Liputanindo.id – Buntut drama pemecatan Dekan Fakultas Topengteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Budi Santoso alias Prof BUS kini berakhir damai dengan pimpinan Rektorat Unair.
Pihak pimpinan Rektorat Unair bersama Prof BUS juga secara langsung melakukan pertemuan di gedung Rektorat kampus C Unair, Surabaya, Selasa (9/7/2024) sore.
Rektor Unair Prof M Nasih mengatakan buntut drama ini bahwa pihaknya sudah menerima surat keberatan oleh Prof BUS dan tim Advokasi terkait alasan pemberhentiannya sebagai Dekan FK Unair.
“Tentu karena kami sudah menerima surat dari Prof BUS, cuma agak sulit baca surat Prof BUS, tulisan tangan, saya bukan apoteker,” kata Prof Nasih, kepada awak media.
Sebelumnya, Prof Bus bersama tim Advokasi telah mendatangi gedung rektorat untuk mengirim surat keberatan tersebut serta mempertanyakan alasan mendadak pemecatannya, pada Senin (8/7/2024) kemarin.
“Tapi kami paham apa yang disampaikan Prof BUS dan ada alasan bagi kami mengangkat beliau sebagai dekan, ya kita angkat. Sudah selesai,” katanya.
Meski masalah ini berbuah manis dan menemui titik terang. Prof Nasih enggan membeberkan inti dari konflik masalah pemecatan Prof BUS yang telah selesai tersebut.
Selain itu, dia juga tidak enggan menjawab apakah dasar pemecatan Prof BUS sebelumnya karena pendapatnya yang menolak dokter asing ke Indonesia.
“Saya enggak tahu soal pendapat soal apa, yang saya tahu ini sahabat saya,” ujarnya.
Meski begitu, Prof Nasih terkesan tertutup dan hanya menyebut permasalahan tersebut telah jadi masalalu. Sehingga, sekarang dia meminta kepada semua pihak fokus untuk membangun Unair secara bersama-sama.
“Itu masa lalu (dasar masalah) sekarang fokus ke depan untuk Unair yang dicintai bersama,” jelasnya.
Lebih lanjut Prof Nasih menyampaikan dengan selesainya permasalahan ini, maka Prof BUS bisa kembali berkantor di FK Unair dan menjabat sebagai dekan mulai besok, Rabu (10/7/2024).
“Soal administratif saya tidak tahu, nanti bagian hukum. Terpenting mulai besok pagi beliau mulai ngantor kembali,” jelasnya.
Sementara itu, Prof BUS mengutarakan permohonan maaf. Karena, menurutnya ada hal yang telah dilakukan tidak pada tempatnya.
“Alhamdulillah semua sudah berakhir, saya secara pribadi menghaturkan permohonan maaf kepada bapak rektor, mungkin saya bermaksud mewakili diri pribadi, tapi mungkin terlalu kelewatan sehingga saya menggunakan institusi. Ini salah saya dan alhamdulillah bapak rektor memaafkan, saya serahkan kembali ke bapak rektor,” kata Prof BUS.