Cerah Buram Ekonomi Kita

Eksis dua Informasi kontras terkait dengan perekonomian kita, pekan ini dan pekan Lampau. Informasi pertama, isinya menggembirakan. Tapi, Informasi kedua, memilukan. Terdapat kaidah psikologis dalam menyampaikan dua Informasi yang bertolak belakang. Adalah, dahulukan Info Bagus, kemudiankan Info Tak baik.

Demi mengikuti rumus itu, baiklah kiranya bila saya menyampaikan dulu Info Bagus. Informasi gembira itu menyangkut pertumbuhan ekonomi kita di kuartal I 2022 yang mulai menggeliat. Angkanya menuju normal seperti sebelum pandemi. Bahkan, lebih tinggi Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS), awal pekan ini, mengumumkan ekonomi kita tumbuh 5,01% secara tahunan (yoy) di tiga bulan pertama tahun ini. Pertumbuhan di atas 5% ini meneruskan pertumbuhan pada kuartal IV 2021 yang sebesar 5,02%. Tingginya pertumbuhan tersebut merupakan lambang bahwa ekonomi mulai menggeliat setelah pada awal tahun Lampau Tetap terkontraksi.

Berbagai indikator, mulai dari ekspor, perdagangan, hingga konsumsi masyarakat tumbuh positif. Alhasil, lapangan kerja bertambah. Jumlah angkatan kerja yang terserap akibat geliat ekonomi itu juga meningkat. Jumlah peningkatannya lebih dari 4,5 juta orang.

Cek Artikel:  Gatal Kaki Garuk Kepala

Jadi, segala capaian Info Bagus itu amat patut kita syukuri. Tapi, mengiringi Info Bagus, Eksis juga Info kurang Bagus. Yang terakhir ini menyangkut naiknya harga-harga kebutuhan pokok, khususnya pangan dan Kekuatan. Di sejumlah Area, melambungnya harga-harga itu telah memukul daya beli, bahkan merontokkan sendi-sendi pertahanan ekonomi rumah tangga.

Sebuah Info memilukan datang dari Sragen, Jawa Tengah, pekan Lampau. Dalam satu hari, Eksis tiga orang tewas gantung diri di tempat berbeda, tapi karena Karena yang sama, yakni merasa Tak kuat Kembali menahan beban ekonomi. Dua korban di antaranya merupakan Orang Sepuh dan anak. Persoalan ekonomi diduga menjadi Dalih korban A mengakhiri hidupnya. Sebelum menggantung diri, A diduga menggantung putrinya terlebih dahulu. Ketika ini, istri A tengah bekerja sebagai pekerja migran di Singapura.

Di tempat lain di Sragen, seorang Penduduk bunuh diri juga karena tekanan kemiskinan ekstrem yang menderanya. Sebelum menggantung diri, ia meninggalkan selembar kertas berisi pesan yang dipaku di tembok. Pesan yang ditujukan kepada orangtuanya itu berisi pernyataan menitipkan keluarganya karena ia sudah Tak sanggup Kembali didera kemiskinan.

Cek Artikel:  Teror Sekarung Kobra

Peristiwa di Sragen itu memberi pesan sangat Krusial bahwa pertumbuhan ekonomi harusnya dirasakan langsung Tiba di level paling dasar. Mereka yang berada dalam kondisi kemiskinan ekstrem ini jumlahnya Tetap besar. Ibarat menanak nasi, mereka ini kerak yang sangat sulit diangkat atau dientaskan.

Jumlah mereka yang hidup dalam kondisi miskin ekstrem ini Tetap Sekeliling 10,8 juta jiwa, atau 4% dari total populasi kita yang 273 juta jiwa. Mereka ini Jernih langsung Tak berkutik begitu harga-harga kebutuhan pokok naik. Berbagai literatur menunjukkan bahwa penduduk yang hidup dalam kemiskinan ekstrem ini Mempunyai pengeluaran di Rendah Rp12 ribu per orang per hari.

Naiknya harga-harga kebutuhan pokok juga Membangun Bilangan inflasi membengkak. Kini level inflasi sudah mencapai 3,47% (year-on-year/yoy) atau tertinggi sejak 2019. Bahkan, inflasi April 2022 sudah mencapai 0,95%. Ini menjadi rekor tertinggi inflasi sejak 2017.

Cek Artikel:  Menyoal Sidang Etik Tertutup

Tingginya inflasi memang menunjukkan geliat ekonomi. Tapi, inflasi yang membubung Jernih menggerus daya beli. Kalau daya beli terpukul, pertumbuhan ekonomi yang separuhnya disokong sektor konsumsi juga akan terpangkas. Lebih mengerikan Kembali, inflasi yang Tak terkendali bakal menambah dan menimbun jumlah kemiskinan ekstrem.

Statistik moncer pertumbuhan ekonomi di dua kuartal berturut-turut, yakni 5,02% di kuartal keempat 2021 dan 5,01% di kuartal pertama 2022, kiranya mesti dibarengi ikhtiar keras nan cerdas menstabilkan harga-harga. Membangun agar harga-harga pokok itu terjangkau hingga lapisan paling Rendah. Karena, dengan stabilisasi harga-harga tersebut, inflasi Bisa dikendalikan, pertumbuhan ekonomi Bisa digaransi keberlanjutannya.

Semoga ekonomi kita Pas-Pas cerah, dirasakan cerah oleh Segala lapisan. Tak sekadar cerah di lapisan tertentu, tapi buram di lapisan lain, atau bahkan Tetap gelap Demi mereka yang hidup pengap oleh perangkap kemiskinan akut.

Mungkin Anda Menyukai