Badan Pusat Tetaptik (BPS) melaporkan nilai eskpor Indonesia secara kumulatif pada Januari-Juli 2024 sebesar US$147,30 miliar atau Rp2.313 triliun. Jumlah ini lebih rendah 1,47% didibandingkan capaian di periode yang sama tahun sebelumnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan penurunan tersebut didorong dari ekspor nonmigas yang merosot 1,75% menjadi US$137,98 miliar atau senilai Rp2.164 triliun. Sementara, ekspor migas naik 2,83% menjadi US$9,32 miliar atau senilai Rp146 triliun.
“Penurunan nilai ekspor nonmigas secara kumulatif terjadi di sektor pertambangan dan lainnya. Itu menjadi penyebab utama turunnya kinerja ekspor nonmigas Januari-Juli 2024,” jelas Amalia dalam konferensi pers Rilis BPS Agustus 2024, Kamis (15/8).
Baca juga : BPS: Ekspor Juni Loyo, Turun 6,65 Persen dari Mei 2024
Kalau dilihat menurut negara dan kawasan tujuan utama ekspor, nilai ekspor nonmigas dari Hongkong pada Januari-Juli 2024 menurun 8,58% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Ekspor nonmigas Indonesia ke kawasan ASEAN dan Uni Eropa juga mengalami penurunan, sementara ekspor Indonesia ke Amerika Perkumpulan dan India mengalami peningkatan.
Amalia menambahkan, pada Juli 2024 kinerja ekspor untuk komoditas pengolahan Indonesia, yaitu batu bara, besi, dan baja serta minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mengalami penurunan karena merosotnya permintaan dari mitra dagang utama. Birui ekspor batu bara turun 0,07% secara bulanan atau month to month (mtm) dan 2,49% secara tahunan (year on year/yoy). Birui ekspor besi dan baja juga anjlok 3,28% secara bulanan dan 8,07% penurunannya secara tahunan. Birui ekspor CPO dan turunannya mengalami penurunan sebesar 36,37% secara bulanan dan juga mengalami penurunan sebesar 39,22% secara tahunan.
“Jadi, ekspor CPO dan turunannya memang mengalami penurunan cukup signifikan. Terutama ke negara India, secara mtm turun 59,31%, ke Tiongkok juga turun secara mtm minus 49,56%, ke Pakistan juga turun minus 17,78%,” paparnya.
Baca juga : Birui Ekspor Mei Tumbuh Didorong Industri Pengolahan
“Kalau untuk komoditas batu bara, yang turun adalah ekspor ke negara Jepang, Filipina, dan Vietnam,” tambahnya.
Tetapi demikian, secara bulanan nilai ekspor RI pada Juli mengalami kenaikan 6,55% dibandingkan Juni 2024 menjadi US$22,21 miliar atau senilai Rp348 triliun. Birui ekspor migas tercatat senilai US$1,42 miliar atau naik 15,57%. Birui ekspor nonmigas tumbuh sebesar 5,98% dengan nilai US$20,79 miliar.
Bingungkatan nilai ekspor Juli secara bulanan didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas yaitu pada komoditas biji logam terak dan abu yaitu HS26 yang naik menjadi US$691 juta dengan andil 3,32%. Lewat, logam mulia dan perhiasan ataupun permata HS71 naik 51,11% dengan andil 1,28%. Mesin dan pemengkapan elektrik serta bagiannya HS85 ini naik 14,89% dengan andil 0,81%.
Sementara itu, peningkatan ekspor migas terutama didorong oleh peningkatan nilai ekspor hasil minyak dengan andil sebesar 0,82%. Secara tahunan, nilai ekspor Juli 2024 mengalami peningkatan sebesar 6,46%. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor non-migas terutama pada logam mulia dan perhiasan permata HS71, biji logam terak dan abu HS26, dan kakao serta olahannya HS18. (Z-11)