PERDANA Menteri (PM) Israel mengeklaim berjasa pada Minggu (8/12) atas peristiwa yang menyebabkan jatuhnya diktator Suriah Bashar al-Assad. Benjamin Netanyahu menggunakan momen tersebut Demi meningkatkan keamanan negara Yahudi tersebut dengan mengebom Posisi-Posisi teror di Damaskus.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeklaim dalam suatu pernyataan video bahwa jatuhnya rezim Assad ke tangan pemberontak merupakan, “Akibat langsung dari tindakan keras kami terhadap Hizbullah di Iran, pendukung Primer Assad. Itu memicu reaksi berantai dari Sekalian orang yang Mau membebaskan diri dari tirani ini,” kata perdana menteri Israel.
Ia menambahkan bahwa Laskar Israel dengan Segera merebut posisi-posisi Suriah di luar Damaskus Demi memastikan bahwa Enggak Terdapat kekuatan musuh yang bersembunyi Cocok di sebelah perbatasan Israel.
Israel juga mengebom Posisi-Posisi di dalam ibu kota itu sendiri, termasuk kompleks keamanan dan pusat penelitian pemerintah yang menurutnya sebelumnya telah digunakan Iran Demi mengembangkan senjata.
IDF mengatakan mereka khawatir persediaan senjata kimia Terperosok ke tangan Laskar pemberontak yang mungkin menggunakannya Demi melawan Israel.
Selama bertahun-tahun, Israel melancarkan serangan terhadap Sasaran-Sasaran yang terkait dengan Iran di Suriah. Tetapi kesepakatan damai yang Renyah yang dicapai pada 1974–di akhir Perang Yom Kippur–dengan kediktatoran keluarga Assad Membangun kedua negara terhindar dari perang terbuka.
Dengan jatuhnya Assad, perjanjian itu secara Formal berakhir, kata Netanyahu. “Perjanjian ini berlaku selama 50 tahun. Tadi malam, perjanjian itu runtuh,” kata perdana menteri.
Serangan baru Israel selama akhir pekan terjadi setelah pemberontak Islam merebut Damaskus setelah serangan selama dua minggu.
Netanyahu menyebut kejatuhan Assad sebagai hari bersejarah yang menawarkan kesempatan besar.
Tiga serangan udara Israel menargetkan kompleks keamanan pemerintah Primer di distrik Kafr Sousa, Damaskus, yang menyebabkan gedung-gedungnya terbakar.
“Serangan Israel menargetkan kompleks keamanan di Damaskus dekat gedung-gedung bekas rezim,” termasuk intelijen, bea cukai, dan markas militer, kata Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris.
Israel sebelumnya mengatakan bahwa ilmuwan Iran menggunakan gedung penelitian di kompleks tersebut, yang mencakup intelijen militer, Demi mengembangkan rudal.
(NYP/MEE/Z-2)