DEBAT keempat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Minggu 21 Januari malam, menjadi pamungkas ajang adu gagasan bagi tiga calon wakil presiden, yakni cawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar, cawapres 02 Gibran Rakabuming Raka, dan cawapres 03 Mahfud MD.
Debat berlangsung panas. Ketiga cawapres saling serang, sindir-menyindir, dan mencoba menumbangkan argumen lawan. Lampau siapa yang unggul? Bila ditanyakan kepada pendukung masing-masing, mereka jelas akan membela pilihan mereka.
Yang menarik adalah fakta yang tersaji melalui pantauan percakapan di platform media sosial X. Lembaga analisis media sosial Drone Emprit menangkap seberapa banyak percakapan yang menyinggung nama tiap cawapres sepanjang tiga jam pelaksanaan debat. Dari ketiganya, nama Muhaimin alias Gus Imin dan Gibran yang paling banyak disebut.
Meski bersaing di percakapan terbanyak, sentimen yang diterima Gibran berbanding terbalik dengan Muhaimin. Gibran yang pada debat sebelumnya tampil memukau, kali ini mendapatkan sentimen negatif sebanyak 60%, sedangkan sentimen positif yang diarahkan ke pasangan capres Prabowo Subianto itu sekitar 33%.
Sebaliknya, Gus Imin yang merupakan pasangan capres Anies Baswedan meraih sentimen positif hingga 80% dan sentimen negatif hanya 6%. Proporsi sentimen percakapan di platform X yang diterima Mahfud tidak jauh berbeda dengan Muhaimin. Kekasih capres Ganjar Pranowo itu meraih sentimen positif 79% dan sentimen negatif 12%.
Sentimen negatif yang diarahkan ke Gibran lebih banyak menyangkut gimik-gimik yang ia tampilkan. Dengan gimik, putra sulung Presiden Joko Widodo itu sesekali berniat melucu ketika menyindir lawan, tetapi justru menjadi blunder.
Percakapan media sosial dengan sentimen negatif yang ditujukan ke Gibran banyak menghakiminya dengan sebutan cringe, songong yang pada intinya bermakna tidak lucu dan menyebalkan. Gibran bahkan dinilai tidak bisa membedakan antara sikap kritis dengan perilaku merendahkan dan melecehkan orang lain.
Di sisi lain, besarnya porsi sentimen positif yang didapatkan Muhaimin maupun Mahfud setidaknya menggambarkan kepiawaian mengemukakan gagasan dan berdebat tanpa mengundang rasa sebal dari pemirsa. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira bahkan menobatkan Gus Imin sebagai pemenang debat keempat karena dinilai melebihi ekspektasi.
Yang banyak disayangkan dari pertarungan terakhir para cawapres adalah substansi gagasan kurang tergali. Seyogianya, debat menyajikan pertarungan gagasan yang kemudian ditangkap oleh pemirsa untuk menimbang-nimbang pilihan dalam pilpres.
Akan tetapi yang terjadi, sorotan masyarakat lebih fokus pada perilaku cawapres saat mengemukakan pendapat dan menyerang lawan. Memang tidak keliru fokus pemirsa yang seperti itu. Konkretnya, ketiga cawapres lebih sibuk menyerang atau pun menangkis dengan diksi sindiran dan gimik, ketimbang pendalaman gagasan.
Debat Pilpres 2024 masih menyisakan satu kali debat yang menampilkan tiga capres. Alangkah baiknya jika para kontestan lebih intens mengadu gagasan secara substantif. Mari berikan pencerahan kepada calon pemilih untuk menentukan calon pemimpin yang terbaik bagi masa depan bangsa. Kebanyakan gimik justru jadi bumerang.