HARI – hari belakangan ini, saya jadi sorotan. Lebih tepatnya hujatan. Terutama karena saya tidak ikut-ikutan selebrasi gol saat nobar Indonesia menang 3-0 atas Vietnam di Hanoi, Vietnam, Selasa (26/3.2024) lalu.
Bayangkan, ekspresipun harus ada templatenya. Aktualisasi diri saya harus sesuai dengan kehendak netizen. Saya dihakimi tidak cinta timnas. Mereka menganggap saya tidak happy dengan kemenangan timnas.
Apakah ekspresi saya itu berarti tidak happy? Salah besar! Saya sangat gembira dengan kemenangan back to back Indonesia atas Vietnam. Tapi ekspresi saya yang tidak melompat-lompat seyogyanya jangan langsung diartikan tidak happy untuk kemenangan timnas.
Apalagi dengan ledekan Nguyen Van Tho Wel yang menggema dijagat maya.
Marahkah saya? Gusarkah saya? Jawabannya tidak. Meski saya tahu dibalik serangan jagat maya ini ada “penumpang gelap” lain yang ikut menunggangi untuk mendiskreditkan saya.
Jadi sebenarnya, saya lebih memilih nasehat novelis Brasil Paulo Coelho. Dia bilang,”Jangan buang waktumu dengan penjelasan. Orang hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar.”
Nah, jadi daripada berlama-lama mengurusi ekspresi selebrasi, saya ingin lompat ke hal yang lebih produktif untuk kepentingan Timnas Indonesia. Spesifiknya Timnas U 23 Indonesia yang Senin (1/4/2024) lusa sudah akan menjalani Trainning Centre (TC) di Dubai, UEA sebelum menuju Qatar untuk Piala Asia U 23 yang akan berlangsung 15 April hingga 3 Mei 2024 mendatang.
Persoalan gawatnya, Timnas U 23 Indonesia tidak mendapat dukungan penuh dari klub-klub Aliansi 1. Hingga Sabtu (30/3/2024) malam, masih banyak klub yang menolak melepaskan pemainnya untuk memperkuat Timnas U 23 Indonesia. Aliansi 1 pekan ke-31 pun masih sesuai jadwal yakni Senin (1/4/2024) hingga Kamis (4/4/2024).
Inilah persoalan serius yang bikin pelatih Timnas Indnesia Shin Tae-yong (STY) pusing. Permintaannya kepada klub-klub agar melepas pemainnya, tidak digubris sama sekali. Definisinya STY pun harus introspeksi.
Usai Piala Asia Januari kemarin, ia mengkritik Aliansinya harus diperbaiki. Tapi, ia juga tetap enggan berkomunikasi dengan stakeholders liga entah itu klub atau para pelatihnya.
Nah, sekarang ketika STY membutuhkan dan memohon pemain dari Aliansi 1, klub-klub balik mengacuhkannya. Kalau sudah begini maka timnasnya yang terancam dan bakal runyam.
Tapi kita semua tentu tidak ingin timnasnya yang jadi korban. Jadi disituasi krusial seperti ini, saya menyarankan PSSI turun tangan. Dalam hal ini Ketua Standar PSSI Erick Thohir harus langsung memanggil operator liga PT Aliansi Indonesia Baru (LIB)untuk mendapatkan solusi.
Saran saya, solusi terbaik disituasi yang sudah mendesak ini adalah meliburkan sementara kompetisi Aliansi 1. Jadwal Aliansi 1 pekan ke-31 sampai 34, untuk sementara ditunda dan dijadwal ulang. Ini resiko yang suka tidak suka harus diambil PSSI dan terpaksa diterima oleh klub-klub Aliansi 1.
Tak ada jalan lain lagi. Agar klub tidak dirugikan secara teknis karena pemain intinya memperkuat timnas, lebih baik kompetisi diliburkan dulu. Polemik selesai, dan jadwal TC timnas ke Dubai bisa sesuai rencana. Jadi, demi Timnas Indonesia, saran saya Aliansi 1 diliburkan saja dulu!
Penulis: Tommy Welly (Bung Towel), Pengamat Sepak Bola. ***