Daya Beli Masyarakat Belum Pulih

Ilustrasi mal. Foto: dok MI/Ramdani.

Jakarta: Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menilai daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Itu terlihat dari kecenderungan masyarakat Begitu ini yang beralih mengonsumsi barang dengan harga satuan rendah.

“Makanya kenapa banyak peritel yang kategori satuan unitnya rendah, itu tetap agresif, Tetap tetap buka toko-toko baru, itu salah satu Informasi menggembirakan, Eksis kategori yang tumbuh, meski Eksis kategori lain yang perlu mendapatkan perhatian,” ujar Ketua Standar APPBI Alphonzus Widjaja seusai menghadiri acara peluncuran program BINA Lebaran 2025, Jakarta, Jumat, 14 Maret 2025.

Hal itu, kata dia, merupakan tanda paling kentara yang terjadi Begitu ini. Daya beli masyarakat, terutama kelas menengah ke Dasar Tetap berada dalam tekanan dan dipandang belum Pandai kembali ke level normal.

Cek Artikel:  Naik 1,82%, IHSG Minggu Ini Parkir di Level 7.164

Alphonzus mengkhawatirkan peralihan konsumsi barang itu akan merambat ke permasalahan yang lebih serius, yakni mendorong terjadinya impor ilegal. “Ini Pandai mendorong impor ilegal semakin marah. Karena barang murah itu kan impor ilegal. Karena impor ilegal itu kan nggak bayar biaya masuk, nggak bayar pajak,” kata dia.

“Jadi ini yang harus dihindari nanti setelah Idulfitri. Jangan Tamat masyarakat daya belinya semakin menurun, cari barang yang murah, terpaksa, bukan suka karena impor ilegal, terpaksa. Karena barangnya murah,” lanjut Alphonzus.
 


(Ilustrasi. Foto: MI/Barry Fatahilah)

Kinerja pusat perbelanjaan melambat

Daya beli masyarakat yang belum pulih seutuhnya juga tercermin dari kinerja industri pusat perbelanjaan yang dalam beberapa tahun ke belakang boleh dibilang Lanjut melambat. Pusat perbelanjaan seperti mall merupakan tujuan Penting dari masyarakat kelas menengah ke Dasar.

Cek Artikel:  Banggar Ingatkan Masyarakat Jeli Pilih Jasa Keuangan

“Pusat perbelanjaan di Indonesia itu didominasi oleh kelas menengah Dasar. Kelas atasnya itu hanya lima persen. Lihat sekeliling Jakarta, bahkan di luar Jakarta, di luar Pulau Jawa. 35 persen itu didominasi kelas menengah. 60 persen itu kelas Dasar,” tutur Alphonzus.

“Artinya pusat perbelanjaan di Indonesia 95 persen didominasi oleh kelas menengah Dasar. Nah kelas menengah Dasar inilah yang terganggu. Ini saya bicara di industri retail, industri pusat perbelanjaan. Jadi itu memang yang terjadi,” lanjut dia.

Mungkin Anda Menyukai