Dino Patti Djalal Ungkap Lima Tips Imajiner SBY ke Jokowi Agar Ikhlas Turun Jabatan

Dino Patti Djalal Ungkap Lima Tips Imajiner SBY ke Jokowi Agar Ikhlas Turun Jabatan
Presiden Joko Widodo (kanan) menyambut Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (21/9/2024)(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

WAKIL Menteri Luar Negeri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Dino Patti Djalal memberikan ‘imajinasi’-nya tentang Presiden Jokowi yang akan purnatugas pada 20 Oktober mendatang. 

Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) itu bercerita hal ini persis seperti sejarah yang kembali berulang. Pada 20 Oktober 2014, SBY meninggalkan istana.

“Pada 20 Oktober 2014, saya persis berada di samping Presiden SBY, mendampingi ketika beliau meninggalkan istana, momen yang sama ketika Presiden Jokowi masuk Istana untuk memulai masa jabatannya,” kata Dino, melalui akun Instagramnya, Rabu (25/9)

Baca juga : Demokrat Masuk Kabinet? Puan: Tanya Pak Jokowi

Dino mengatakan, seandainya Jokowi menanyakan SBY mengenai tips mengakhiri masa jabatan, apa yang mungkin kira-kira menjadi jawaban SBY.

“Menurut imajinasi saya, mungkin jawabannya ini,” kata Dino.

1. Jokowi harus menerima kenyataan bahwa eranya sudah berakhir. Terima kenyataan ini dengan bulat, dan dengan ikhlas, dan dengan bersyukur sudah memberikan upaya yang terbaik.

Baca juga : SBY Temui Jokowi Bahas Agenda Summit Aliansi Sedunia Demi Membasmi Malaria

Cek Artikel:  KPK Panggil 5 Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan CCTV di Bandung

“Ingat, legacy kita tidak ditentukan oleh survei sesaat. Biarlah rakyat dan sejarah yang menilai sumbangsih kita. Post power syndrome pasti akan ada, karena dialami oleh semua pemimpin yang turun, namun itu tidak boleh menggerogoti kita,” kata Dino menjelaskan imajinasinya soal jawaban SBY ke Jokowi.

2. Jangan mengambil keputusan strategis apapun di akhir masa jabatan, baik mengenai personel maupun kebijakan.

Sewaktu masuk menjadi Presiden pada 2004 misalnya, kata dia, SBY tidak menjalankan keputusan pengangkatan panglima TNI, yang dilakukan oleh presiden sebelumnya hanya beberapa bulan sebelum masa jabatannya berakhir. Asal Mula, presiden terpilih mempunyai mandat sendiri.

Baca juga : SBY Jadi Penasihat Tertentu Dunia Basmi Malaria

“Mandat yang sangat masif sebagai pemimpin yang paling banyak mengantongi suara dalam pemilu di seluruh dunia. Sebagai pemimpin, beliau mempunyai agenda sendiri, preferensi sendiri, pilihan Sendiri. Kita tidak boleh mengatur, mengutak-atik atau mempengaruhi opsi kebijakannya. Let him decide. It is President Prabowo’s time now.”

Cek Artikel:  Polisi Bongkar Jaringan di Tanjung Pura, Pengedaran Dilakukan Mengenakan Drone

3. Presiden yang telah lengser tidak boleh memposisikan diri sebagai patron terhadap presiden penggantinya. Sepanjang sejarah Republik Indonesia, dari 7 presiden yang ada, tidak pernah ada satupun presiden yang dipatroni oleh presiden sebelumnya.

Dino mengatakan Presiden Soeharto tidak pernah dipatroni oleh Presiden Soekarno. Presiden Habibie yang notabene merupakan Anak Emas dari Presiden Soeharto tidak pernah memposisikan dirinya untuk dipatroni oleh Presiden Soeharto.

Baca juga : Presiden Jokowi Terima SBY di Istana Merdeka

“Begitu juga dengan Presiden Abdurrahman Wahid, begitu juga dengan Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka tidak ada yang menempatkan diri untuk dipatroni presiden-presiden sebelumnya. Dan saya yakin juga Presiden Jokowi tentu tidak mau dipatroni oleh presiden sebelumnya atau Presiden sebelumnya sebelumnya.”

4. Sebagai pemimpin tertinggi, idealnya presiden masuk dengan baik, keluar dengan baik, masuk dengan cemerlang, keluar dengan cemerlang, masuk dengan terhormat, keluar dengan terhormat.

Ukuran sukses presiden hari ini adalah harus bisa mewariskan Indonesia dalam kondisi yang lebih baik kepada Presiden selanjutnya.

Cek Artikel:  Taktik Kopi Sachet Gagal, WN Malaysia Ditangkap Bawa 11 Kg Narkoba

“Dan jujurnya, tidak semua Presiden dalam sejarah Indonesia berhasil melakukan ini.”

5. Sehebat apapun, sebesar apapun kekuasaan presiden saat ini, tidak lebih besar dari Indonesia. Indonesia jauh lebih besar.

“Siapapun yang melupakan ini akan diperingatkan sejarah. Presiden Soekarno yang pernah menjadi Presiden seumur hidup dijegal oleh sejarah. Presiden Soeharto yang berkuasa terlalu lama akhirnya ditegur sejarah. Presiden Abdurrahman Wahid yang ingin membubarkan DPR juga dijatuhkan oleh sejarah,” kata Dino.

Demikian, lima butir imajinasi Dino Patti Djalal mengenai apa yang mungkin akan disampaikan oleh Presiden SBY kepada Presiden Jokowi mengenai cara mengakhiri jabatan.

“Ikhlas menerima kenyataan bahwa era kita sudah berakhir. Jangan mengambil keputusan strategis baik mengenai personel pemerintahan maupun kebijakan. Jangan memposisikan diri sebagai patron terhadap presiden pengganti kita. Masuk hormat, turun dengan terhormat. Hindari hal-hal yang kelak dapat membuat kita diganjar oleh sejarah,” kata Dino. (P-5)

Mungkin Anda Menyukai