BRIN Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik di Laut Hingga Rp225 T per Pahamn

BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik di Laut Hingga Rp225 T per Tahun
Anggota berjalan diatas tumpukkan sampah plastik di Pantai Labuan, pandeglang, Banten, Selasa (12/12/2023).(ANTARA/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS)

TARGET pemerintah Indonesia dalam menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70% pada 2025. Tetapi faktanya, perhitungan tahun ini baru mencapai 41,68%.

Peneliti Ahli Primer Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Penemuan Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova menyatakan, potensi kerugian negara akibat kebocoran sampah plastik ke laut mencapai 225 triliun rupiah per tahun.

“Setelah kami hitung dari 2018 sampai 2023 secara kasar, rata-ratanya kurang lebih sekitar 484 ribu ton per tahun (sampah plastik) yang bocor ke lautan dunia dari kegiatan masyarakat kita. Kerugian kita antara Rp125 triliun sampai Rp225 triliun per tahun,” kata Reza dalam keterangan resmi, Kamis (12/9).

Cek Artikel:  Wapres Minta Kampus Sesuaikan Kurikulum dengan Kebutuhan Industri

Baca juga : 40% Masyarakat Indonesia Belum Punyai Akses Pelayanan Pengumpulan Sampah

“Dapat kita bayangkan secara kasar, dari 2018 sampai 2023 ini sudah enam tahun. Sekarang masuk tahun ke tujuh. Berarti secara kasar kita sudah kehilangan 2000 triliun rupiah akibat sampah plastik,” tambah dia.

Taksiran kerugian tersebut, terang Reza, dilihat dari kerugian secara ekonomi, pariwisata, kesehatan, hingga dari sisi teknis.

BRIN, kata dia, terus melakukan penelitian dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dalam mendeteksi jenis sampah plastik. Termasuk, melibatkan akademisi dari berbagai multidisiplin ilmu.

Baca juga : Sampah Plastik Ancam Keseimbangan Ekosistem Hewan di Laut

“Karena kalau kita bicara plastik, sampah plastik ini ketika terkena sinar matahari, angin, dan lain-lain, akan jadi mikroplastik. Semakin kecil ukuran plastik, semakin mudah pula akan masuk ke dalam tubuh kita,” katanya.

Cek Artikel:  Pansus Haji 2024 Terdapat Orang Dapat Berangkat dengan Masa Tunggu 0 Mengertin

Upaya lainnya, menurut Reza, perlu dilakukan proses bioremediasi yang membutuhkan waktu panjang. “Ketika sampah sudah bocor ke lingkungan, apa yang kita lakukan? Kita coba cari mikroba apa yang paling tepat untuk bisa ‘memakan’ sampah plastik itu,” ucapnya.

Reza juga menyoroti komitmen politis pimpinan daerah dalam penyediaan anggaran untuk pengelolaan sampah. Anggaran pengelolaan sampah, sebut dia, disebut optimal bila mencapai tiga hingga empat persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tapi yang terjadi saat ini, baru mencapai 0,07%. “Satu persen saja enggak sampai, Itu satu problematika besar,” tandasnya. (H-2)

Mungkin Anda Menyukai