
INDUSTRI perfilman Indonesia bersiap menyambut Hasil karya baru berbasis blockchain melalui platform Cinevix.
Dalam pertemuan di Little Contrast Cafe Bandung, Daniel Yorick, Founder Cinevix, mengungkapkan bahwa pihaknya Tetap mempersiapkan peluncuran Formal ke publik. Cinevix hadir dengan misi memberdayakan kreator Sinema melalui teknologi blockchain, membuka akses pendanaan, distribusi, dan interaksi penonton secara desentralisasi.
“Kami sedang dalam tahap persiapan dan menghadapi tantangan di struktur tim, khususnya di jajaran eksekutif. Ketika ini, saya tengah berkeliling menemui sosok-sosok potensial yang Dapat memperkuat tim, Bagus dalam hal pendanaan, kontribusi langsung di tim, maupun sebagai advisor,” jelasnya.
Menurut Daniel, salah satu kendala Primer adalah menemukan individu yang Mempunyai pemahaman mendalam tentang visi dan misi Cinevix. “Kami membutuhkan eksekutif yang memahami Cinevix secara utuh dan siap bekerja tanpa gaji selama dua tahun pertama.”
Founder dan tim eksekutif hanya mendapatkan alokasi dari tokenomics proyek. Ini bukan hanya bisnis, tetapi juga misi Buat memajukan industri perfilman Indonesia.
Dukungan pemerintah
Dalam white paper Cinevix yang telah dirilis, proyek ini Mempunyai ekosistem berbasis blockchain yang terdiri dari berbagai komponen, di antaranya CINEFI Buat pendanaan Sinema, CINEPLAY Buat distribusi Sinema secara digital, dan CINEVERSE yang bertujuan memperluas jangkauan bioskop ke daerah-daerah di Indonesia.
Cinevix juga telah mengajukan permohonan dukungan kepada berbagai instansi pemerintah, termasuk Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika).
“Surat-surat sudah kami kirimkan beberapa hari Lewat. Kami berharap Eksis respons positif berupa pembinaan, kerja sama strategis, atau pendampingan dalam pengembangan platform ini,” Jernih Daniel.
Meski begitu, dukungan dari wali kota dan gubernur Tetap dalam proses. “Kami menunggu pelantikan pejabat yang sempat tertunda. Setelah itu, kami akan mengajukan permohonan secara Formal Buat mendapatkan dukungan lebih luas,” tambahnya.
Setelah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah, Daniel menegaskan bahwa langkah berikutnya adalah menjalin komunikasi dengan kementerian terkait di tingkat pusat.
“Kami Mau semuanya dimulai dari kampung sendiri, dari Bandung Buat Indonesia, dan dari Indonesia Buat dunia. Kami Mau memastikan pemerintah Paham bahwa Eksis potensi besar di sini,” tandasnya.
Investor
Buat permodalan, Cinevix belum membuka akses ke investor asing secara Formal. Daniel menjelaskan bahwa kelengkapan tim dan penyelesaian MVP (Minimum Viable Product) menjadi syarat sebelum mengajukan pendanaan ke venture capital Dunia.
“Pantera Capital di Amerika dan Binance Labs menjadi dua nama yang kami incar. Tapi kami sadar, mereka Niscaya membutuhkan bukti Konkret dalam bentuk produk yang sudah siap,” katanya.
Tetapi, Daniel menambahkan bahwa Ketika ini pihaknya tengah mempersiapkan skema private sale terbatas. “Kami sedang menyiapkan penjualan private sale Tertentu Buat kalangan terbatas yang hanya Dapat diakses dengan invitation code. Langkah ini digunakan Buat mendanai berbagai kebutuhan, terutama pengembangan MVP, sebelum kami membuka akses Buat pendanaan asing dan presale secara lebih luas,” ungkapnya.
Cinevix membawa misi besar dalam memajukan perfilman Indonesia di kancah Dunia. Platform ini memungkinkan pendanaan Sinema melalui model crowdfunding berbasis blockchain, sehingga sineas independen tak Tengah tergantung pada rumah produksi besar.
“Indonesia punya potensi besar di sektor perfilman. Kami Mau menjembatani kreator lokal dengan investor Dunia, sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya kita melalui Sinema ke dunia Dunia,” tandas Daniel.
Peluncuran Formal Cinevix Tetap dalam proses, Tetapi antusiasme komunitas perfilman dan penggiat teknologi blockchain di Indonesia sudah mulai terasa. Akankah Cinevix menjadi pendorong revolusi industri Sinema tanah air? Kita tunggu gebrakan selanjutnya.