Didemo Besar-besaran, Netanyahu Minta Ampun tapi Tolak Menyerah

Didemo Besar-besaran, Netanyahu Minta Maaf tapi Tolak Menyerah
Benjamin Netanyahu.(Dok Al-Jazeera)

PERDANA Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan permintaan maaf yang jarang dilakukannya kepada keluarga enam sandera yang dieksekusi kelompok militan Hamas. Tetapi, Netanhayu bersikeras bahwa dia tidak akan menyerah pada masalah mempertahankan kekuatan militer di Koridor Philadelphi.

“Hati saya dan hati bangsa ini hancur berkeping-keping,” kata Netanyahu dalam konferensi pers khusus. Tetapi, ia mempertahankan pendiriannya yang teguh dalam menghadapi kritik bahwa ia menggagalkan kesepakatan.

Dia berbicara ketika kematian para sandera yang ditembak dari jarak dekat oleh penculik mereka selama seminggu mengguncang negara tersebut. Bahkan serikat pekerja terbesar di negara itu mengadakan pemogokan nasional menuntut kesepakatan gencatan senjata segera.

Baca juga : Instruksi Baru Hamas bagi Penjaga Sandera Israel di Gaza

“Saya mohon maaf karena kami tidak berhasil membawa mereka pulang hidup-hidup. Kami sudah dekat, tetapi kami tidak berhasil,” kata Netanhayu kepada keluarga enam sandera. “Saya bekerja sepanjang waktu, mencari setiap jalan yang mungkin untuk membawa 101 sandera yang tersisa kembali ke Israel,” sebutnya.

“Saya ngotot agar sandera hidup dipulangkan maksimal,” ujarnya. Ketika ini, imbuhnya, jumlah tersebut telah ditingkatkan menjadi 23 pada tahap pertama dan diperkirakan masih hidup sekitar 66 sandera.

Sebelumnya pada hari ini, Presiden AS Joe Biden menyalahkan Netanyahu dan Hamas atas tidak ada kesepakatan. Biden berbicara dengan wartawan sebelum pertemuannya dengan anggota tim perundingnya di Gedung Putih pada Senin (2/9), setelah mendengar bahwa salah satu dari enam tawanan ialah warga Israel-Amerika Hersh Goldberg-Polin, 23.

Baca juga : Hamas Tuding Netanyahu Tanggung Jawab atas Kebuntuan Negosiasi Gaza

Cek Artikel:  Nikaragua Sebut Israel Pelaku Genosida dan Putus Interaksi Diplomatik

Dia muncul untuk mengonfirmasi laporan bahwa AS akan segera memberikan kesepakatan akhir penyanderaan kepada Israel dan Hamas. “Kami hampir mencapainya,” katanya ketika ditanya tentang laporan itu.

Dia juga ditanyai alasan upaya ini akan berhasil ketika inisiatif sebelumnya gagal. “Cita-cita abadi muncul,” kata Biden sebagai tanggapannya, sambil menambahkan pihaknya tidak akan menyerah. “Kami akan terus berusaha sekuat tenaga,” tambahnya.

Pejabat senior Hamas, Sami Arang Zuhri, mengatakan bahwa komentar Biden ialah pengakuan bahwa Netanyahu meremehkan upaya tersebut. Zuhri menambahkan bahwa setiap proposal untuk gencatan senjata permanen dan penarikan penuh Israel akan diterima secara positif. Ia pun menekankan bahwa kedua langkah tersebut diperlukan untuk mencapai kesepakatan.

Baca juga : Pengunjuk Rasa Blokade Jalan-Jalan di Israel, Pemogokan Standar Dmulai

Dalam konferensi persnya pada Senin malam, Netanyahu menepis kritik dari Washington dan menyatakan bahwa lima hari yang lalu para pejabat senior AS berbicara tentang fleksibilitas dan tekad Israel untuk mencapai kesepakatan. Oleh karenanya, Philadelphi tidak bisa dinegosiasikan.

“Saya ingin menanyakan sesuatu, apa yang berubah dalam lima hari terakhir? Apa yang berubah? Satu hal, para pembunuh ini mengeksekusi enam sandera kami. Mereka menembak mereka di bagian belakang kepala. Itu yang berubah dan sekarang setelah ini, kita diminta untuk menunjukkan keseriusan. Kami diminta untuk membuat konsesi. Pesan apa yang dikirimkan Hamas?” jelasnya.

“Dikatakan, bunuh lebih banyak sandera. Bunuh lebih banyak sandera. Anda akan mendapatkan lebih banyak konsesi. Tekanan internasional harus diarahkan kepada para pembunuh ini, kepada Hamas, bukan kepada Israel,” kata Netanyahu.

Cek Artikel:  Anggota Selandia Baru, Australia dan Polandia Bebas Visa Masuk China, Ini Syaratnya

Baca juga : Ibu Kaum Prancis yang Disandera Hamas Harap kepada Netanyahu

“Kami mengatakan ya, mereka selalu mengatakan tidak, tetapi mereka juga membunuh orang-orang ini dan sekarang kami membutuhkan tekanan maksimal terhadap Hamas,” tambah Netanyahu.

“Saya tidak percaya bahwa Presiden Biden atau siapa pun yang serius dalam mencapai perdamaian dan membebaskan (para sandera) akan menekan Israel daripada Hamas yang harus membuat konsesi,” tegas Netanyahu. “Kami menyetujui garis besar yang disampaikan oleh Presiden Biden pada 31 Mei. Kami menyetujui yang mereka sebut sebagai teks mediasi akhir pada 16 Agustus. Hamas menolak. Mempertahankan Koridor Philadelphi, membuat kesepakatan lebih mungkin tercapai,” lanjutnya.

Ketika Hamas memahami bahwa Israel tidak akan meninggalkan koridor itu, pihaknya akan mencapai kesepakatan. Sikap ini membantu Israel memulangkan sandera dan mencapai tujuan perang Gaza yakni membebaskan para tawanan, menghancurkan Hamas, dan memastikan bahwa daerah kantong tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi Israel.

Netanyahu menghabiskan sebagian besar konferensi persnya untuk membela keputusannya untuk tetap berpegang teguh pada Philadelphi, zona penyangga penting antara Mesir dan Gaza bagi Hamas menyelundupkan senjata yang memungkinkannya melakukan serangan 7 Oktober dan meluncurkan roket terhadap Israel selama bertahun-tahun.

Ketika Israel meninggalkan Koridor Philadelphi pada 2005 saat penarikan pasukan dari Gaza, terjadi pengenalan besar-besaran senjata, amunisi, mesin untuk memproduksi senjata, dan mesin untuk menggali terowongan. Itu semua disponsori oleh Iran, diarahkan oleh Iran, dan dibiayai oleh Iran. “Poros kejahatan itu perlu mendapatkan kembali kendali atas Koridor Philadelphi,” kata Netanyahu.

Cek Artikel:  Anak-anak Gaza Divaksin Polio

Dia menambahkan bahwa Hamas bersikeras karena alasan ini bahwa mereka tidak akan berada di sana dan karena alasan ini, Netanhayu bersikeras bahwa pihaknya akan berada di sana. Dia menggunakan peta besar Gaza untuk menunjukkan bahayanya mundur dari Koridor Philadelphi dan ada juga bahaya bahwa Hamas dapat menyelundupkan sandera keluar dari Gaza dan mungkin sampai ke Iran kecuali Israel tetap berada di sana.

Pejabat keamanan, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant, mengatakan bahwa Israel mampu untuk menarik diri sementara dari Koridor Philadelphi untuk memungkinkan pemenuhan tahap pertama kesepakatan penyanderaan. Isu-isu seperti masa depan Koridor Philadelphi dan gencatan senjata permanen akan dinegosiasikan secara bersamaan.

Netanyahu menolak pernyataan tersebut. Ia menyatakan bahwa para pejabat pertahanan punya sejarah panjang dalam memberikan nasihat keamanan yang terbukti keliru. 

Dia mengatakan bahwa begitu Israel meninggalkan Philadelphi, mereka tidak akan pernah diizinkan kembali. Dia menjelaskan bahwa pada akhirnya, ini bukan semata-mata masalah militer, tetapi juga masalah diplomatik yang harus mempertimbangkan strategi yang lebih luas. “Ini bukan masalah keamanan, ini tentang strategi geopolitik nasional,” ujarnya.

Israel tidak akan menyerah pada isu-isu eksistensial. Tetapi pihaknya telah fleksibel dalam banyak hal lain. Hal itu merupakan elemen dari kesepakatan tersebut.

Netanyahu juga berbicara tentang pentingnya memulangkan lebih dari 60.000 penduduk wilayah utara yang belum dapat tinggal dengan aman di rumah mereka sejak 8 Oktober, akibat perang lintas batas antara Hizbullah dan IDF. (Jerusalem Post/Z-2)

Mungkin Anda Menyukai