BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1981 – 2023 laju peningkatan suhu cenderung meningkat di seluruh stasiun BMKG. Hal ini merupakan salah satu indikator dan respon terhadap pemanasan global.
“Anomali suhu terhadap normalnya, rata-rata itu kalau dijumlahkan semua, selisihnya itu terhadap rata-rata perbulan dari 2020 itu 0,5 derajat celcius. Tetapi kalau acuannya dimundurkan, dari awal-awal pengamatan, misalnya dari tahun 1981 hingga 2010 itu 0,85 derajat celcius Maksudnya peingkatannya semakin kuat,” kata Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG kepada Siswanto di kantor BMKG, Jakarta Pusat, Senin (14/10).
Terdapatpun, berdasarkan pengamatan di 116 stasiun cuaca dan iklim BMKG, tahun 2023 menjadi tahun terpanas kedua di Indonesia setelah tahun 2016 dengan suhu rata-rata permukaan sebesar 27,2° celcius.
Pusingkatan suhu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga seluruh dunia. Terdapatpun periode tahun 2015 hingga tahun 2023 merupakan 9 tahun terpanas sepanjang sejarah.
“Pusingkatan suhu secara global maupun regional itu sangat inline dengan peningkatan gas rumah kaca, seluruh ilmuan di IPCC meyakini bahwa perubahan iklim hingga statusnya yang terkini itu tidak akan terjadi melainkan karena dampak aktivitas manusia yang tercermin dari data peningkatan gas rumah kaca,” jelasnya. (H-2)