Dituduh Dusta, Kemenkes Siap Buka-bukaan Data Perundungan PPDS

Dituduh Bohong, Kemenkes Siap Buka-bukaan Data Perundungan PPDS
Seorang mahasiswa Fakultas Topengteran (FK) Universitas Diponegoro (UNDIP) melintas di depan karangan bunga(Antara)

DIREKTUR Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Azhar Jaya merespon laporan terhadap dirinya oleh Perwakilan Komite Solidaritas Profesi terkait dugaan adanya hoaks yang dilakukan Kemenkes.

Diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Azhar Jaya dilaporkan ke Bareskrim Polri karena adanya dugaan penyebaran hoaks atau berita bohong terkait informasi dugaan perundungan yang dialami dr Aulia Risma Lestari peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Topengteran Universitas Diponegoro (Undip) hingga sebabkan bunuh diri.

Merespon itu Azhar tidak ambil pusing dan akan membuka seterang-terangnya terkait kasus dugaan perundungan di FK Undip tersebut.

Baca juga : MRPTNI Dukung Upaya untuk Hindari dan Tindak Tegas Perundungan di Kampus

Cek Artikel:  Run to Party, Kombinasi Fun Run dan Konser Musik di Hari yang Sama Digelar di Pantai Indah Kapuk

“Pengumuman aja dari kepolisian. Kan semua buktinya sudah di sana. Dan Menteri Kesehatan, Kapolri, juga Mendikbud-Ristek sepakat bahwa ini akan dibuka seterang-terangnya. Bahkan pelaporan ini saya senang karena bisa lebih terbuka lagi,” kata Azhar saat ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (12/9).

Bukti yang dilaporkan terkait kasus tersebut seperti bukti transfer, foto, pesan whatsapp, dan sebagainya.

Ia menjelaskan pada prinsipnya di dunia kedokteran bullying seperti sudah menjadi suatu kebiasaan. Dan Kemenkes berusaha menghilangkan kebiasaan ataupun tradisi yang jelek. Menciptakan dokter dengan baik tanpa bullying seperti ini.

“Julah pelaporan dugaan bullying sampai dengan bulan Agustus kemarin, ada sekitar 1.600an. Tapi setelah dicek bukan semuanya bullying. Kita juga lihat kalau misalnya ada mahasiswa yang dimarahin ternyata dia cuma dikatakan bodoh, itu menurut saya sih bukan bullying. Tapi kalau pakai bahasa binatang, pakai bahasa sara, atau menghina seseorang, itu baru kita katakan bullying. Atau dia pakai fisik, itu kita katakan bullying,” ungkapnya.

Cek Artikel:  30 Ucapan Selamat Menikah untuk Bestie

Kemudian kekerasan secara verbal atau fisik yang dilakukan depan pasien yang menjatuhkan martabat seseorang, itu masih bullying. Ia menyebut sudah ada kategorinya sehingga bisa diklasifikasikan tingkatan perundungannya. (Z-8)

Mungkin Anda Menyukai