Catatan Darah Setahun Genosida Israel di Jalur Gaza Palestina

Catatan Darah Setahun Genosida Israel di Jalur Gaza Palestina
Ilustrasi.(Al Jazeera)

RIBUAN warga sipil, termasuk anak-anak, perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas yang terpaksa mengungsi ke selatan Jalur Gaza, Palestina, terjebak di jalan-jalan yang oleh Israel disebut sebagai koridor keamanan. Jalan-jalan ini, yang dipromosikan Israel sebagai koridor kemanusiaan berubah menjadi koridor kematian bagi warga Gaza.

Koridor aman yang dibuka Israel, sambil menjatuhkan bom pada warga sipil yang mengungsi dari utara ke selatan, kini dipenuhi tubuh tak bernyawa dan bagian-bagian tubuh yang membusuk. Nyaris semua dari 2,3 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza telah berulang kali terusir dari tempat tinggal mereka selama hampir satu tahun peperangan.

Menurut otoritas kesehatan setempat, hampir 41.780 orang tewas. Sebagian besar ialah perempuan dan anak-anak. Nyaris 96.800 lain terluka. Ini akibat serangan Israel yang berlanjut di Jalur Gaza setelah serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober lalu.

Baca juga : Empat Pembantaian Rakyat Palestina oleh Israel dengan Senjata AS

Dalam artikel keduanya tentang Satu Mengertin Genosida Israel di Gaza, Anadolu mengumpulkan informasi tentang pembantaian yang dilakukan Israel sejak 7 Oktober di wilayah yang disebut zona aman di Jalur Gaza. Sejak 7 Oktober 2023, tentara Israel menggunakan pengusiran paksa sebagai senjata terhadap warga Palestina melalui perintah evakuasi.

Israel berulang kali meminta warga Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dengan membagikan peta baru dan menjatuhkan selebaran dari udara. Setelah perintah evakuasi dari otoritas Israel, perjalanan pengungsian dimulai di berbagai bagian Gaza dari utara ke selatan.

Cek Artikel:  Viral! Pria India Buang Air Besar Sembarangan di Singapura, Dijatuhi Denda Rp4 Juta

Rumah sakit, sekolah, dan kamp-kamp yang dijadikan tempat perlindungan bagi keluarga-keluarga yang mengungsi, terus-menerus menjadi target pengeboman Israel, serangan artileri, dan tembakan langsung dari tentara, meskipun berada di area yang dinyatakan aman.

Baca juga : Setahun Genosida Gaza, Boikot Produk Afiliasi Israel Digemakan

Menurut data PBB, sembilan dari setiap 10 orang yang tinggal di Gaza telah mengungsi akibat serangan Israel sejak 7 Oktober. Berdasarkan data yang sama, mayoritas warga Palestina di Gaza telah mengungsi setidaknya sekali setiap bulan.

Dengan demikian, warga Palestina mengalami Nakba kedua. Palestina menggunakan kata Nakba untuk merujuk pada peristiwa 1948, ketika milisi Zionis bersenjata memaksa ratusan ribu warga Palestina meninggalkan rumah dan desa mereka di bawah tekanan pengeboman dan pembantaian massal di tanah Palestina yang bersejarah. Ini mendorong mereka lebih jauh ke Jalur Gaza, Tepi Barat, dan negara-negara tetangga, sebagai bagian dari pembersihan etnis besar-besaran sebelum deklarasi kemerdekaan Israel.

Asikan pindah

Tentara Israel memberi tenggat waktu 24 jam kepada lebih dari satu juta orang di utara Jalur Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke selatan Lembah Gaza. Di sini Israel melancarkan invasi penuh pada 27 Oktober 2023.

Baca juga : Pengembangan Israel Lewat Genosida di Gaza dan Tepi Barat

Pada tanggal yang sama, otoritas Israel memberi tahu penduduk Kota Gaza, “Demi keselamatan Anda dan keluarga Anda, pindahlah ke selatan.” Ribuan warga Palestina yang tinggal di utara, yang telah menjadi sasaran serangan udara dan pendudukan darat Israel, dipaksa melarikan diri ke Rafah, Khan Younis, dan Deir al-Balah di Gaza bagian selatan dan tengah untuk mencari tempat aman.

Cek Artikel:  Ribuan Penduduk Israel Serbu Al Aqsa, Rusia Tindakan Provokatif

Tetapi, tentara Israel membombardir warga sipil yang dipaksa mengungsi ke zona-zona yang disebut aman.

Pendudukan Rafah dan Khan Younis

Tentara Israel, yang juga berada di gerbang kota Rafah di selatan, tempat pengungsi dari Gaza utara berlindung, menyebarkan selebaran di timur kota, meminta penduduk untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke barat.

Baca juga : Pelapor Spesifik PBB: Kejahatan Israel Tercatat, Rezim Harus Dihukum

Tentara Israel, yang menyatakan akan melakukan operasi militer di kota tersebut, menduduki Rafah, yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman dan menjadi tempat perlindungan bagi sekitar 1,5 juta warga Palestina, pada 7 Mei. 

Tentara Israel yang menargetkan warga Palestina yang mengungsi, menjatuhkan rudal dan bom pada warga sipil di Rafah, dan melakukan banyak pembantaian.

Pada 26 Mei, tentara Israel membombardir tenda-tenda pengungsi di Rafah. Setidaknya 45 warga Palestina, termasuk 23 perempuan, anak-anak, dan lansia tewas dalam serangan tersebut dan kebakaran yang terjadi, sementara 249 lain terluka.

Area aman Al-Mawasi

Israel memaksa warga sipil yang mengungsi di Rafah setelah serangan darat pada 6 Mei untuk pindah ke al-Mawasi di barat Khan Younis. Ribuan pengungsi Palestina yang berlindung di Rafah memindahkan tenda mereka ke Khan Younis dan Deir al-Balah.

Cek Artikel:  Mantan Perwira CIA Dihukum 10 Pahamn Penjara Gara-Gara Jadi Mata-Mata China

Pada Juli, tentara Israel melancarkan serangan intensif di wilayah timur Khan Younis, yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman.

Pemerintah Gaza melaporkan pada 24 Juli bahwa 129 orang tewas, 416 orang terluka, dan 44 orang hilang dalam serangan di timur Khan Younis selama tiga hari berturut-turut. 

Israel terus mengeluarkan perintah evakuasi di beberapa area al-Mawasi. Padahal hampir tidak ada lagi ruang untuk tenda karena aliran pengungsi yang terus berlanjut.

Serangan di Deir al-Balah

Ribuan warga Palestina yang tinggal di berbagai wilayah Jalur Gaza bergerak ke kota Deir al-Balah di Gaza tengah, setelah pengeboman di daerah perlindungan mereka dan peringatan evakuasi dari tentara Israel.

Pada Agustus, tentara Israel mengumumkan akan melancarkan serangan di timur Deir al-Balah, yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona kemanusiaan, dan meminta warga Palestina di sana untuk mengungsi ke barat. Tentara Israel juga melancarkan beberapa serangan di Deir al-Balah, menewaskan banyak warga sipil dalam serangan yang menargetkan pasar.

Pada Juli, 31 warga Palestina tewas dan puluhan lain terluka ketika Israel membombardir rumah sakit darurat di Sekolah Haditha, tempat pengungsi berlindung, yang juga berada di dalam zona aman.

UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina) mengumumkan pada Agustus bahwa tidak ada tempat aman bagi warga Palestina untuk berlindung di Jalur Gaza. UNRWA juga melaporkan bahwa bahkan zona-zona kemanusiaan yang diklaim aman oleh Israel hanya mencakup 11% dari total wilayah Gaza. (Ant/Z-2)

Mungkin Anda Menyukai