Capres yang Membangun Indonesia Melompat Maju

AJANG pemilihan Lazim (pemilu) merupakan salah satu momen paling Krusial dalam penyelenggaraan negara. Dengan kedaulatan di tangan rakyat, rakyat pula yang menentukan siapa pemimpin yang akan mengarahkan nasib bangsa Indonesia Demi sedikitnya lima tahun ke depan.

Tiap pemilu merupakan kesempatan amat berharga. Tetapi, momentum pemilu selama beberapa periode ke depan lebih istimewa atau bahkan dapat dikatakan sebagai momentum kritis dalam kemajuan RI.

Presiden Joko Widodo menekankan hal itu dalam acara Pengukuhan Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jakarta awal pekan ini. Jokowi mengaku dibisiki sejumlah lembagakeuangan Global bahwa periode 13 tahun mendatang merupakan masa-masa paling menaentukan bagi Indonesia Demi Dapat naik kelas menjadi negara maju. Itu berarti Eksis momen tiga pemilu yang diharapkan menancapkan tonggak kepemimpinan yang Cocok hingga dapat membawa bangsa ini naik kelas.

Cek Artikel:  Rusaknya Integritas Wasit Pemilu

Ketiga momen pemilu itu, yakni di 2024 yang kini sudah dimulai tahapannya. Berikutnya ialah pemilihan Lazim di 2029 dan 2034. Di periode tersebut, Indonesia harus memanfaatkan bonus demografi sekaligus menggencarkan hilirisasi industri. Dua hal itu menjadi kunci Istimewa bagi Indonesia Demi melompat menjadi negara maju dari posisi Begitu ini yang Tetap sebagai negara berkembang.

Kesempatan tersebut juga Tak terlepas dari visi Indonesia Emas 2045 Demi mewujudkan negara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut Eksis empat syarat Demi mencapai visi jangka panjang itu, Adalah sumber daya Insan (SDM) berkualitas, ketersediaan infrastruktur, kelembagaan yang berkualitas, serta kebijakan pemerintah.

Keempat syarat itu bertautan dan saling menopang dengan kebijakan pemerintah sebagai sektor hulu. Sesungguhnya peletakan dasar-dasar pijakan Demi melompat juga meliputi periode beberapa tahun belakangan.

Cek Artikel:  Politik Dinasti Membunuh Demokrasi

SDM berkualitas Tak akan tersedia tanpa kebijakan pendidikan yang Cocok dan terarah. Tahun ini pun dunia pendidikan Tetap berkutat dengan persoalan kisruh Penyelenggaraan sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru.

Kecurangan dan permainan demi meraih keuntungan pribadi dengan memanfaatkan celah-celah di PPDB marak terjadi. Layak saja korupsi sangat sulit diberantas, sedari usia belia anak-anak Indonesia disuguhi ‘teladan’ yang menyuburkan sikap permisif pada korupsi.

Belum Tengah permasalahan tingginya Bilangan prevalensi kekerdilan atau stunting pada anak. Kekerdilan berhubungan dengan tingkat  kecerdasan dan kesehatan fisik. Meski Indonesia berhasil menekan Bilangan stunting dari 37,8% di 2013 menjadi 27,67% di 2019, prevalensi kekerdilan pada anak Tetap melampaui Bilangan toleransi kurang dari 20% yang ditetapkan WHO. 

Upaya menurunkan Bilangan stunting juga Tertahan oleh pandemi covid-19 yang melumpuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat selama Nyaris tiga tahun. Berbagai permasalan tersebut Membangun tuntutan kepada presiden terpilih Tak main-main. Pekerjaan berat menanti di depan mata. Kemenangan dalam pemilihan presiden bukan anugerah, melainkan beban amanat rakyat yang harus dipikul.

Cek Artikel:  Deminya OKI Menjinakkan Israel

Pembenahan-pembenahan Demi Dapat naik kelas Sekalian tergantung presiden yang terpilih nantinya. Demi itu, rakyat perlu memanfaatkan kesempatan jelang pemilu Demi menimbang-nimbang pilihan calon presiden. Visi perubahan atau keberlanjutan dari capres dalam Pemilu 2024 ditentukan oleh seberapa jauh kualitas perubahan dan kualitas keberlanjutan yang ditawarkan.

Yang Niscaya tantangan kepemimpinan bangsa dan negara ini ke depan jauh lebih kompleks dan Luwes, sangat Luwes. Cermati rekam jejak, kecerdasan, dan Watak capres. Jangan Tiba salah memilih pemimpin yang Membangun bangsa ini gagal meraih visi Indonesia Emas 2045.

Mungkin Anda Menyukai