Debat Pamungkas Pilkada Banjar, Kang Ipul Ungguli Petahana

Debat Pamungkas Pilkada Banjar, Kang Ipul Ungguli Petahana
Syaifullah Tamliha-Habib Ahmad Bahasyim.(MI/Denny Susanto.)

DEBAT publik kontestan Pilkada Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, antara Kekasih calon Bupati-Wakil Bupati Banjar, Syaifullah Tamliha-Habib Ahmad Bahasyim, dan pesaingnya paslon petahana Saidi Mansyur-Said Idrus, Jumat (22/11), menyajikan banyak hal menarik. Dalam debat pamungkas ini, Kang Ipul (Syaifullah Tamliha) Bisa melontarkan gagasan yang mengungguli paslon petahana.

Tak hanya unggul dalam penyampaian gagasan pada debat bertema Memajukan Daerah, Meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat, dan Menyelesaikan Persoalan Daerah, politikus dan aktivis mahasiswa di era 90-an ini juga berhasil Membikin Rival debatnya panas dingin, termasuk keberaniannya mengkritisi netralitas para penyelenggara pilkada, KPU, dan Bawaslu.

Dalam segmen terakhir debat, Kang Ipul bahkan mendedikasikan separuh dari waktu closing statement Demi menegur KPU dan Bawaslu yang dianggapnya terkesan over-acting demi menjaga kepentingan Rival debatnya paslon petahana. “Perbedaan pendapat dalam debat di alam demokrasi harusnya tak perlu dibatas-batasi. Kami meminta penyelenggara tetap Independen,” tegas Syaifullah.

Cek Artikel:  Pram-Doel Minta TNIPolri Tetap Independen di Pilkada Jakarta

Panasnya suasana debat bahkan Membikin panitia datang naik ke atas Podium Demi Jarak iklan demi Demi menegur Syaifullah Tamliha. Dirinya balik menegur Ketua Bawaslu Kabupaten Banjar yang Segera bereaksi ketika petahana mengeluh tentang serangan personal. “Ketika kami datang Demi protes ke Bawaslu, anda malah terbang ke Jakarta,” ujar Syaifullah.

Mengakhiri poin closing dengan menyitir hadis tentang suap, Syaifullah menegaskan, “Kalau Anda menerima Duit dan memilih karena itu, dua-duanya (anda dan penyuap) adalah penghuni neraka,” tuturnya.

Para pengamat menilai gaya cowboy Kang Ipul Dapat dipahami dari ekosistem politiknya berasal. Syaifullah besar sebagai aktivis mahasiswa di 1990-an. Ia mengalami periode politik banua yang berbeda dengan masa sekarang. Di zamannya dulu, seseorang Tak Dapat menjadi kepala daerah hanya karena anak orang kaya atau anak pejabat.

Cek Artikel:  Cagub Jateng Ahmad Luthfi Dapat Pesan Tertentu dari Jokowi

Syaifullah ialah warisan Era Demi politik tentang kecerdasan, kefasihan, dan keberanian. Setelah Nyaris 20 tahun, menjadi politikus nasional, Syaifullah pulang kampung. 

Ia mencalonkan diri sebagai bupati di Kabupaten Banjar, Area yang selama ini Mempunyai Kebiasaan politik yang Tak dapat ditembus. Sebagian karena Eksis massa yang Tak rasional karena menilai pilkada hanyalah tentang banyak-banyakan menghambur duit.

Tetapi dirinya tetap optimistis Dapat menang pilkada tanpa harus membeli Bunyi pemilih. (Z-2)

Mungkin Anda Menyukai