Bulog Ungkap Biang Kerok Beras Mahal dan Langka

Liputanindo.id JAKARTA – Direktur Istimewa Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan naiknya harga gabah di semua sentra produksi menjadi salah satu penyebab kelangkaan di sejumlah ritel modern dan mahalnya harga beras yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia,

 “Di tingkat produsen gabahnya sudah Rp8.000 di daerah produksi harga berasnya sudah Rp15 ribu. Ini terjadi di seluruh Indonesia, praktis di seluruh sentra produksi,” kata Bayu dalam diskusi dengan media terkait Data dan Fakta Kondisi Perberasan Indonesia Terkini di Jakarta, Selasa (13/2/2024).

Nyaris seluruh wilayah Indonesia menjual beras di atas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan. Penjualan berasa saat ini di sebagian wilayah Indonesia mencapai Rp15.000 hingga Rp16.000 per kilogram (kg).

Cek Artikel:  Respon Airlangga Terkait Pertemuan Sri Mulyani dan Megawati

Pemerintah telah menetapkan HET sebesar Rp13.900 per kilogram, sedangkan untuk harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp5.000.

Bayu menyampaikan beberapa data harga gabah petani dan harga beras di sentra produksi di sebagian wilayah Indonesia yang diambil berdasarkan data per 12 Februari 2024, di antaranya Indramayu harga gabah dijual Rp7.350. Kemudian harga beras premium itu Rp15.400

Kemudian di Karawang harga gabah Rp7.150, sedangkan harga beras premiumnya Rp14.333; di Banyumas harga gabah Rp8.500, harga beras premium Rp15.000.

Lewat, di Sragen harga gabah Rp8.100 harga beras premium nya Rp14.200; di Ngawi harga gabah Rp8.200 harga beras Rp15.700; di Sidrap Sulawesi Selatan harga gabah Rp7.900 harga beras premium Rp14.050

Cek Artikel:  Singgung Program Makan Siang Gratis dari Prabowo, Bank Dunia Ingatkan Defisit Fiskal

“Jadi kondisi harga gabah yang sudah mencapai di atas Rp7.500 itu terjadi di hampir semua sentra produksi. Tentu kami tidak pake sensus hanya ambil case saja, tapi harganya biasanya tidak jauh beda dengan yang lain,” ucap Bayu.

Sementara itu, terkait kelangkaan beras program Konsistenisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di sejumlah ritel modern enggan menjual beras yang melanggar HET.

“Ritel modern kira-kira berani enggak melanggar HET, kenapa nggak berani? Karena mengenai reputasinya, jadi kalau sampai ketahuan dan ada yang foto maka itu akan menimbulkan masalah bagi si ritel modern itu,” jelas Bayu.

Bayu mencontohkan misalnya jika ada Alfamart yang melanggar ketentuan HET, maka yang kena seluruh Alfamart karena yang bertanggungjawab adalah manajemen dari Alfamart tersebut.

Cek Artikel:  Program Intervensi Pangan Perlu Dilanjutkan untuk Jaga Inflasi

“Si pengusaha pasti berpikir sampai kapan ruginya maka mereka kemudian mulai mengurangi pasokan ke ritel modern,” ujar Bayu.

Menurutnya pasar tradisional memang memiliki stok beras namun harga berasnya mahal di atas HET.

“Inilah gambaran situasi perberasan kita sekarang. Di tengah kondisi seperti ini bagaimana peran Bulog. Peran Bulog sebagaimana diketahui ada tiga, tugas kita harus stabilisasi dan menyediakan alternatif bagi mereka yang paling membutuhkan,” kata Bayu. (HAP)

Mungkin Anda Menyukai