SEMANGAT transformasi digital sebagai langkah pemerintah Indonesia yang tertuang melalui rancangan RPJPN 2025-2045 memprioritaskan agenda transformasi digital Demi mengatasi disrupsi teknologi sektor publik.
Deputi Bidang Kajian dan Hasil karya Manajemen ASN Lembaga Administrasi Negara (LAN) Agus Sudrajat, mengatakan perlu integrasi teknologi digital dan kecerdasan buatan di sektor publik dapat mengubah Langkah pemerintah bekerja, berinteraksi dengan masyarakat, dan memberikan layanan publik.
“Tetapi demikian birokrasi dihadapkan pada tantangan akan terbatasnya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang Mempunyai kompetensi dan keterampilan digital,” katanya di acara Virtual Public Lecture ASN Talent Academy (ATA) Explore Edisi 11, Selasa (10/12).
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara hybrid, berkolaborasi dengan Tanoto Foundation yang menghadirkan berbagai narasumber. “Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai lembaga think tank administrasi negara dan instansi pembina pengembangan kompetensi ASN melaksanakan berbagai upaya Demi melakukan upskilling dan reskilling literasi dan kompetensi digital bagi ASN,” ujarnya.
Agus mengingatkan pentingnya para pimpinan birokrasi Demi mengambil peran sebagai digital leader Demi mengawal transformasi digital di sektor publik.
Sementara itu, Kepala Pusat Kajian Manajemen ASN LAN Elly Fatimah, menyampaikan bahwa dari hasil kajian ditemukan bahwa berdasarkan jenis jabatan fungsional yang Terdapat di ASN, terdapat 12 jabatan fungsional yang terkait digitalisasi.
Sehingga, Apabila dilihat dari hal tersebut Ketika ini hanya 0,74% yang masuk dalam Golongan Bakat digital. Selain itu Elly juga menyampaikan Terdapat ketimpangan distribusi Bakat digital yang dapat menghambat percepatan pembangunan berbasis teknologi, yang Tetap cenderung terpusat di instansi pusat dan kota besar saja.
“Demi itu perlu adanya rekrutmen yang memprioritaskan Bakat digital sesuai dengan kebutuhan Ketika ini dan mendatang. Dan Demi jabatan fungsional yang Ketika ini sudah Terdapat perlu dilakukan enrichment, upskilling, serta berfokus pada kompetensi spesialis maupun advance, dengan berkolaborasi antara pemerintah, privat, dan akademisi Demi menciptakan ekosistem Bakat,” ungkapnya.
Elly juga meniali perlunya Panduan teknis jabatan fungsional di bidang komunikasi dan informatika, serta Hasil karya Demi memenuhi Bakat digital nasional dan kesenjangan ASN Bakat digital.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Stella Christie menekankan pentingnya pemaknaan terhadap transformasi digital.
Dia mengatakan bahwa penggunaan digital dan juga kecerdesan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah Demi melakukan efisiensi, memaksimalkan fungsi ASN agar membawa Akibat bagi negara dan masyarakat. “Poinnya bukan digitalnya, tapi transformasi manusianya, bagaimana system thingking-nya,” ujarnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Leader of Mckinsey’s People and Organizational Performance Practice in Southeast Asia Phillia Wibowo, menyatakan pentingnya pengembangan keterampilan oleh sumber daya Orang (SDM) yang memberikan mereka mereka kelebihan dari mesin Demi mempersiapkan pekerjaan di masa depan.
Dalam uraiannya, Phillia menegaskan Demi Bukan memulai segala sesuatunya dengan AI. Orang (human) dapat menggunakan AI Demi menganalisis problem apa yang Ingin dipecahkan.
Sementara itu, Asisten Deputi Bidang Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Penerapan SPBE Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-Rebito) Cahyono Tri Birowo menyampaikan bahwa AI bukanlah pengambil keputusan.
“AI adalah tools yang membantu kita, karena AI itu dididik oleh kita. Jadi seperti apa kita ke depannya ditentukan oleh kita, bukan AI,” pungkasnya. (J-2)