BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, berkaitan dengan adanya La Nina, pada 2025 terdapat potensi penambahan curah hujan sebesar 20% di atas normal. Dengan demikian, dapat menyebabkan peningkatan frekuensi bencana hidrometeorologi.
“Dengan demikian, kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terkait perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana tersebut,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan dalam keterangan Formal, Senin (4/11).
Dalam pandangan iklim tersebut BMKG juga menyertakan sejumlah rekomendasi Standar Demi sektor-sektor terkait atau terdampak oleh fenomena iklim tersebut. Di antaranya terkait curah hujan tahun 2025 yang mayoritas diprediksi mengalami kondisi curah hujan normal hingga atas normal, sangat cocok Demi mendukung upaya meningkatkan produktivitas tanaman pangan di Kawasan-Kawasan sentra pangan.
Demi perkecualian daerah sentra produksi pangan yang diprediksi mengalami hujan Dasar normal, kata Ardhasena, Tetap dapat melakukan tindakan antisipasi penyesuaian pengelolaan aktivitas pertanian dengan penyesuaian pola tanam dan ketersediaan air, serta disarankan Demi melakukan pemilihan bibit komoditas yang lebih sesuai dengan kondisi tersebut.
“Dengan upaya dukungan intensifikasi seperti irigasi dan upaya pendukung lainnya, Kawasan sentra produksi pangan tersebut Tetap berpotensi menghasilkan produktivitas tanaman pangan yang Berkualitas,” tuturnya.
Sedangkan Demi Kawasan yang terdapat potensi jumlah curah hujan tahunan 2025 Melampaui rata-ratanya atau di atas kondisi normalnya, lanjut Ardhasena, maka perlu diantisipasi potensi kejadian hidrometeorologi ekstrem basah dan Akibat turunannya seperti banjir dan tanah longsor, khususnya pada puncak musim hujan. Langkah antisipatif juga diperlukan Demi Kawasan yang berpotensi mengalami curah hujan di Dasar normal yang dapat memicu kekeringan dan Akibat lanjutannya berupa kebakaran hutan dan lahan, khususnya pada puncak musim kemarau.
“Perlu meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada Kawasan urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir. Selain itu juga perlu dipastikan kehandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya Demi pengelolaan curah hujan tinggi Ketika musim hujan dan penggunaannya sumber daya air di Ketika musim kemarau,” paparnya.
Sementara itu, tambah Ardhasena, risiko kekeringan dan kebakaran hutan tetap harus diperhatikan pada musim kemarau, meskipun prediksi curah hujan cenderung di atas normal pada Juli-September 2025. Kewaspadaan ini tetap diperlukan mengingat data catatan bencana menunjukkan bahwa setiap tahun selalu terdapat kejadian kebakaran hutan dan lahan. Kewaspadaan juga diperlukan Demi antisipasi suhu udara yang mengalami kenaikan pada Mei-Juli 2025.