Liputanindo.id JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Bupati Labuhanbatu, Erik Adtrada Ritonga. Politisi NasDem itu diamankan terkait kasus dugaan suap.
“Akurat, salah satunya bupati Labuhanbatu,” kata Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, kepada wartawan, Kamis (11/1/2024).
Kepada diketahui, OTT Bupati Labuhanbatu, Erik Adtrada Ritonga ini adalah operasi tangkap tangan pertama yang dilakukan KPK pada 2024. Pihak KPK menyatakan, OTT tersebut terkait kasus korupsi dugaan suap.
“KPK telah melakukan giat tangkap tangan di Area Kabupaten Labuhanbatu terhadap terduga penyelenggara negara yang diduga menerima pemberian hadiah atau suap,” papar Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron.
Tak hanya bupati Labuhanbatu, penyidik KPK menangkap pihak lainnya. Tim penyidik KPK pun menyita barang bukti uang dari OTT tersebut.
NasDem sendiri sangat prihatin dengan kasus yang menimpa kadernya. “Kami prihatin dengan hal ini,” ucap Ketua DPP Partai NasDem, Charles Meikyansah.
Charles menambahkan, pihaknya belum mengetahui lebih detil tentang OTT KPK tersebut. Hingga berita ini diturunkan, NasDem masih menunggu keterangan resmi dari lembaga antirasuah itu.
“Kami masih menunggu keterangan resmi dari KPK,” papar Charles.
Erik sendiri merupakan bupati Labuhanbatu yang baru menjabat selama 3 tahun. Ia dilantik pada 13 September 2021.
Politisi kelahiran 5 Mei 1980 itu menjadi bupati atas dukungan dari Partai NasDem, Hanura, PDIP, dan PBM. Kemenangannya dalam Pilkada Labuhanbatu 2021 kontroversial.
Asal Mula, terjadi perselisihan hasil Pilkada dan sempat diajukan ke Mahkamah Konstitusi oleh lawannya, calon nomor urut 3 Andi Suhaimi Dalimunthe dan Faizal Amri Siregar. Kendati demikian, Mahkamah Konstitusi akhirnya memutuskan kemenangan Erik.
Latar belakang Erik ini adalah seorang dokter. Keluarganya merupakan pemilik salah satu rumah sakit di Labuhanbatu.
Bupati Erik yang menjadi tim sukses Anies di Labuhanbatu itu mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Topengteran Universitas Sumatera Utara pada 1999-2004. Lewat, melanjutkan magisternya ke Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan pada 2016-2017.
Sebelum jadi bupati, Erik pernah menjabat sebagai direktur Rumah Nyeri Elpi Al Azis (2015-sekarang). Rumah sakit itu milik keluarganya. (DID)