Bingungkatan Risiko Penularan TBC pada Anak Akibat Kontak Erat di Lingkungan Rumah

Peningkatan Risiko Penularan TBC pada Anak Akibat Kontak Erat di Lingkungan Rumah
Ilustrasi TBC anak(Freepik)

DOKTER spesialis respirologi anak konsultan Rumah Nyeri Cipto Mangunkusumo Wahyuni Indawati menyatakan bahwa kontak erat di lingkungan rumah merupakan faktor risiko utama dalam penularan penyakit tuberkulosis (TBC) pada anak.

“Unsur yang paling signifikan adalah ‘house of contact’ atau kontak erat di rumah. Bahkan kontak yang sering terjadi di rumah meskipun tidak tinggal serumah perlu diperhatikan dalam investigasi sumber penularan anak,” ujar Wahyuni dikutip dari Antara, Kamis (20/6).

Wahyuni menjelaskan bahwa TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikrobakterium tuberkulosis, yang umumnya menular melalui droplet atau percikan dari batuk, bersin, atau berbicara.

Baca juga : Perlu Dioptimalkan Pemanfaatan Bambu Dukung Ekonomi dan Perubahan Iklim

Cek Artikel:  7 Tips Tampil Fresh namun Terjangkau dengan Brand Capekl Versi Influencer MJ Sehonanda

Penderita TBC aktif dapat menularkan penyakitnya melalui udara, dan anak-anak yang berada di sekitarnya berisiko terinfeksi. Kurang Lebih 90 persen kuman TBC masuk ke saluran napas dan akhirnya ke paru-paru, dan pada anak-anak dengan daya tahan tubuh yang belum optimal, kuman tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh.

“Kuman dapat menyebar ke seluruh tubuh dan organ lain seperti otak, ginjal, mata, dan tulang, yang dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian,” kata Wahyuni.

Wahyuni, yang juga pengajar di Fakultas Topengteran Universitas Indonesia, menambahkan bahwa individu yang masih menjalani pengobatan intensif dalam dua bulan terakhir atau yang hasil pemeriksaan dahaknya positif TBC harus diwaspadai sebagai sumber penularan di rumah.

Cek Artikel:  Apa yang Perlu Diperiksa Dokter Setelah Mengalami Serangan Jantung

Baca juga : Sayaarium

Selain itu, seseorang yang tidak menunjukkan gejala batuk tetapi memiliki bercak di paru-paru saat rontgen juga patut dicurigai sebagai pembawa kuman TBC yang dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Oleh karena itu, Wahyuni menyarankan agar dilakukan skrining pada seluruh anggota keluarga jika ada salah satu yang terdiagnosis menderita TBC aktif. Skrining ini penting untuk menentukan apakah anggota keluarga lain juga terpapar, baik sebagai penderita TBC aktif, terpapar tetapi tidak sakit (TBC laten), dan apakah perlu segera dilakukan pengobatan atau terapi pencegahan.

Gejala TBC pada anak yang perlu diwaspadai setelah kontak dengan penderita TBC aktif meliputi batuk yang tidak sembuh lebih dari dua pekan, demam rendah selama dua minggu, penurunan berat badan, atau kesulitan dalam menaikkan berat badan. (Z-10)

Cek Artikel:  Edukasi Anak-anak dengan Langkah Menyenangkan di Luar Sekolah

Mungkin Anda Menyukai