BMKG Perkuat Sistem Peringatan Pagi Gempa dan Tsunami di Distrik Selat Sunda

BMKG Perkuat Sistem Peringatan Dini Gempa dan Tsunami di Wilayah Selat Sunda
LOGO(BMKG.GO.iI)

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan pihaknya sudah sangat siap soal peringatan dini gempa bumi dan tsunami di wilayah Selat Sunda. Hal itu menyusul adanya potensi gempa dan tsunami di wilayah tersebut. 

Dikatakan Ketua Tim Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Pagi Tsunami BMKG Wijayanto, saat ini di wilayah Selat Sunda ada sebanyak 17 sensor seismik yang terpasang, lalu 22 tide gauge/water level, 2 automatic weather system, 2 radar maritim, 15 sirine tsunami yang dipasang di Pasaruan, Labuan, Panimbang dan wilayah lainnya, 15 sistem penerima peringatan dini generasi terkini dan 7 kali sekolah lapang gempa dan tsunami BMKG. 

“Ini merupakan bukti dari kesiapan kami terkait dengan potensi gempa dan tsunami yang ada di wilayah Selat Sunda. Dan ke depan kita akan terus kembangkan,” kata Wijayanto, Selasa (8/10). 

Cek Artikel:  Ini Sosok di Balik Indonesia Maju Foundation

Baca juga : Nelayan Harap Teknologi Prakiraan Cuaca Realtime

Bukan hanya di wilayah itu saja, tapi secara keseluruhan Wijayanto menyebut bahwa BMKG terus melakukan pengembangan terkait dengan peringatan dini  untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi dan tsunami. Demi ini, desiminasi informasi dari InaTEWS saja sudah berada di angka kurang dari 3 menit setelah gempa. 

Selain itu, sampai dengan 2023, BMKG telah membangun sebanyak 533 seismograf. Dan ditargetkan pada 2024 ada sebanyak 20 instalasi baru seismograf sehingga total ada sebanyak 553 sensor seismograf di Indonesia. 

“Kita saat ini sudah sangat siap. Kalau dulu, secara rata-rata kita mendeteksi gempa bumi 4.000 sampai 6.000 event pertahun. Demi ini, mulai dari 2020 kita bisa mendeteksi lebih dari 10 ribu event gempa dalam setahun. Ini bukti bahwa kita tidak hanya mendeteksi megathrust saja, tapi juga gempa-gempa kecil berkekuatan di bawah 5 magnitudo,” pungkas dia. (S-1)  

Cek Artikel:  Paling Tinggi, Biaya Pelayanan Kesehatan Penyakit Jantung Letih Rp17,62 Triliun pada 2023

Mungkin Anda Menyukai