Coopetition Digital Membangun Ekonomi Inklusif di Indonesia

Coopetition Digital: Membangun Ekonomi Inklusif di Indonesia
Marcel, S.Kom, MTI, ITIL V3 Expert, COBIT, AgilePM Dosen Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Ukrida(Dok)

Coopetition, yang merupakan perpaduan antara kompetisi dan kolaborasi, semakin penting di era digital Indonesia. Konsep ini memperluas inklusi digital, khususnya di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh layanan perbankan tradisional seperti daerah terpencil, komunitas berpenghasilan rendah, atau kelompok dengan literasi rendah.

Dengan memanfaatkan sinergi antara coopetition, fintech, bank digital, dan penyedia layanan internet, sektor keuangan dapat memperluas jangkauan layanannya dan menjangkau lebih banyak masyarakat. Beberapa langkah strategis yang telah diambil termasuk adanya bank digital yang menyediakan infrastruktur keuangan dasar, fintech yang mengintegrasikan teknologi pembayaran inovatif, dan penyedia internet yang memastikan akses yang luas dan terjangkau. Pendekatan ini membantu masyarakat yang sebelumnya terpinggirkan untuk terlibat dalam ekonomi digital.

Inklusi digital tidak hanya berkaitan dengan akses teknologi, tetapi juga bagaimana teknologi dapat memberdayakan masyarakat. Indonesia menghadapi tantangan seperti infrastruktur yang terbatas, literasi digital yang rendah, dan ketimpangan ekonomi, namun ada peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan melalui teknologi. Kolaborasi antara startup fintech dan operator telekomunikasi, misalnya, telah memungkinkan akses layanan keuangan melalui ponsel di daerah terpencil, mempercepat inklusi keuangan dan membuka pintu partisipasi di ekonomi digital.

Baca juga : Menavigasi Ekonomi Digital Melalui Keketuaan Indonesia di ASEAN

Cek Artikel:  Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan

Teknologi informasi memainkan peran penting dalam kolaborasi lintas sektor. Sistem digital yang terintegrasi memungkinkan pertukaran data yang aman dan efisien, serta memastikan layanan mudah diakses oleh masyarakat. Teladan praktis dari hal ini adalah platform data bersama yang membantu bank dan fintech menilai kelayakan kredit pengguna tanpa riwayat perbankan tradisional.

Dengan lebih dari 17.000 pulau, tantangan geografis di Indonesia untuk mencapai inklusi digital sangat besar. Tetapi, solusi berbasis sistem informasi yang dirancang khusus dapat menjembatani kesenjangan tersebut. Salah satu penerapannya adalah peluncuran mobile banking sederhana yang bermanfaat untuk masyarakat di daerah terpencil dalam mengakses layanan perbankan tanpa perlu datang ke cabang bank.

Selain itu, platform digital yang mengutamakan pengalaman pengguna dan menjangkau lebih luas bisa menjadi “game changer.” Tersedianya aplikasi pembayaran digital dengan antarmuka sederhana, dukungan bahasa daerah, dan interaksi dengan petugas perbankan dapat memudahkan penggunanya. Kini, masyarakat yang sebelumnya merasa terasing dari teknologi dapat meningkatkan partisipasinya. Dengan hadirnya analitik data, platform ini dapat terus menyesuaikan kapabilitasnya dengan kebutuhan pengguna, memberikan edukasi digital sesuai tingkat literasi setempat, dan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.

Cek Artikel:  Bunyi Muhammadiyah, Cermin Spirit Literasi Berkemajuan

Baca juga : Anugerah Top Corporate Finance Award 2022 Sukses Digelar

Tantangan dalam Membangun Coopetition untuk Inklusi Digital

Beberapa tantangan dalam membangun coopetition untuk inklusi digital di Indonesia mencakup hambatan regulasi dan teknis. Regulasi yang kurang fleksibel seringkali menghambat integrasi antar sektor. Hal ini kerap terjadi pada aturan yang membatasi pertukaran data antara bank dan fintech, yang berpotensi menghalangi kolaborasi guna mempercepat inklusi keuangan.

Tantangan teknis dan operasional juga menjadi penghalang. Perbedaan standar keamanan data dan protokol komunikasi, serta kurangnya manajemen sistem informasi yang kuat, dapat menghambat kerja sama. Platform interoperabilitas khusus dan manajemen sistem informasi yang baik dapat menjadi solusi untuk membantu mengatasi hambatan tersebut, sehingga dapat memastikan kolaborasi yang lebih aman dan efisien.

Dalam upaya coopetition yang efektif dan berkelanjutan, sistem informasi perlu dirancang fleksibel dan terukur, sehingga mendukung pertumbuhan di masa depan dan dapat diperbarui tanpa mengganggu pelayanan kepada masyarakat.

Baca juga : Ramalan Zodiak Cancer Hari ini: Jangan Terlalu Sering Meminjamkan Fulus

Rekomendasi Strategis untuk Memperkuat Coopetition dan Inklusi Digital

Perluasan kolaborasi harus menjadi prioritas untuk memperkuat coopetition dan mendorong inklusi digital. Sinergi antara bank digital, fintech, dan penyedia layanan internet dapat diperluas ke sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan.

Cek Artikel:  Setop Kekerasan di Satuan Pendidikan

Dukungan sistem informasi dan penggunaan platform cloud memungkinkan integrasi data real-time dan analisis berbasis Artificial Intelligence (AI), sehingga proses tersebut dapat berlangsung lebih cepat dan efisien.

Kemitraan dengan program studi sistem informasi di universitas juga penting untuk menciptakan solusi inovatif dan efektif. Mahasiswa dan peneliti dapat mengembangkan riset tentang interoperabilitas sistem atau protokol keamanan data, serta menjadi inkubator bagi ide-ide baru yang memiliki potensi untuk langsung diterapkan di lapangan, serta mendorong inovasi yang didukung penelitian akademis.

Inisiatif coopetition perlu memberikan dampak jangka panjang yang terukur secara sosial dan ekonomi. Sistem informasi dapat membantu mengembangkan metrik mendalam, seperti pengurangan ketimpangan akses layanan digital atau peningkatan pendapatan komunitas marginal.

Sebagai langkah konkret, data dari aplikasi fintech dapat dianalisis untuk menilai efektivitas terkait aksesibilitas pinjaman mikro dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi pengguna. Melalui pengukuran yang tepat, strategi coopetition dapat terus disempurnakan untuk mendukung inklusi digital yang berkelanjutan dan adil. (Z-8)

 

Mungkin Anda Menyukai