
DI tengah absennya Rekanan diplomatik antara Indonesia dan Taiwan, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Taiwan memainkan peran signifikan dalam kemitraan publik yang mengukuhkan Interaksi kedua negara. Indonesia dan Taiwan telah menjalin Interaksi selama 53 tahun, tapi pemerintah Indonesia Kagak menempatkan perwakilan diplomatik resminya di Taiwan karena prinsip satu Tiongkok. Meskipun Eksis Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, kantor perwakilan ini Kagak berwenang menjalankan fungsi diplomatik sebagaimana Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Kehadiran berbagai organisasi masyarakat Indonesia di Taiwan mengisi ruang Hampa diplomatik melalui pertukaran sosial budaya antarmasyarakat kedua negara. Seiring dengan semakin meningkatnya peran publik dalam diplomasi antarnegara, mereka tergerak mempromosikan kepentingan Indonesia di Taiwan, terutama dalam mengenalkan kekuatan lunak Indonesia sebagai sebuah bangsa besar dengan keragaman kekayaan kultural. Misi itulah yang juga menggerakkan PCI NU Kepada Lanjut berkiprah di Taiwan.
PCI NU ialah jangkar diplomasi Indonesia di Taiwan. Kekuatan diplomasi NU terletak pada dakwah Islam sebagai rahmat bagi seluruh penjuru alam semesta, termasuk Taiwan. Dengan menyandingkan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia dalam konteks lokalitas Taiwan, NU berkontribusi mempromosikan Paras Islam dan Indonesia yang ramah di Bumi Formosa. Kontribusi itu telah lelet terwujud melalui pelbagai komunitas pengajian yang melebur dalam kehidupan sosial masyarakat Taiwan selama puluhan tahun.
Secara kultural, NU telah Eksis di Taiwan sejak 1990-an dalam bentuk majelis taklim yang dikelola secara swadaya oleh komunitas jamiyah nahdliyin di berbagai daerah. Secara struktural, PCI NU yang Formal berdiri pada 5 Oktober 2008 membawahi 12 ranting yang tersebar di Keelung, Taoyuan, Hualien, Kaohsiung, Chiayi, Changhua, Taichung, Penghu, Taitung, Yilan, Guanyin, dan Dongkang. Badan-badan otonom di Dasar naungan PCI NU seperti Muslimat, Fatayat, Ansor, NU Care-Lazisnu, Lakpesdam, Lembaga Dakwah NU, dan Pagar Nusa juga beroperasi di Sekalian ranting. Pada 13 Mei 2018, PCI NU memperoleh legalitas Formal dari Kantor Kesejahteraan Sosial Pemerintah Kota Taipei sebagai organisasi kemasyarakatan luar negeri yang Absah dan Mempunyai kekuatan hukum dalam beroperasi di Taiwan.
Sejalan dengan pengakuan Formal formal tersebut, diplomasi dakwah NU di Taiwan kian gencar. Hal itu terbukti dari semakin besarnya kontribusi PCI NU dalam mendorong pemerintah Taiwan menciptakan lingkungan sosial yang ramah Kepada Muslim, mendukung sertifikasi produk halal, dan memberdayakan sekaligus melindungi Penduduk negara Indonesia (WNI) di Taiwan.
Lingkungan ramah muslim
Dalam Dunia Muslim Travel Index yang dirilis MasterCard-Crescent Rating tahun Lewat, Taiwan menempati peringkat kedua sebagai negara nonanggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang Mempunyai lingkungan paling ramah terhadap muslim.
Sepanjang tujuh tahun terakhir, pemerintah Taiwan Lanjut membuka diri terhadap kedatangan pengunjung muslim, Bagus yang bekerja, sekolah, kunjungan bisnis, maupun sekadar berwisata. Upaya itu merupakan bagian dari strategi Taiwan Kepada memperluas jangkauan Dunia di tengah semakin sempitnya peran Dunia akibat tekanan Tiongkok.
PCI NU terlibat dalam implementasi strategi itu melalui kolaborasi intensif dengan pemerintah dan dunia usaha. Ketika Taipei berinisiatif mendirikan musola di berbagai fasilitas publik, pemerintah kota menggandeng jemaah nahdliyin Kepada mendesain ruangan, menentukan arah kiblat, dan melengkapi kebutuhan peralatan shalat seperti sarung, mukena, sajadah, dan juga Al-Qur’an. Pemerintah Kota Taipei bahkan memproduksi video promosi lingkungan ramah Islam yang menampilkan wali kota dan sejumlah Member jamiyah NU. Video itu diputar di sudut-sudut strategis Kota Taipei.
Ketika Sinchung Halal for Taiwan hendak ekspor ke Indonesia, PCI NU menghubungkannya dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar produk perusahaan ini mendapatkan sertifikat halal. Di samping itu, PCI NU juga memberikan saran dan masukan kepada restauran, hotel, dan tempat wisata, yang berniat menyediakan produk halal dan ruangan Tertentu salat. Hasilnya, di sektor Masakan misalnya, jumlah restoran halal kini mencapai 250 unit di seluruh Taiwan.
Pertambahan jumlah fasilitas ramah muslim di berbagai tempat telah menjadikan umat Islam semakin mudah beribadah. Selain di dua masjid yang sudah berdiri di Taipei, umat Islam juga Dapat salat di musala yang tersedia di stasiun, terminal, pusat perbelanjaan, kampus, perpustakaan, serta sejumlah tempat wisata seperti Taipei 101 dan Chiang Kai-shek Memorial Hall.
Keberadaan Sekalian fasilitas ramah muslim itu berdampak positif terhadap pandangan masyarakat lokal Taiwan terhadap Islam. Kalau dulu Islam umumnya kerap diidentikkan dengan terorisme dan radikalisme, kini Islam sangat lekat dengan keramahan. Masyarakat lokal Taiwan semakin mengenal dan memahami Islam sebagai Religi yang Kasih damai. Tak jarang pula, masyarakat lokal Taiwan ikut terlibat dalam agenda dakwah yang dijalankan PCI NU. Bahkan, berbagai komunitas lokal berkunjung ke kantor PCI NU Kepada berdiskusi tentang Islam dan Indonesia.
Dalam penyelenggaraan salat Idul Fitri pada 23 April 2023, pemerintah Kota Taipei mengizinkan PCI NU menggunakan ruang publik di pusat kota. Salat yang diadakan di depan halaman Museum Nasional Taiwan itu didukung oleh Dunia Workers Organization (GWO), sebuah organisasi nonpemerintah yang bergerak dalam bidang pemberdayaan pekerja migran. Dilaksanakan dalam enam gelombang, aktivitas ibadah itu diikuti oleh Sekeliling 15.000 orang yang mencatatkan rekor jumlah jemaah terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan salat Id oleh PCI NU.
Berkumpulnya ribuan orang di ruang terbuka dengan menampilkan gerakan salat menjadi perhatian tersendiri masyarakat Taiwan. Bagi Penduduk lokal, itu adalah hal baru. Dengan sendirinya, mereka mengenal Islam dan tentunya Indonesia. Pengenalan itulah yang lantas mendorong orang Taiwan Kepada lebih memahami Islam.
PCI NU mewadahi rasa Ingin Mengerti tersebut dan bahkan memfasilitasi Penduduk yang Ingin memeluk Islam. Dekat setiap pekan selalu Eksis Penduduk yang mengucapkan dua kalimat syahadat di kantor PCI NU ataupun di 12 ranting lainnya. Dalam prosesnya, PCI NU menyiapkan segala hal administratif terkait status mualaf dan melakukan pembimbingan keagamaan secara intesif Serempak dengan WNI yang juga membutuhkan. Langkah itu merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat yang Kagak terbatas pada WNI saja, tetapi juga terhadap Penduduk lokal Taiwan.
Pemberdayaan WNI
Di antara Dekat 300 ribu WNI di Taiwan, yang tercatat secara Formal dalam data terkini imigrasi Taiwan adalah 256.008 orang. WNI yang Kagak terdaftar Dapat jadi Mempunyai permasalahan keimigrasian dan kebanyakan di antaranya ialah pekerja migran. Mayoritas pekerja migran Inodnesia bekerja di sektor rumah tangga. Mereka seringkali berada dalam posisi lemah ketika berhadapan dengan majikan dan sistem ketenagakerjaan. Karena itu, pemberdayaan dan perlindungan WNI sangat Krusial dilakukan.
Mengingat mayoritas WNI di Taiwan ialah pekerja migran, sasaran program pemberdayaan masyarakat PCI NU difokuskan pada Golongan sosial ini. PCI NU secara rutin menyelenggarakan pengajian dan pelatihan keterampilan kerja. Bagi pekerja migran, pelatihan sangat Krusial Kepada meningkatkan kualitas kerja sesuai standar kinerja yang dipatok majikan. Masalah kadang muncul Kalau hasil kinerja Kagak sesuai ekspektasi. Kalau hal itu terjadi, PCI NU juga menyediakan advokasi.
Advokasi itu dijalankan oleh satgas yang dibentuk KDEI Kepada membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pekerja migran Indonesia. Meskipun bertugas melindungi WNI, KDEI Kagak Dapat berkerja sendirian menangani persoalan pekerja migran. Dalam hal inilah Member NU dibutuhkan Kepada menopang tugas KDEI. Melalui jaringan akar rumput yang dimiliki, PCI NU selalu sigap dalam menyelesaikan permasalahan WNI yang tersebar di banyak tempat.
Salah satu bentuk kesigapan itu adalah langkah strategis NU Care-Lazisnu dalam memobilisasi Biaya Sokongan sosial. Lembaga ini secara aktif dan kolektif mengumpulkan donasi dari WNI di Taiwan dan lantas menyalurkannya kepada yang membutuhkan, Bagus di Taiwan maupun di Indonesia. Ketika wabah Covid-19 merebak dan mencapai puncaknya, NU Care-Lazisnu menyalurkan Sokongan kepada WNI yang sakit. Aksi sosial itu Lanjut berlanjut hingga sekarang.
Dalam hal ini, PCI NU sesungguhnya memainkan fungsi diplomatik dalam perlindungan WNI. Di Taiwan, diplomasi NU adalah diplomasi dakwah yang yang langsung mendekat dan berdampak ke publik. Di tengah aneka tantangan ke depan, model diplomasi semacam ini perlu Lanjut dilestarikan demi Gambaran positif Islam dan Indonesia yang ramah dan penuh kedamaian.

