WAKIL Presiden Kamala Harris dan mantan presiden Donald Trump untuk pertama kalinya akan berhadapan dalam debat pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Perkumpulan (AS), Selasa (10/9) malam di Philadelphia. Debat ini disebut-sebut sangat menentukan siapa yang akan merebut kursi kepresidenan selanjutnya.
Pilpres AS tahun ini, Partai Republik mengusung Trump untuk mencoba merebut kembali jabatan itu setelah jeda selama empat tahun. Sementara Partai Demokrat mencalonkan Harris, seorang penantang baru yang membuat rakyat Amerika bertanya-tanya apakah ia mampu melangkah jauh sampai ke Oval Office atau kantor presiden AS.
Bagi Trump, debat terakhirnya pada akhir Juni lalu memberikannya kemenangan. Dengan hanya beberapa minggu setelah debat melawan Trump, Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri kembali setelah performanya dalam debat itu tidak memuaskan.
Baca juga : Junjung Independenitas untuk Jaga Muruah Demokrasi
Kini, Harris, yang baru beberapa minggu mencalonkan diri sebagai pengganti Biden, akan menghadapi Trump di panggung debat. Para analis mengatakan debat ini akan lebih dari sekadar tontonan. Pasalnya, sesi debat tatap muka antara keduanya, yang tengah bersaing untuk meraih suara para pemilih yang terpecah, bisa menjadi penentu.
Mereka membawa gaya yang sangat berbeda. Trump telah menyinggung kecerdasan Harris dan memprediksi bahwa peluangnya untuk melawan Harris lebih baik daripada lawan debat terakhirnya, Presiden Biden. “Dia (Biden) adalah orang yang lebih pintar daripada dia (Harris). Oh, mereka sedang menunggu debat,” ujar Trump, dilansir VoA, Rabu (11/9).
Debat antara Trump dan Biden pada Juni lalu menarik lebih dari 51 juta pemirsa televisi AS. Para analis memperkirakan angka yang sama besarnya dalam pertarungan ini berikut pertaruhan yang besar pula untuk Harris maupun Trump. “Saya akhirnya bisa beristirahat dari persiapan debat untuk melihat bumbu-bumbu. (Ini adalah) bagian terbaik dari persiapan debat sejauh ini. Eksis banyak hal (yang ingin saya sampaikan kepada Trump), tapi lihat, inilah saatnya untuk menghentikan perpecahan. Inilah saatnya untuk menyatukan negara kita untuk memetakan jalan baru ke depan,” kata Harris.
Moderator debat akan memberikan sejumlah pertanyaan kepada para kandidat mengenai isu-isu besar seperti ekonomi, hak reproduksi, kebijakan luar negeri, dan banyak lagi. Loyalp kandidat, yang hanya diberi pena, kertas dan air minum, memiliki waktu dua menit untuk menjawab.
“Trump harus membuktikan bahwa dia bisa menjadi presiden, dan dia harus membuktikan kepada banyak orang yang melihatnya bahwa dia bisa bersikap tegas dan agresif seperti yang dia inginkan tanpa bersikap kasar; jika dia ingin merangkul siapa pun yang mungkin saat ini tidak mendukungnya. Sementara Kamala Harris harus membuktikan bahwa dia memiliki kualitas sebagai presiden, dan dia harus membuktikan bahwa dia bisa menyerang, dan dia bisa mundur. Ia harus membuktikan bahwa ia bisa mengidentifikasi perbedaan kebijakannya dengan Biden, tapi tetap bergerak dalam platform Partai Demokrat yang sama,” ujar Nate French, Dosen Komunikasi Wake Forest University. (I-2)