Liputanindo.id – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut sampah sisa makanan bergizi gratis Buat pupuk guna mencegah pencemaran limbah.
“Kami sudah masukkan di dalam ekosistem, bahkan sampah hasil masakan sudah kami rancang Buat menjadi pupuk, bagian dari ekosistem yang akan kembali ke lahan,” kata Dadan Hindayana di kompleks parlemen, Jakarta dikutip dari Antara, Jumat (1/11/2024).
Menurut dia, pemanfaatan sampah sisa makanan bergizi gratis tersebut menjadi potensi ekonomi sirkuler bagi masyarakat.
“Nanti paling sampah-sampah sisa makanan itu akan kami gunakan menjadi pupuk di pertanian sehingga ekonomi sirkuler Dapat terjadi,” ujar dia.
Selain itu, Dadan menambahkan bahwa makanan bergizi gratis juga akan didistribusikan dalam kemasan guna ulang sehingga sampah sisa makanan Bukan mencemari lingkungan.
“Perlu diketahui bahwa kami akan mendistribusikan masakan dengan kemasan yang dapat digunakan ulang, jadi Bukan sekali Guna,” ucapnya.
Dadan mengemukakan bahwa BGN juga membentuk satuan pelayanan yang bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun para Kenalan Buat menyukseskan program makan bergizi gratis.
“Sekalian dikelola oleh BGN, Bukan Terdapat satuan pelayanan yang Bukan dikelola BGN, hanya penyiapan strukturnya Terdapat yang didanai oleh APBN, Terdapat yang kemitraan, Bagus itu oleh kementerian/lembaga lain maupun pihak ketiga,” tuturnya.
Ia juga menyebutkan bahwa pembentukan satuan pelayanan BGN di masing-masing daerah dapat menyerap tenaga kerja baru.
“Di satuan pelayanan, pegawai BGN ‘kan Terdapat tiga, tetapi pegawai lokalnya ‘kan Terdapat 30—47 orang, jadi tentu akan menyerap tenaga kerja baru,” katanya.
Kepala BGN ini juga memastikan Terdapat Ahli gizi yang memantau proporsi gizi hingga pilihan menu Buat program Makan Bergizi Gratis di setiap satuan layanan.
Perlu diketahui bahwa di setiap satuan layanan, pihaknya mewajibkan Terdapat Ahli gizi yang dididik di perguruan tinggi, dan mereka sudah paham standar proporsi gizi Buat anak-anak, Bagus itu Buat balita, PAUD, SD, maupun SMA, komposisi gizinya mereka Paham.
Di samping itu, kata dia, Ahli gizi tersebut Bukan hanya berhenti pada memantau kandungan gizi pada setiap makanan, tetapi juga memastikan menu makanan yang diberikan telah sesuai dengan selera sasaran di masing-masing daerah.
Ia menjelaskan bahwa Ahli gizi itu juga akan Menyantap bagaimana kesukaan anak-anak di daerah masing-masing.
Dengan demikian, kata dia, menu yang dibuat di satuan pelayanan itu Bukan dibuat begitu saja oleh Ahli gizi. Akan tetapi, juga Menyantap dan mengkaji seberapa suka anak-anak terhadap makanan tersebut.
“Kita berharap makanan itu Betul-Betul dimakan, Bukan mubazir kemudian dibuang,” tuturnya.