Dirundung Kolega Sekelas, Pankreas Bocah 6 SD Robek hingga Meninggal Dunia di Lamongan

Liputanindo.id – Seorang murid kelas 6 Sekolah Dasar (SD) meninggal dunia akibat pangkreas robek usai mendapatkan perlakuan bullying dari Kolega sekelasnya, di Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur.

Nasib malang bocah berisinial ARS (12) didiagnosis mengalami robek pankreas usai didorong Kolega sekelasanya pada 19 Februari 2024 Lewat.

Hal itu diceritakan oleh Ibu korban Chresa Sulistiana (35). Ia menyampaikan Demi itu ARS mencoba menghindar Demi diajak bercanda dengan terduga pelaku.

ARS mencoba berlari tapi malah didorong oleh pelaku. Lantas badan korban Terperosok hingga membentur sudut tangga keramik menuju sekolah.

“Jadi ceritanya, anak saya ini posisinya menghindari temannya itu karena Tak mau diajak bercanda. Dia lari habis itu didorong dan Terperosok, ulu hatinya kena benturan undak-undakan (tangga) pinggiran keramik,” kata Chresa, Demi dihubungi, Jumat (3/5/2024).

Pihak sekolah pun kemudian menghubunginya, mengabari bahwa ARS anaknya sedang dirawat di puskesmas akibat terjatuh. Demi Chresa tiba, anaknya sudah mengeluh kesakitan Sembari memegangi perut.

“Saya tanya ke wali muridnya. Ini anak saya kenapa kok Terperosok Tiba gini, anak saya megangin perut Sembari sesak napas. Lanjut wali kelasnya bilang, ‘Normal mbak anak-anak bercanda’. Saya pikir bercanda kok Tiba lihat di perutnya Tiba Terdapat goresan babras (luka),” ucapnya.

Cek Artikel:  Usai Urus Surat Belum Pernah Dipidana, Ujungnya Kaesang Batal Ikut Pilkada Jateng

Puskesmas kemudian merekomendasikan agar ARS dibawa ke rumah sakit. Chresa Lewat melarikan anaknya ke RS Muhammadiyah Lamongan. Sementara korban Lanjut mengeluh kesakitan dan sesak nafas.

Kemudian korban ARS harus dirawat selama beberapa hari di RS Muhammadiyah Lamongan Buat menjalani rontgen dan computerized tomography (CT) scan. Hasilnya diagnosa dokter menyebut organ pankreas anaknya malah mengalami robekan. “Dan setelah di kasih tau hasil CT scan itu di pankreasnya Terdapat kayak robekan,” ucapnya.

Karena luka dan kondisi ARS yang parah, anaknya itu kemudian dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya, 23 Februari 2024.

Dokter juga mendiagnosa pankreas korban mengalami robek dan tak Pandai berfungsi dengan Bagus. “Sementara dari (RSUD dr) Soetomo pun dikasih tau kalau pankreasnya pecah akibat benturan itu tadi,” ucapnya.

Cek Artikel:  Soal Kasus Bullying di Undip Semarang, Menkes Budi Gunadi Desak Perbaikan Sistem PPDS

Lebih lanjut Chresa menceritakan kondisnya anaknya Tak Pandai makan sama sekali. Bahkan urinenta mengeluarkan Rona merah dan lambungnya Lanjut menerus mengeluarkan cairan berwarna hijau dan tak menahan buang air besar.

“Anak saya Lagi Pandai ngomong, ngomong lah ke dokter. (Dokter tanya) ‘adek kenapa dek Pandai kayak gini?’, (ARS menjawab) ‘itu bu dokter saya didorong sama Kolega pas waktu melaksanakan upacara’,” nelangsa Chresa Demi menirukan ucapan anaknya.

Usai 17 hari dirawat di RSUD dr Soetomo, ARS mengembuskan nafas terakhirnya pukul 19.22 WIB, Senin, 11 Maret 2024, atau awal Ramadan Lewat.

Chresa begitu terpukul atas kepergian anaknya. Ia menyayangkan mengapa peristiwa ini Pandai terjadi. Demi ARS pertama kali mengalami dorongan hingga akhirnya meninggal, dia beberapa kali mempertanyakan kasus ini ke pihak sekolah.

Tetapi, kata dia, alih-alih mengusut peristiwa ini dan memberikan Denda ke pelaku, pihak sekolah hanya menyebut peristiwa ini merupakan candaan anak-anak belaka.

Cek Artikel:  Info Duka, Tosari Widjaja Tutup Usia pada Kamis Pagi

Pihak sekolah Hanya sekali menengok korban Demi dirawat di RS Muhammadiyah Lamongan. Serta bertakziah ke rumah ketika ARS meninggal dunia.

“Kok temannya Tak di Denda dan Tak ditindaklanjuti sama pihak sekolah,” kata Chresa bertanya-tanya.

Chresa pun melaporkan kejadian yang menewaskan anaknya itu ke Polres Lamongan. Laporannya pun sudah diterima dengan LP: LP-B/137/V/2024/SPKT/POLRES LAMONGAN/POLDA JAWA TIMUR, Kamis (2/5).

Dia berharap mendiang anaknya memperoleh keadilan, dan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini bertanggung jawab di mata hukum.

“Cita-cita saya Buat mendapat keadilan, apakah si sekolah memebenarkan bullying begitu Tiba meregang nyawa. Kita seorang ibu Tiba anak Tak Terdapat, saya Lagi merasa shock, Lagi merasa kehilangan. Adai saja anak saya Lagi Terdapat,” tuturnya.

Sementara itu, Kasi Humas Polres Lamongan Ipda Andi Nur Cahya mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki kasus ini. Sejumlah saksi-saksi tengah diperiksa.

“Lagi dilidik dan pemeriksaan saksi-saksi,” kata Andi.

Mungkin Anda Menyukai