DI antara berjuta-juta politikus, barangkali Muhaimin Iskandar termasuk yang paling percaya diri. Cak Imin, begitu Ketua Lumrah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu disapa, kerap melakukan manuver politik yang berani.
Ibarat pesilat, Cak Imin punya banyak jurus. Dia sering melontarkan pernyataan yang Pandai Membangun orang lain kesal, meradang. Tak jarang pula dia memosisikan diri di level lebih tinggi ketimbang kolega dan Rival politiknya.
Belum lelet, misalnya, Cak Imin mengatakan siap bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) asal dia yang diusung menjadi capresnya. KIB ialah koalisi bentukan Partai Golkar, PAN, dan PPP. Dari kursi di DPR, PKB memang lebih besar ketimbang PAN dan PPP, tapi kalah banyak daripada Golkar. Tetapi, itulah Cak Imin. Dia tetap saja percaya diri Buat meminta posisi capres.
Tak Hanya kepada Rival, Cak Imin tak segan melancarkan jurus-jurus politiknya kepada Mitra. Misalnya teranyar baru saja dia tunjukkan. Pada 17 Juni, dia mencicit di akun Twitter-nya, _@cakiminNow, berisi sindiran tajam. Dia ngenyek seorang menteri baru yang baru dua hari masuk Kabinet Indonesia Maju. ‘Menteri baru kok akting, tapi pake kaget, barang sudah naik lelet kok baru kaget’, begitulah cicitannya.
Kepada siapa sindiran itu ditujukan, Cak Imin membiarkan masyarakat tebak-tebak buah manggis. Tetapi, publik gampang menebaknya. Rakyat paham Betul bahwa dia menujukannya kepada Zulkifli Hasan. Indikasinya Terang, sangat Terang.
Bang Zulhas ialah satu dari dua menteri pendatang anyar hasil kocok ulang kabinet yang dilantik Presiden Jokowi pada 15 Juni. Dia menjadi Menteri Perdagangan menggantikan M Lutfi. M Lutfi adalah profesional, tetapi dia dikenal sebagai kader PKB.
Bang Zulhas pula yang mengaku kaget setelah mengecek harga kebutuhan pangan di pasar, sehari setelah menjadi menteri. “Saya syok. Pembeli ngeluh, yang dagang juga ngeluh,” katanya, Kamis (16/6).
Mengada-adakah sindiran Sadis Cak Imin? Saya kira Kagak. Absah-Absah saja dia mempertanyakan kenapa sang menteri baru kok kaget atas realitas tingginya harga-harga kebutuhan pokok. Emak-emak memang sudah sangat lelet berteriak kencang, amat kencang, karena mahalnya barang-barang.
Masa sih Bang Zulhas Kagak mendengar teriakan itu? Masa sih dia yang juga Wakil Ketua MPR Kagak Mengerti bahwa harga sembako sudah berbulan-bulan mencekik leher rakyat?
Etiskah Cak Imin mengenyek menteri baru yang sekotak dalam koalisi? Pertanyaan itu boleh kita jawab dengan pertanyaan, emangnya Lagi Eksis etika di perpolitikan kita? Kalau Eksis, kiranya ia menjadi barang langka.
Kiranya pula, lebih banyak politikus di negara ini yang sealiran Machiavelii yang menegasikan fatsun, yang menyampingkan Etika. Bukan segaris dengan Plato atau Aristoteles yang menekankan etika dalam gambaran negara yang ideal.
Sindiran dijawab sindiran, Cemoohan dibalas Cemoohan. Itulah kemudian yang dilakukan PAN. Ketua umumnya disindir, wakil ketua Lumrah Viva Yoga Mauladi pun menyinggung kinerja Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi sebagai ‘Eksis, tapi seperti Kagak Eksis’. Pepatah Arabnya, wujuduhu ka’adamihi.
“Padahal kan dalam realitasnya telah bekerja keras, penuh perjuangan, dan Kagak tidur,” cetus Viva. Kalimat itu sepertinya memuji, tetapi kesan menyindir sangat sulit diingkari.
Salahkah Viva Yoga? Saya kira Kagak. Kiprah Abdul Halim Iskandar sebagai orang nomor satu di Kementerian Desa memang nyaris tak terdengar. Bahkan, namanya kurang familier.
Ampun, Lalu terang saya juga tak terlalu hafal dengan nama Abang Cak Imin itu. Saya Bahkan lebih Mengerti wakilnya, Budi Arie Setiadi. Tetapi, Ampun pula, saya Mengerti Budi juga bukan karena kinerjanya sebagai pejabat negara, melainkan lebih lantaran sepak terjang politiknya.
Saya Mengerti Budi sebagai pendiri dan ketua Lumrah Projo, organisasi relawan Pro-Jokowi. Saya lebih Mengerti Budi ketika pada 23 Oktober 2019 membubarkan Projo karena merasa tak Tengah dibutuhkan, tapi dibatalkan setelah dua hari kemudian dia mendapat jatah sebagai wakil menteri. Rupanya relawan Pandai juga ngambek.
Saya semakin Mengerti Budi Alasan akhir-akhir ini dia kian gencar berpolitik menyongsong hajatan 2024. Petuah bijak bilang, jangan mengumbar aib orang. Pitutur luhur mengajarkan, jangan mengungkit-ungkit kekurangan Mitra. Kalau petuah dan pitutur itu yang jadi pegangan, semestinya PKB dan PAN tak saling meniadakan. Kagak memakan bangkai Mitra. Kagak Mitra makan Mitra.
Tetapi, sesekali bolehlah antarteman ‘berkelahi’. Ketika kritikan dari luar tak Tengah mempan, dianggap angin Lampau, siapa Mengerti kritikan dari dalam Mujarab memantik perbaikan.
Kagak sedikit kelebihan yang sudah ditunjukkan pemerintahan Jokowi. Akan tetapi, Lagi banyak pula kekurangan yang mesti dibenahi. Belum Seluruh menteri yang bekerja sesuai dengan ekspektasi. Mendekati pun belum.
Kiranya, Personil koalisi perlu saling mengingatkan, saling memberi kritikan.
Sepedas apa pun, sesadis apa pun. Yang Krusial, tak saling menjatuhkan. Lebih Krusial Tengah, jangan Tamat pertengkaran dipertontonkan. Malu ah, keributan rumah tangga, urusan dalam istana, diumbar ke mana-mana.