselamatkan dan menghasilkan pemasukan berlipat bagi negara.

Demi itulah, pengelola mesti berbenah. Perlunya Demi memperkuat ekosistem pariwisata di kawasan Mandalika. Diversifikasi ajang dan kejuaraan balapan lainnya sehingga Pandai menciptakan ekosistem yang lebih berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan sirkuit.

Meskipun proyek Sirkuit Mandalika lebih kental nuansa sebagai proyek mercusuar, tetapi tetap harus dirancang kelayakan ekonominya. Publik tentu Enggak mau kondisi Mandalika terjadi di proyek mercusuar lain yang dibangun Jokowi.

Tanpa pembenahan, proyek Mercusuar semacam Mandalika hanya akan membebani APBN. Duit rakyat akan kian tergerus karena proyek mercusuar yang Enggak dikelola dan dikendalikan dengan Berkualitas.

Mungkin Anda Menyukai