Borrell Dorong Hukuman untuk Israel

Borrell Dorong Sanksi untuk Israel
Eropa menggodok sanksi untuk menteri Israel yang menebar kebencian.(Anadolu)

KEPALA Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan akan meminta para menteri luar negeri blok tersebut untuk mempertimbangkan sanksi terhadap para menteri Israel. Pasalnya mereka telah meluncurkan pesan kebencian yang tidak dapat diterima terhadap warga Palestina.

Sebelum menghadiri pertemuan informal para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, Borrell mengaku telah memulai prosedur untuk menanyakan kepada negara-negara anggota apakah mereka akan mempertimbangkan untuk mencantumkan dalam daftar sanksi. Sasarannya beberapa menteri Israel yang telah mengusulkan hal-hal yang jelas-jelas bertentangan dengan hukum internasional dan merupakan undangan untuk melakukan kejahatan perang.

“Uni Eropa seharusnya tidak memiliki tabu dalam menggunakan perangkatnya untuk menegakkan hukum humaniter yang dihormati,” katanya dilansir Anadolu, Sabtu (31/8).

Cek Artikel:  Dirjen WHO Bahas Wabah Mpox dengan Badan-Badan PBB di Kongo

Baca juga : UE Bersiap Memperluas Hukuman terhadap Iran Setelah Serangan terhadap Israel

Para menteri luar negeri Uni Eropa berkumpul di Brussels untuk pertemuan informal guna membahas topik global dan regional termasuk perang di Ukraina, dan situasi di Timur Tengah. Israel terus melancarkan serangan brutalnya di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Serangan itu telah mengakibatkan lebih dari 40.500 kematian warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 93.700 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat. Blokade berkelanjutan di Gaza telah mengakibatkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, sehingga sebagian besar wilayah hancur.

Cek Artikel:  Gembong Perdagangan Sosok Libia Dibunuh di Dekat Markasnya

Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Dunia, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum daerah itu diserbu pada 6 Mei. (I-2)

Mungkin Anda Menyukai