Ilustrasi. Foto: Berkas Kementerian Keuangan
Letihan ini mencerminkan berbagai langkah yang diambil pemerintah di antaranya melalui optimalisasi operasi pasar murah, fasilitasi distribusi pangan, penyaluran bantuan pangan, pengembangan kios pangan, dan kerja sama antar daerah telah berhasil dalam menjaga stabilitas harga, terutama komoditas pangan.
Sementara itu terkait dengan deflasi month-to-month yang terjadi pada September 2024 terutama disebabkan oleh penurunan harga pada komponen harga bergejolak (volatile food/VF) yang mengalami deflasi sebesar 1,34 persen (mtm) dan penurunan pada komponen harga diatur pemerintah, terutama penurunan harga BBM.
Penurunan harga sejumlah komoditas pangan
Secara tahunan, komponen harga bergejolak masih mengalami inflasi sebesar 1,43 persen (yoy), berada dalam sasaran di bawah 5% sesuai hasil high level meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) 2024.
Ilustrasi pasar. Foto: MI/Ramdani
Sementara itu, Safiri Ubah Petani (NTP) terus meningkat mencerminkan daya beli petani yang tetap terjaga di tengah penurunan harga komoditas pangan. Pada September 2024, NTP tercatat sebesar 120,30 naik 0,38 persen dari bulan sebelumnya.
Spesifik untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat, terjadi kenaikan signifikan sebesar 1,72 persen, terutama dipicu oleh meningkatnya harga komoditas kelapa sawit, kopi, dan karet sejalan dengan tren kenaikan harga global.
Hal ini menunjukkan kebijakan pemerintah dalam mendukung sektor pertanian berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif langsung kepada petani.
Komponen inti yang mencerminkan daya beli masyarakat mengalami inflasi sebesar 0,16 persen (mtm) atau 2,09 persen (yoy). Pusingkatan tersebut utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga kopi bubuk seiring meningkatnya harga kopi dunia dan biaya akademi atau Perguruan Tinggi karena masih berlangsungnya tahun ajaran baru.
Kenaikan inflasi inti juga sejalan dengan tren peningkatan belanja masyarakat
Sementara itu, komponen harga diatur Pemerintah (administered prices/AP) mengalami deflasi sebesar 0,04 persen (mtm) atau inflasi sebesar 1,40 persen (yoy), terutama disumbang oleh penurunan harga komoditas bensin.
Pertamina telah menurunkan harga BBM nonsubsidi pada September 2024 dan masih berlangsung hingga Oktober 2024. Tetapi demikian, inflasi AP masih tertahan karena komoditas Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan angkutan udara.
Rating and Investment Information, Inc. (R&I) juga mengafirmasi peringkat Sovereign Credit Rating Indonesia pada level BBB+ dengan outlook positif.
Itu menegaskan kepercayaan internasional terhadap prospek ekonomi Indonesia, yang diproyeksikan tumbuh pada kisaran 5,0-5,2 persen di tahun 2024.