Liputanindo.id – Amerika Perkumpulan menolak kemenangan Nicolas Maduro dalam pilpres Venezuela yang disengketakan. Washington justru mengakui lawan Maduro, Edmundo Gonzalez sebagai pemenang.
“Mengingat bukti yang sangat banyak, jelas bagi Amerika Perkumpulan dan, yang terpenting, bagi rakyat Venezuela bahwa Edmundo Gonzalez Urrutia memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan presiden Venezuela pada 28 Juli,” Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Jumat (2/8/2024).
Pengumuman dari Washington tidak lebih dari sekadar memberi selamat kepada Gonzalez atas kampanye yang sukses, tetapi juga merupakan langkah terdekat AS sejak pemilihan umum yang disengketakan pada hari Minggu untuk mengakunya sebagai pemimpin baru negara OPEC tersebut.
Hasil pemungutan suara pemilihan presiden Venezuela menuai kecaman dunia karena dinilai curang. Dewan pemilihan Venezuela mengumumkan Maduro, yang telah berkuasa sejak 2013, sebagai pemenang pemilihan 28 Juli dengan 51 persen suara.
Tetapi, oposisi negara itu mengatakan penghitungannya sekitar 90 persen suara menunjukkan bahwa Gonzalez menerima lebih dari dua kali lipat dukungan dari presiden petahana, sejalan dengan jajak pendapat independen yang dilakukan sebelum pemilihan.
Oposisi telah merilis penghitungan terperinci di situs web publik, sementara pemerintah sejauh ini belum membagikan informasi apa pun di luar total suara nasional untuk setiap kandidat.
Pernyataan dari Blinken pada hari Kamis tidak mengancam sanksi baru terhadap Venezuela tetapi ia mengisyaratkan kemungkinan tindakan hukuman.
Berdasarkan laporan Reuters pada hari Selasa, bahwa Washington sedang mempertimbangkan sanksi baru setelah pemilihan yang disengketakan.
“Kami sepenuhnya mendukung proses membangun kembali norma-norma demokrasi di Venezuela dan siap mempertimbangkan cara-cara untuk memperkuatnya bersama dengan mitra internasional kami,” kata Blinken.
Blinken juga mendesak agar para pemimpin oposisi dilindungi dan dijaga keamanannya.
“Penegak hukum dan pasukan keamanan tidak boleh menjadi instrumen kekerasan politik yang digunakan terhadap warga negara yang menjalankan hak demokrasi mereka,” katanya.
Presiden Brasil, Meksiko, dan Kolombia meminta Venezuela untuk merilis penghitungan suara terperinci pada hari Kamis di tengah pertikaian mengenai hasil pemilihan presiden.