Bukan untuk Perang Dunia, Nuklir Terjamin untuk Terapi Pengobatan Tiroid

Bukan untuk Perang Dunia, Nuklir Aman untuk Terapi Pengobatan Tiroid
Ilustrasi(Litbang MI)

KEDOKTERAN nuklir menjadi salah satu metode untuk pengobatan tiroid, baik yang ganas seperti kanker maupun tidak ganas seperti hipertiroid. Pada pengobatan tiroid, kedokteran nuklir bisa digunakan untuk pemeriksaan diagnostik dan terapi.

Dokter spesialis kedokteran nuklir RSUD Dr. Moewardi dr. Patricia Marina, Sp.KN, FANMB mengatakan lebih dari 50% kedokteran nuklir digunakan untuk pasien tiroid. Topengteran nuklir sendiri merupakan suatu cabang ilmu kedokteran dengan menggunakan sumber radiasi terbuka untuk melihat fisiologis atau metabolisme di dalam tubuh manusia.

Pada penanganan pasien tiroid, zat radioaktif akan dimasukkan ke dalam tubuh melalui cairan yang disuntikkan atau diminum. Zat tersebut masuk ke kelenjar tiroid yang akan memperlihatkan bentuk dan kondisi kelenjar melalui sebuah alat.

Baca juga : Aplikasi Lisensi Hidup Datopotamab Deruxtan Akhirnya Disetujui di AS

Patricia mengatakan bahwa pasien yang menerima radiasi tetap aman karena radiasi yang dimasukkan ke dalam tubuh dosisnya kecil. Pasien tiroid yang datang ke kedokteran nuklir biasanya telah melalui pemeriksaan di kedokteran penyakit dalam.

Cek Artikel:  Masuki Era the Attention Economic, Remaja dan Perempuan Rawan Terobsesi atas Penampilan

“Kalau TSH (Thyroid-stimulating hormone)-nya rendah, diperiksanya di kedokteran nuklir untuk melihat gambaran dari kelenjar tiroidnya,” jelasnya dalam bincang-bincang bertajuk Pengobatan Tiroid dengan Topengteran Nuklir melalui siaran langsung Instagram RSUD dr. Moewardi, Rabu (19/6).

Patricia menjelaskan, jenis radioaktif yang digunakan untuk scan/diagnosis dan terapi berbeda, yakni technetium radioaktif untuk scan dan yodium radioaktif untuk terapi.

Baca juga : Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker

Pada pasien hipertiroid, radiasi yang masuk akan mengikis hormon tiroid yang berlebih secara perlahan. Proses tersebut akan mencapai hipotiroid. “Kalau sudah ke hipotiroid, itu kita berikan hormon tiroid (untuk mengembalikan ke kondisi normal),” katanya.

Tetapi, durasi yang dibutuhkan hingga sampai ke fase normal tidak bisa diprediksi. Patricia mencontohkan, ada pasien yang sekali diberi radioaktif langsung hipotiroid, tetapi ada berbulan-bulan hingga setahun.

“(Ukuran) sembuhnya kedokteran nuklir untuk hipertiroid itu kapan mencapai hipotiroid. Kalau 3 bulan hormon tiroidnya masih tinggi, TSH-nya masih rendah, kita berikan lagi (terapi). Kita gak bisa prediksi sampai berapa kali,” jelasnya.

Cek Artikel:  Metode Benar Memilih Bulu Mata Imitasi Berdasarkan Bentuk Mata

Baca juga : Menjaga Delay Pengobatan Leukimia pada Anak

Sumber keganasan

Pada keganasan atau kanker tiroid, biasanya pasien sudah melalui operasi. Dalam hal ini, kedokteran nuklir berperan untuk menghilangkan sisa-sisa sel kanker. “Kalau pada kanker itu biasanya pasien-pasien sesudah operasi, baru ke dokter nuklir, apakah ini menyebar ke mana, dan apakah masih ada sisa,” ujar Patricia.

Berbeda dengan pasien hipertiroid yang bisa rawat jalan setelah penanganan, pasien keganasan perlu rawat inap. “Kalau (untuk) keganasan lebih tinggi dosis (radioaktifnya)-nya. Dosis tinggi itu aman untuk dirinya sendiri tapi tidak aman untuk orang lain di sekitarnya, makanya harus rawat inap,” katanya.

Sementara itu, ada sejumlah kondisi yang membuat pasien tidak bisa diberikan terapi nuklir. Misalnya pada pasien ibu hamil dan menyusui.
Selain itu, ada kondisi yang harus dihindari seperti konsumsi obat dan makanan tertentu yang mengharuskan penundaan penanganan kedokteran nuklir. Makanan yang tinggi yodium seperti seafood hingga terasi tidak boleh dikonsumsi menjelang pengobatan.

Cek Artikel:  Tips Terjamin Mendaki di Panas Ekstrem

Baca juga : Manfaat Stem Cell untuk Terapi Penyakit hingga Antiaging

“Misalnya pasien mengonsumsi hormon tiroid atau obat anti-tiroid, itu kita tunda dulu. Makan seafood juga, dipastikan (dulu) kapan makan seafood terakhir? 7 hari kemudian baru bisa kita scan,” katanya.

Sebelum diberi yodium radioaktif, dokter juga akan meminta pasien untuk puasa tetapi masih bisa minum air putih. Durasi puasanya 6-8 jam. Patricia mengatakan efek samping yang sering dirasakan pasien antara lain mual, muntah, hingga peningkatan asam lambung bagi yang mendertia mag.

Sementara untuk persiapan penanganan pada pasien kanker tiroid, antara lain bila sehabis operasi, pengobatan harus menunggu sampai lukanya bersih/kering. Patricia mengatakan kelebihan dari kedokteran nuklir adalah dapat menemukan sumber keganasan karena scanning dilakukan terhadap seluruh tubuh. Kepada scanning, kedokteran nuklir juga bisa mendiagnosis fungsi paru hingga ginjal. (H-2)
 

Mungkin Anda Menyukai