Kontroversi kembali mencuat setelah sebuah video lelet yang menampilkan Miftah Maulana Habiburahman mengejek Yati Pesek, pesinden senior yang juga legenda dalam seni tradisional, viral di media sosial.
Dalam video tersebut, Miftah dilihat melontarkan candaan yang dianggap merendahkan Ibu Yati, memicu perdebatan sengit di kalangan netizen.
Video yang kini tengah viral sebenarnya diambil dua tahun Lampau. Dalam cuplikan tersebut, Miftah Maulana Habiburahman menyampaikan rasa syukurnya karena Yati Pesek Kagak Mempunyai kecantikan fisik, dengan candaan bahwa Apabila Yati Ayu, ia mungkin akan menjadi seorang “lonte”.
Candaan itu langsung dibalas oleh Ibu Yati dengan reaksi yang terkesan santai Tetapi menyiratkan kekecewaan
“Sekarang kok gini omonganmu?”
Gus Miftah kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa ia Kagak berani menganggap serius Ibu Yati karena khawatir akan “keracunan”, merujuk pada usia Yati yang sudah lebih Sepuh.
Perkataan tersebut menuai reaksi Berbagai Macam-macam, Bagus dari kalangan pecinta seni tradisional maupun masyarakat luas.
Tanggapan Seniman Erick Estrada
Kontroversi semakin memanas setelah Erick Estrada, seorang seniman yang dekat dengan Ibu Yati, membagikan voice note yang berisi keluhan Yati Pesek.
Dalam rekaman tersebut, Yati Pesek mengungkapkan perasaan terluka yang selama ini ia pendam. Ia merasa candaan Miftah, yang dianggap Kagak Layak Kepada seorang tokoh Religi, sangat menyakitkan.
“Diriku loro ati, leh,” ujar Ibu Yati dalam voice note tersebut. Ia juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap seni dan budaya tradisional. “Kalau bercanda, belajar sama orang yang paham komedi,” tambahnya, menekankan bahwa humor haruslah disampaikan dengan penuh rasa hormat.
Reaksi Masyarakat
Reaksi masyarakat terhadap video tersebut Berbagai Macam-macam, Tetapi banyak yang merasa prihatin terhadap candaan Miftah. Yati, sebagai pesinden senior yang telah mengabdikan diri Kepada melestarikan seni tradisional, tentu layak dihormati.
Banyak pihak yang menilai komentar tersebut telah merendahkan Derajat seni dan budaya Jawa, serta melukai hati seorang seniman yang dihormati.
Kontroversi ini mengingatkan kita akan pentingnya batasan dalam bercanda. Khususnya ketika bercanda ditujukan kepada seseorang yang lebih Sepuh atau Mempunyai reputasi besar dalam masyarakat.
Seni tradisional, seperti sinden, adalah bagian dari warisan budaya yang harus dihargai dan dijaga kehormatannya. (Instagram/kepoin_trending/Z-10)