Desoekarnoisasi Jilid II

Desoekarnoisasi Jilid II
Guntur Soekarno Ketua Dewan Ideologi DPP PA GMNI/Pemerhati Sosial(MI/Susanto)

SEBAGAI seorang penganut ideologi Marhaenisme ajaran Bung Karno, membaca artikel Marhaenisme di Tengah Desoekarnoisasi karya Retor AW Kaligis di harian Kompas, 19 Agustus 2023, secara kejiwaan hati penulis bergetar. Rupanya era reformasi Begitu ini, di kala UUD Asli Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh sementara kalangan diamendemen bahkan hingga 4 kali, menjadi celah masuknya ideologi liberal kapitalistik, di samping merembes masuknya golongan Islam ortodoks beraliran khilafah yang isi keduanya bertentangan dengan semangat dan jiwa Pancasila 1 Juni 1945 dan UUD revolusi 1945.

Dalam artikelnya, AW Kaligis mengingatkan, di era Begitu ini proses desoekarnoisasi Tetap Terdapat dan tetap berjalan. Pernyataan tersebut penulis benarkan seratus persen karena dalam realitas kehidupan sosial politik, proses itu Tetap Maju berlangsung dengan berbagai Persona. Sebagai Teladan adanya Tap MPRS 33/1967 yang Terang-Terang menyatakan Soekarno patut diduga terlibat G-30-S PKI.

Kalimat tersebut Terang-Terang suatu proses desoekarnoisasi yang sangat Enggak manusiawi. Teladan lain dari proses desoekarnoisasi yang dilakukan di era Orde Baru ialah dihembus-hembuskannya bahwa Soekarno adalah budak penjajah Jepang yang mengorbankan ribuan pekerja Romusha.

Adapun bila kita menganalisis secara jernih, Soekarno ‘terpaksa’ melakukan hal itu Kepada menyelamatkan seluruh bangsa agar Enggak menjadi korban yang sia-sia dari kekejaman sistem sasisme Jepang sang penjajah. Menurut mereka, dari ‘dosanya’ tersebut wajar bila kalangan berideologi ‘kanan’ menginginkan nama Soekarno dihapuskan saja dari Kitab Tambo sejarah Indonesia.

Cek Artikel:  Koperasi Desa Merah Putih Dari Desa Kepada Indonesia

 

Teladan lain proses desoekarnoisasi jilid II

Bila kita menghayati sebuah artikel di kitab Di Rendah Bendera Revolusi jilid I, yakni artikel ‘Tabir Adalah Lambang Perbudakan,’ secara gamblang yang bersangkutan mengatakan sebagai seorang muslim Personil Muhammadiyah menyatakan bahwa tabir yang memisahkan saf lelaki dengan Perempuan adalah lambang perbudakan kaum hawa.

Menurut yang bersangkutan, pemisahan saf ketika salat berjemaah cukup diberi jarak pemisah dan bukan tabir. Pendirian ini Membikin kalangan Islam ortodoks, ulama-ulama sempit pikiran, kiai kolot pikiran, dan sebagainya menghujat Soekarno sebagai seorang muslim bejat yang perlu dihilangkan keberadaannya di kaum muslim.

Lebih kompleks Tengah, setelah Soekarno secara aklamasi diangkat sebagai presiden pertama Republik Indonesia merdeka, Metode-Metode desoekarnoisasi yang digunakan lebih Enggak manusiawi Tengah, yakni dengan jalan membunuh Soekarno sebagai jalan pintas desoekarnoisasi. Maka, terjadilah apa yang dikenal sebagai Peristiwa Cikini 1957 yang dilakukan oleh oknum-oknum GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) yang secara langsung ataupun Enggak langsung mendapat dukungan dari agen andalan CIA di Indonesia, Bill Palmer.

Cek Artikel:  Tumor Otak Tantangan dan Masa Depan

Belum hilang dari ingatan kita peristiwa tragis tersebut yang Membikin korban anak-anak kecil dan remaja murid-murid dari Yayasan Perguruan Cikini. Lebih-lebih Tengah ketika agen CIA Bill Palmer dibantu oleh Ketua Biro CIA Indonesia Hugh Tovar dan agen-agen yang lain, maka terjadilah beberapa proses desoekarnoisasi (melenyapkan Soekarno) dengan jalan terjadinya peristiwa Idul Adha. Yakni, ketika Presiden Soekarno sedang melakukan salat Idul Adha, seorang teroris Personil DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) dari posisi empat baris di belakang Soekarno melakukan penembakan ke arah Soekarno. Tetapi, atas lindungan Allah SWT, tembakan itu meleset dan mengenai seorang petugas dari DKP (Detasemen Kawal Pribadi), Sudarjat. Ia tertembus timah panas dari punggung tembus ke dada depan sebelah kiri. Syukur alhamdulillah nyawa Sudarjat dapat diselamatkan sebagaimana juga Presiden Sukarno.

Kejadian lain proses desoekarnoisasi ialah pencegatan rombongan Presiden Soekarno yang akan menuju Bandung di Jembatan Rajamandala. Rombongan dicegat sepasukan Personil DI/TII Kartosuwiryo Kepada dibunuh, tapi gagal karena tim Spesifik DKP berhasil menaklukkan mereka lebih dahulu sehingga sekali Tengah Presiden Soekarno selamat dari desoekarnoisasi.

Usaha mereka selanjutnya ialah Begitu seorang penerbang MIG-17 AURI binaan Permesta melakukan penembakan ke Istana Merdeka dengan maksud melenyapkan Presiden Soekarno. Peluru yang dimuntahkan oleh Daniel Alexander Maukar Benar mengenai kursi makan Presiden Soekarno, tetapi gagal melakukan desoekarnoisasi karena kebetulan Presiden Enggak duduk makan siang di kursi tersebut karena sedang memimpin rapat di Dewan Nasional di sebelah Istana Merdeka.

Cek Artikel:  Bukan sekadar Menciptakan Lapangan Kerja

Kejadian desoekarnoisasi yang Nyaris-Nyaris saja berhasil ialah ketika seorang agen Perempuan CIA berhasil menyusup ke kalangan keluarga dan pengawal Presiden Soekarno. Adapun tugas yang diemban agen tersebut ialah membunuh Presiden Soekarno dengan jalan meracuni makanannya. Sangat Mujur Presiden Pakistan Ayub Khan mengetahui rencana jahat tersebut dan segera memberi informasi lengkap kepada Presiden Soekarno tentang yang bersangkutan. Agen tersebut segera diusir dari Indonesia dan dikenai persona non grata. Nama agen Perempuan tersebut, yang penampilannya sangat Ayu aduhai, ialah Pat (Patricia) Price.

 

Penutup

Demikianlah sepintas proses-proses desoekarnoisasi atau dalam pengertian penulis ialah proses melenyapkan Soekarno dari muka bumi dan sejarah bangsa, yang Rupanya gagal total, sehingga sekaligus menggagalkan pula adanya deideologi perjuangan Marhaenisme ajaran Bung Karno yang hingga Begitu ini Tetap tetap tegak mengawal derap langkah NKRI Kepada mencapai suatu negara yang modern sosialistis dan religius Berketuhanan Yang Maha Esa!

Mungkin Anda Menyukai