Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Foto: Facebook
Jakarta: Ketika Rodrigo Duterte berkuasa sebagai Presiden Filipina pada 30 Juni 2016, ia menyampaikan sebuah janji besar kepada masyarakat: memberantas kejahatan narkotika hingga ke akarnya.
Ia Memperhatikan peredaran narkotika sebagai salah satu kejahatan paling merusak masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Dengan gaya bicara yang blak-blakan dan pendekatan tanpa kompromi, Duterte bertekad membersihkan Filipina dari kejahatan narkoba.
Tetapi, metode yang ia gunakan memicu kontroversi. Ia memerintahkan petugas di lapangan Demi menembak Wafat siapa pun yang terkait dengan peredaran narkoba.
Dalam praktiknya, ‘Laskar Mortalitas’ Duterte juga kerap menembak Anggota sipil tak bersalah, yang biasanya Terdapat di Letak kejadian Ketika perang narkoba ala Duterte berlangsung.
“Kalian Segala yang kecanduan narkoba, kalian bajingan, saya Betul-Betul akan membunuh kalian,” kata Duterte kepada khalayak ramai dalam salah satu dari sekian banyak pidato kampanyenya yang penuh dengan kata-kata kasar di tahun 2016.
“Saya Bukan punya kesabaran, saya Bukan punya jalan tengah. Kalian yang harus membunuh saya atau saya yang akan membunuh kalian, dasar idiot,” sambung dia.
Ribuan nyawa melayang begitu saja tanpa proses peradilan. Banyak individu ditembak Wafat atas sekadar dugaan keterlibatan dalam peredaran narkoba. Padahal, orang-orang yang dicurigai itu belum tentu terlibat, dan sangat mungkin orang suruhan Duterte juga beberapa kali salah mengidentifikasi Sasaran.
Seperti kata pepatah, “apa yang ditanam itulah yang dituai,” kebijakan keras Duterte Mempunyai konsekuensi. Ia pun ditangkap atas perintah Mahkamah Pidana Dunia (ICC) terkait dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan pada 11 Maret Lewat.
Karier Duterte
Duterte bukanlah sosok yang muncul begitu saja. Ia mengawali kariernya sebagai Wali Kota Davao, sebuah kota yang dulu dikenal dengan tingkat kriminalitas tinggi.
Dengan kebijakan tangan besinya, ia mengubah Davao menjadi salah satu kota paling Terjamin di Filipina—meskipun dengan harga yang mahal.
Keberhasilannya di Davao menjadi batu loncatan menuju kursi kepresidenan. Dengan retorika anti-narkoba dan janji membawa perubahan radikal, Duterte memenangkan hati banyak rakyat Filipina yang lelah dengan ketidakberdayaan pemerintahan sebelumnya dalam menangani kejahatan.
Tetapi, kepemimpinan Duterte Bukan hanya tentang perang melawan narkoba. Enam tahun masa jabatannya dipenuhi dengan kontroversi dan kebijakan kontroversial lainnya. Dari konflik dengan media, perseteruan dengan tokoh oposisi, hingga pergeseran kebijakan luar negeri yang mendekat ke Tiongkok dan menjauh dari sekutu tradisional seperti Amerika Perkumpulan.
Di dalam negeri, popularitasnya tetap kuat di kalangan pendukung setianya, tetapi kritik terhadap gaya kepemimpinannya yang otoriter semakin nyaring terdengar.
Setelah lengser dari jabatannya, Duterte mulai merasakan tekanan hukum yang selama ini dibayang-bayangkan. Pada tahun 2025, ICC akhirnya mengeluarkan surat perintah penangkapan atas dirinya atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Tuduhan ini terkait dengan ribuan pembunuhan dalam perang narkoba yang ia pimpin. Para korban dan keluarga mereka yang selama ini mencari keadilan akhirnya mendapatkan Asa bahwa hukum Dunia akan berbicara Demi mereka.
Keadilan yang seadil-adilnya
Ketika ini, Duterte menghadapi persidangan di Den Haag. Kasusnya menjadi perhatian dunia, karena ini adalah salah satu upaya langka Demi mengadili seorang mantan presiden atas kebijakan yang menelan begitu banyak korban jiwa.
Proses pengadilan di Den Haag Bukan hanya akan menentukan nasib Duterte, tetapi juga menjadi preseden bagi pemimpin lain yang menggunakan kekuasaan dengan Langkah sewenang-wenang. Akankah Duterte mempertanggungjawabkan Segala kebijakannya di masa Lewat?
Kebijakan keras dan tanpa kompromi selalu Mempunyai konsekuensi. Duterte mungkin pernah dianggap sebagai pahlawan oleh sebagian rakyat Filipina, tetapi kini ia harus menghadapi Fakta bahwa sejarah akan mengingatnya dengan Langkah yang berbeda.
Perang melawan narkoba yang Duterte gaungkan dengan lantang kini membawanya ke ruang sidang Dunia, di mana proses hukum diharapkan dapat memberikan keadilan yang seadil-adilnya.