DIREKTUR PT Untung Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan pada penutupan perdagangan sore ini, Selasa (19/11), mata Duit rupiah ditutup menguat 12,5 poin menjadi Rp15.844,5 per dolar Amerika Perkumpulan (AS). Penguatan ini disebabkan pelemahan dolar AS.
“Pelemahan dolar terjadi karena pembacaan inflasi yang kuat dari minggu Lewat, ditambah dengan sinyal yang kurang dovish dari Federal Reserve atau The Fed,” ungkapnya dalam keterangan Formal, Selasa (19/11).
Ia menyebut pelaku pasar memperkirakan Kesempatan 55,7% Demi pemangkasan Spesies Merekah federal fund rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) pada Desember mendatang dan 44,3% pasar memperkirakan Kesempatan Spesies Merekah FFR tetap atau Enggak berubah.
Ketidakpastian pasar Dunia juga dipicu dari data inflasi konsumen Jepang Demi Oktober, yang akan dirilis pada pekan ini. Kekhawatiran muncul setelah data produk domestik bruto Jepang yang mengecewakan dengan menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jepang melambat secara substansial pada kuartal ketiga.
Unsur eskternal penguatan rupiah yakni Bank Rakyat Tiongkok akan memutuskan Spesies Merekah acuan pinjaman utamanya akhir minggu ini, dengan para ekonom memperkirakan Spesies Merekah tersebut Enggak akan berubah setelah pemangkasan pada bulan Oktober. Keputusan Spesies Merekah tersebut juga muncul karena langkah-langkah stimulus terbaru dari Tiongkok sebagian besar Enggak memuaskan, sementara ekonomi menunjukkan sedikit tanda-tanda perbaikan.
Dari Unsur internal, Terdapat permintaan dari sejumlah pihak agar pemerintah berhati-hati Membikin regulasi terkait kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12% di 2025, karena kondisi ekonomi Dunia Demi ini sedang Enggak Berkualitas-Berkualitas saja, sehingga akan berpengaruh terhadap menurunkan daya beli masyarakat.
Demi tahap awal diusulkan agar implementasi PPN 12% yang akan dipungut pada awal tahun depan diterapkan terhadap sektor-sektor tertentu yang Enggak berpengaruh secara langsung terhadap daya beli masyarakat luas. (J-3)