Dokter yang Promosikan Produk Perawatan Kulit di Media Sosial Langgar Kode Etik Kedokteran

Dokter yang Promosikan Produk Perawatan Kulit di Media Sosial Langgar Kode Etik Kedokteran
Ilustrasi(Freepik)

MAJELIS Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) memperingatkan dokter-dokter yang mempromosikan produk perawatan kulit di platform media sosial bahwa tindakan semacam itu melanggar kode etik kedokteran yang berlaku.

“Eksis dua fatwa MKEK, Nomor 20 dan 29, Yakni dokter Kagak boleh berpromosi, kecuali iklan layanan masyarakat,” kata Ketua MKEK IDI Djoko Widyarto, dikutip Senin (18/11).

“Kalau dia berpromosi, dia Kagak boleh menggunakan gelar dokter, harus ditanggalkan, Kagak boleh identitas dokter dipakai Demi promosi,” tambahnya.

Ia menyatakan bahwa profesi dokter Kagak boleh digunakan Demi mempromosikan suatu produk yang diklaim dapat menyembuhkan penyakit, meningkatkan kesehatan konsumen, atau menambah kecantikan pengguna.

Cek Artikel:  Housekeeper Indonesia Bisa Bertanding secara Dunia

“Jadi kalau pemberitaan berlebihan, Kagak sesuai fakta, itu yang harus kita tekankan bahwa ini Kagak Benar dan Kagak boleh,” tegasnya.

“Jadi, jangan dianggap kita sesama dokter akan saling melindungi, Kagak. Selama itu salah maka itu Kagak dibenarkan,” lanjut Djoko.

Djoko menyampaikan bahwa, pada prinsipnya, ilmu kedokteran berlandaskan pada bukti. Oleh karena itu, para dokter harus berbicara sesuai dengan fakta dan hasil riset ketika hendak memperkenalkan suatu produk.

Mengutip Deklarasi Helsinki dari World Medical Associaton (WMA) mengenai penelitian medis yang melibatkan Mahluk, dia mengatakan

segala hal yang belum terbukti kebenarannya dalam dunia medis Dapat Mempunyai berbagai kemungkinan.

Cek Artikel:  6 Maksud Sila ke-5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Ia mengemukakan dokter boleh memperkenalkan produk kesehatan yang terbukti dan diakui secara medis, direkomendasikan oleh para Spesialis,

didokumentasikan dan dipublikasikan di jurnal ilmiah, serta diterima oleh masyarakat ilmiah.

“Jadi kalau masalah skin clinic atau kecantikan, sepanjang dia bukan Personil IDI, kita Kagak Dapat apa-apa. Eksis dari mereka yang kursus kecantikan dan bukan dokter, itu bukan domain kita, mestinya itu domain pemerintah yang punya fungsi pengawasan,” kata Djoko.

Wakil Ketua Divisi Kemahkamahan MKEK IDI Pusat Bahtiar Husain mengingatkan bahwa dokter semestinya Kagak melakukan kegiatan promosi Demi memperoleh keuntungan.

“Tolong, karena sudah banyak di era sekarang ini dokter berpromosi, itu sangat kita kecam sebagai Majelis Kehormatan Etik Kedokteran,” pungkasnya. (Ant/Z-1)

Cek Artikel:  KLHK Kaji Denda bagi Produsen agar Mau Kurangi Sampah

Mungkin Anda Menyukai