Khalil al-Hayya, salah satu pemimpin tertinggi dan tokoh negosiasi Hamas di Gaza. (Quds News Network)
Gaza: Khalil Ezz El-Din Al-Hayya, bocah berusia 8 tahun, meninggal dunia pada Sabtu pagi, 5 April 2025, setelah mengalami luka parah akibat serangan udara Israel terhadap Sekolah Dar Al-Arqam di Gaza sehari sebelumnya.
Info ini dikonfirmasi oleh Quds News Network dalam unggahan Formal mereka di media sosial, menyebut bahwa Khalil merupakan cucu dari Dr. Khalil Al-Hayya, tokoh senior dan tokoh pemimpin negosiasi Hamas di Gaza.
Mengutip laporan The New York Times pada Jumat, 4 April 2025, serangan terhadap sekolah tersebut merupakan bagian dari eskalasi operasi darat militer Israel yang diperluas di Jalur Gaza, khususnya di Daerah timur Kota Gaza.
Serangan itu menewaskan sedikitnya 27 orang, termasuk sejumlah anak-anak, dan menyebabkan puluhan lainnya luka-luka. Sekolah Dar Al-Arqam Ketika itu diketahui digunakan sebagai tempat perlindungan Penduduk sipil.
“Itu pemandangan yang mengerikan,” ujar Khamis Elessi, seorang dokter relawan di Rumah Sakit Arab Al-Spesialis, dalam wawancara telepon dengan The New York Times. “Orang-orang terlempar ke tanah. Saya menangis Menonton begitu banyak anak-anak yang terluka. Salah satu dari mereka Lalu bertanya, ‘Kenapa mereka mengebom saya?'”
The New York Times juga melaporkan bahwa Hamas, melalui saluran televisi Al-Aqsa, menyatakan Khalil Ezz El-Din Al-Hayya sebagai salah satu korban tewas dalam serangan di sekolah tersebut.
Militer Israel membenarkan bahwa mereka menargetkan markas komando dan kendali Hamas, Tetapi Bukan merinci siapa saja yang menjadi sasaran. Mereka menyatakan bahwa serangan diarahkan kepada Agresif yang beroperasi di antara Penduduk sipil, sebuah klaim yang dibantah oleh Hamas.
Serangan di sekolah Dar Al-Arqam merupakan bagian dari pola serangan yang berulang terhadap fasilitas sipil yang digunakan sebagai tempat pengungsian. PBB sebelumnya telah menyatakan bahwa serangan semacam itu dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum Dunia karena menimbulkan kerugian besar terhadap Penduduk sipil yang Bukan terlibat pertempuran.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 1.000 orang telah tewas sejak gencatan senjata runtuh pada 18 Maret 2025. Total korban tewas sejak awal perang pada Oktober 2023 kini telah Mengungguli 50.000 jiwa.
Alaa Hamada, salah satu penyintas yang berlindung Serempak anak-anaknya di sekolah tersebut, mengatakan kepada The New York Times, “Apa yang terjadi Bukan Bisa dijelaskan dengan kata-kata. Kami selamat adalah keajaiban.”
Hingga kini, Israel belum merilis daftar Formal korban sipil yang meninggal dalam serangan tersebut.

