Betapa Krusial Pendidikan Vokasi di Perbatasan

Betapa Penting Pendidikan Vokasi di Perbatasan
Fransiscus Go(Dok pribadi)

INDONESIA akan mencatat sejarah baru. Pada 2045, negeri ini akan berusia 100 tahun. Pada usianya yang genap satu abad itulah bakal mendapat bonus demografi. Pada Ketika itu, jumlah pendulduk usia produktif  (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan dengan usia Kagak produktif (64 tahun ke atas). Kagak hanya banyak, tapi populasinya mendominasi usia Kagak produktif.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya bertajuk Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 memprediksi jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 318,96 juta jiwa pada 2045. Dari jumlah tersebut, penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 207,99 juta jiwa. Sedang penduduk usia Kagak produktif diperkirakan 110,97 juta jiwa. Rinciannya; sebanyak 44,99 juta penduduk usia sudah Kagak produktif di atas 65 tahun dan 65,98 juta penduduk usia belum produktif usia 0-14 tahun.

Bagi Indonesia, bonus demografi ibarat dua keping mata Duit. Di satu sisi Bisa menjadi ancaman, tapi di sisi lain Bisa menjadi Kesempatan yang akan menjadi kekuatan sumber daya. Apabila dimanfaatkan dengan Bagus, akan memberi Kesempatan Kepada meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya melalui peranan generasi usia produktif. Dengan bonus demografi Indonesia Bisa menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kelima dunia. 

Indonesia Emas 2045

Sebaliknya, bonus demografi juga dapat menjadi ancaman bagi Indonesia. Dengan banyaknya jumlah penduduk produktif berpeluang menambah Nomor pengangguran, Apabila Kagak disertai dengan peningkatan kualitas tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja.

Banyak Metode yang Bisa dilakukan Kepada Bisa memanfaatkan Kesempatan bonus demografi. Salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang Krusial bagi bangsa Indonesia Kepada Bisa meraih bonus demografi. Pertumbuhan penduduk harus dibarengi dengan kualitas penduduk agar Kagak menjadi beban.

Pemerintah harus mendorong masyarakat, terutama generasi muda, Kepada menempuh pendidikan dengan sebaik-baiknya, supaya Bisa menjadi generasi yang unggul, berkualitas, dan Mempunyai akhlak yang Bagus. Pendidikan Mempunyai peran Krusial dalam kemajuan suatu bangsa. Sistem pendidikan yang Bagus akan menciptakan SDM yang unggul dan Membangun suatu negara menjadi maju. 

Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara, negara tersebut semakin maju. Sebaliknya semakin rendah kualitas sistem pendidikan suatu negara, negara tersebut akan terbelakang. Karena itu, setiap  orang harus didorong Kepada meraih pendidikan setinggi-tingginya. Kagak hanya berhenti pada pendidikan menengah, tapi hingga pendidikan tinggi.

Undang-undang Nomor  20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional mengklasifikasikan pendidikan tinggi menjadi tiga, yakni pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi. Pendidikan akademik, adalah sistem pendidikan yang mengarah pada penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Jenjang yang tersedia pendidikan sarjana (strata 1/S1), magister (strata 2/S2), dan doktor (strata 3/S3). 

Sedangkan pendidikan vokasi mengutamakan pada penguasaan keahlian terapan tertentu. Pendidikan ini mencangkup program pendidikan Diploma I ( D1), Diploma II (D2), Diploma III (D3) dan Diploma IV (D4). Sementara pendidikan profesi merupakan lanjutan dari pendidikan akademik yang dipersiapkan Kepada peserta didik agar Mempunyai pekerjaan dengan persyaratan keahlian Tertentu.

Dalam beberapa Dasa warsa Lewat pendidikan akademik seperti program S1, S2, dan S3 Lagi menjadi primadona. Sebagian masyarakat Lagi mengutamakan gelar ketimbang skill dan kompetensi. Begitu juga di dunia kerja juga Lagi mengutamakan jenjang strata sebagai persyaratan Esensial memasuki dunia kerja. Bahkan jabatan strategis, Bagus itu di birokrasi, perusahaan swasta maupun BUMN, Lagi didominasi lulusan pendidikan akademik.

Kondisi itu Membangun pendidikan vokasi kurang mendapat tempat di masyarakat. Pendidikan yang menekankan pada keahlian ini dipandang sebelah mata. Mereka yang menempuh jalur pendidikan ini dianggap ‘Penduduk kelas dua’ dan dinilai kurang cukup cerdas dibandingkan dengan mereka yang menempuh pendidikan akademik.

Tetapi seiring dengan perkembangan Era, dunia pendidikan juga dituntut Kepada berubah. Orientasi pada pendidikan akademik mengalami pergeseran. Realita menunjukan gelar sarjana Rupanya Kagak menjamin mendapatkan pekerjaan. Banyak lulusan sarjana Lagi menganggur. Setidaknya itu terbukti dari hasil survei yang dilakukan BPS yang menunjukan, hingga Februari 2023 Terdapat 12% atau Sekeliling 958.800 sarjana menjadi pengangguran dari total pengangguran sebanyak 7,99 juta.

Cek Artikel:  Menguji Penetapan Tersangka Dugaan Korupsi Tom Lembong

Terdapat banyak Elemen yang menyebabkan besarnya pengangguran dari lulusan sarjana. Penelitian McKinsey, UNESCO, dan ILO menemukan adanya kesenjangan antara sistem pendidikan dengan dunia kerja di Indonesia. Kesenjangan tersebut terjadi karena kompetensi lulusan yang dihasilkan lembaga pendidikan, Kagak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Kompetensi menjadi hal Krusial Kepada meraih pasar kerja. Terlebih pada era sekarang ini ketika arus mobilitas tenaga kerja antarnegara semakin tinggi. Banyak pekerja asing yang masuk dan bekerja di Indonesia. Akibatnya, persaingan kerja semakin ketat. Kesempatan kerja yang tersedia di dalam negeri, akan diperebutkan oleh pekerja asing yang jauh lebih siap dibanding angkatan kerja Indonesia, Bagus dari segi kualitas, profesionalisme, dan kompetensinya.

Pentingnya vokasi

Di sinilah pentingnya pendidikan vokasi sebagai upaya Kepada meningkatkan kualitas SDM dan menjawab kebutuhan dunia kerja. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang berorientasi pada keahlian serta berkemampuan Kepada siap kerja. Dengan demikian, lulusan pendidikan vokasi Bisa Bertanding secara Mendunia karena Konsentrasi pada pengembangan keterampilan dan teknologi aplikatif. 

Pendidikan vokasi dapat memberikan kontribusi melalui  lulusannya yang Mempunyai kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), kritis, dan solutif Kepada menghadapi tantangan maupun Kesempatan yang Terdapat. 

Pendidikan vokasi diselenggarakan di berbagai satuan pendidikan, mulai dari sekolah menengah kejuruan (SMK), politeknik, perguruan tinggi vokasi, hingga pelatihan vokasi, seperti lembaga kursus dan pelatihan (LKP) dan balai latihan kerja.

Komitmen Kepada memajukan pendidikan vokasi sudah disuarakan Presiden Jokowi sejak 2016. Sejak itu, Konsentrasi dunia pendidikan di Indonesia diarahkan Kepada memberikan keterampilan kerja, terutama bagi generasi muda. Pendidikan dan pelatihan vokasi semakin diperkuat, seiring bergesernya strategi pembangunan dari pembangunan infrastruktur fisik, menjadi pembangunan Insan.

Presiden dalam berbagai kesempatan seringkali menyinggung tentang pentingnya pendidikan vokasi. Bagi Jokowi, infrastruktur dan pendidikan vokasi sama-sama Krusial. Adanya infrastruktur yang Bagus dan SDM yang kuat, menjadi modal Kepada membawa Indonesia menjadi negara maju. 

Pembangunan infrastruktur dan ekonomi baru yang dilakukan pemerintah selama Nyaris tujuh tahun ini membutuhkan tenaga kerja terampil, Mempunyai keahlian, dedikasi, dan etos kerja. Karena itulah, dalam Kabinet Indonesia Maju, pendidikan vokasi menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan Insan Indonesia di masa mendatang.

Presiden percaya dan Tentu melalui pendidikan vokasional, dapat melahirkan angkatan kerja dengan kemampuan yang relevan dengan kebutuhan industri, unggul dan Mempunyai daya saing. Agar pendidikan vokasi Bisa memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas SDM, dibutuhkan stimulus dan percepatan dalam Penyelenggaraan kebijakan penyelenggaraan pendidikan vokasi. Diperlukan kebijakan yang terarah dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi ke depannya, mulai dari pelatihan vokasi, pemagangan berbasis kompetensi di perusahaan, dan sertifikasi kompetensi. 

Di tengah upaya mendongkrak kelembagaan pendidikan vokasi tersebut, pendidikan vokasi juga Lagi menghadapi berbagai tantangan yang perlu segera diatasi. Data dari BPS (2021) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di kalangan lulusan pendidikan vokasi Lagi cukup tinggi, dengan persentase mencapai 10%-14% Kepada lulusan SMK dan 6%-8% Kepada lulusan diploma.

Memang diakui Ketika ini jumlah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan vokasi Lalu bertambah. Data di Kemendikbud Ristek menunjukan, pada tahun ajaran 2022/2023 jumlah SMK mencapai 14.265. Sebelumnya, pada tahun ajaran 2021/2022 sebanyak 14.198 SMK dengan jumlah siswa di atas 5 juta. Meskipun jumlah lembaga pendidikan vokasi Lalu bertambah, Tetapi kualitasnya Lagi jauh dari Asa.

Beberapa masalah yang dihadapi antara lain kurikulum yang Kagak selaras dengan kebutuhan industri, minimnya fasilitas dan prasarana, serta kurangnya kolaborasi dengan DUDI. Kalaupun Terdapat satuan pendidikan yang  Mempunyai sumber daya memadai Kepada menerapkan pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan DUDI, jumlah juga Lagi terbatas.

Kepada mengatasi permasalahan ini, pemerintah telah melakukan upaya Kepada merevitalisasi pendidikan vokasi. Revitalisasi pendidikan vokasi diperlukan Kepada menjawab tantangan perkembangan dunia kerja yang semakin Bergerak. Selain itu revitalisasi juga dibutuhkan sebagai upaya pembenahan pendidikan vokasi yang dilakukan secara menyeluruh Kepada mewujudkan SDM vokasi yang kompeten.

Cek Artikel:  Peran Pendidikan Antikorupsi

Revitalisasi pendidikan vokasi diwujudkan Presiden Jokowi dengan menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi, pada 21 Februari 2023. Sebelumnya, pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.

Hadirnya, dua regulasi itu dapat mendorong kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, kementerian/lembaga, serta DUDI Kepada mendukung strategi nasional penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi. Perpres ini mengamanatkan kepada pemerintah, dan  DUDI Kepada Serempak-sama memikul tanggung jawab menyiapkan SDM tenaga kerja Indonesia yang berkualitas.

Pelibatan DUDI dalam pendidikan vokasi dapat memberikan solusi atas permasalahan yang Terdapat. Kolaborasi antara pendidikan vokasi dengan DUDI akan memberikan kesempatan peserta didik  Kepada mengalami praktik kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri, serta mendapatkan bimbingan dan pelatihan langsung dari perusahaan.

Setidaknya Terdapat enam ruang lingkup dari revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Perpres tersebut. Pertama, perancangan sistem informasi pasar kerja Kepada membantu satuan pendidikan mengetahui kebutuhan tenaga kerja kompeten, mulai dari jumlah, jenis, Tamat lokasinya.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan SMK berbasis kompetensi, link and match, dan SMK pusat Keistimewaan. Ketiga, penyelenggaraan pendidikan tinggi vokasi berbasis link and match dan dual system. Keempat, penyelenggaraan pelatihan dan kursus keterampilan berbasis kompetensi, future job, skilling, reskilling, dan upskilling.

Kelima, penjaminan mutu pendidikan dan pelatihan vokasi, sertifikat kompetensi, dan akreditasi sertifikat lulusan. Keenam, peningkatan peran pemangku kepentingan yang meliputi kementerian/lembaga, pemerintah daerah, Ruangan Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Diterbitkannya Perpres No.68 tahun 2022 menunjukan pemerintah telah mengambil langkah yang kongkrit. Salah satunya dengan melakukan perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pendidikan dan pelatihan vokasi. Perubahan itu perlu dilakukan agar pendidikan vokasi menghasilkan tenaga kerja yang selaras dengan kebutuhan industri.

Kagak Terdapat pilihan bagi Indonesia Kepada menyediakan Kesempatan kerja dan meningkatkan kapasitas SDM kita agar lebih produktif dan lebih kompetitif. Terlebih jumlah angkatan kerja diperkirakan akan Lalu bertambah. Berdasarkan data BPS jumlah angkatan kerja di Indonesia per Agustus 2022 mencapai 143,72 juta jiwa dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 68,63% dari jumlah penduduk usia kerja. 

Jumlah angkatan kerja tersebut akan bertambah Sekeliling 2,55% atau Sekeliling 3,5 juta setiap tahunnya seiring pertambahan penduduk. Pada puncaknya, jumlah angkatan kerja diperkirakan akan mencapai 71% dari jumlah penduduk yang diprediksi menyentuh Nomor lebih dari 290 juta jiwa di 2030. 

Dukungan vokasi di perbatasan

Akses pendidikan yang merata adalah hak dasar setiap Penduduk negara. Tetapi kenyataannya, di daerah perbatasan seringkali terjadi kesenjangan dalam akses pendidikan, terutama pendidikan yang berkualitas. Karena itu, Krusial Kepada memberikan perhatian Tertentu pada pendidikan di daerah perbatasan, terutama pendidikan vokasi. 

Keberadaan pendidikan vokasi di daerah perbatasan Kagak dapat diabaikan. Pendidikan vokasi Mempunyai potensi besar Kepada meningkatkan kualitas SDM di daerah perbatasan, membuka Kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan ekonomi. Hadirnya pendidikan vokasi dapat menghubungkan keterampilan dengan Kesempatan kerja lokal. 

Di daerah perbatasan, seringkali terdapat potensi pekerjaan dalam sektor-sektor tertentu seperti pertanian, perikanan, industri kreatif, dan kerajinan lokal. Pendidikan vokasi dapat memberikan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan lokal, sehingga membuka Kesempatan lapangan kerja yang lebih luas bagi Penduduk setempat. 

Dengan menyediakan program vokasi yang relevan dengan kebutuhan lokal, masyarakat perbatasan dapat memperoleh pendidikan yang Kagak hanya bermanfaat, tetapi juga dapat meningkatkan Kesempatan kerja mereka di lingkungan Sekeliling.

Adanya tenaga kerja yang terampil dan siap kerja, sektor-sektor ekonomi lokal dapat tumbuh dan berkembang. Hal ini akan memberikan kontribusi dalam mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan.

Pendidikan vokasi yang Cocok dapat memberikan Akibat positif pada ekonomi lokal. Dengan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan siap kerja, sektor-sektor ekonomi lokal dapat tumbuh dan berkembang. Hal ini akan memberikan kontribusi dalam mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan.

Cek Artikel:  Masa Depan Palestina

Selain itu, pendidikan vokasi juga dapat menjadi wahana pelestarian budaya. Di daerah perbatasan, terdapat kekayaan budaya dan tradisi lokal yang berharga. Melalui pendidikan vokasi yang menghargai dan mempromosikan budaya tersebut, generasi muda dapat menjadi agen perubahan dalam melestarikan warisan budaya yang tak ternilai.

Karena itu, upaya Kepada meningkatkan akses dan mutu pendidikan vokasi di daerah perbatasan harus Lalu dilakukan guna menciptakan SDM yang unggul dan berdaya saing di era globalisasi ini. Hal ini Krusial agar sumber daya Insan di daerah perbatasan Mempunyai kesempatan yang sama Kepada mendapatkan pendidikan berkualitas dan mempersiapkan diri mereka Kepada masuk ke dunia kerja. 

Pendidikan vokasi di daerah perbatasan harus diberikan perhatian Tertentu dan dukungan penuh dari pemerintah dan para pemangku kepentingan. Dengan demikian, pendidikan vokasi dapat menjadi jembatan Kepada mengurangi kesenjangan pembangunan antara daerah perbatasan dan daerah lainnya di Indonesia.

Hanya saja Kepada mewujudkan pendidikan vokasi yang efektif di daerah perbatasan, diperlukan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat lokal. Pemerintah perlu memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan yang mendukung pengembangan pendidikan vokasi di perbatasan. 

Lembaga pendidikan perlu merancang program yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Sedangkan sektor swasta dapat berperan dalam memberikan pelatihan dan Kesempatan kerja bagi lulusan vokasi. Masyarakat lokal juga harus mendukung inisiatif ini dengan menghargai pentingnya pendidikan dan memotivasi generasi muda Kepada mengambil bagian dalam program vokasi.

Upgrade lewat vokasi

Pendidikan vokasi di daerah perbatasan bukan hanya tentang memberikan keterampilan praktis, tetapi juga dapat mendorong terciptanya teknologi Cocok guna yang dapat mengolah hasil produk lokal daerah. Di Area perbatasan banyak produk lokal yang belum dapat dikembangkan secara maksimal. Padahal produk tersebut Mempunyai prospek pasar yang menjanjikan. 

Ambil Teladan di perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT), Terdapat banyak produk unggulan Area tersebut. Salah satunya vanili. Tanaman rempah ini termasuk termahal di dunia setelah saffron. Vanili kerap disebut sebagai emas hijau lantaran nilai ekonomis dan harga jual yang tinggi. Pada 2020 saja harga biji vanili   Bisa mencapai US$ 200/kg. Tren ekspor produk ini juga tumbuh positif. Bahkan pada 2019 Indonesia menempati eksportir terbesar dunia setelah Madagaskar dan Prancis. 

NTT merupakan termasuk daerah yang Bisa menghasilkan vanili berkualitas Bagus. Daerah yang paling banyak menghasilkan vanili salah satunya Flores. Tetapi sayangnya, komoditi belum dikelola dengan Bagus. Bahkan  vanili Flores belum masuk komoditas ekspor, sehingga perlu Terdapat pengembangan agar komoditas tersebut Bisa masuk pasar Mendunia. Ketika ini di Flores yang masuk komoditas ekspor baru kakao dan kopi.

Di NTT bukan Hanya vanili yang belum tergarap maksimal, melainkan juga Terdapat teripang. Organisme yang bernilai ekonomis tinggi ini Hanya diperdagangkan dalam bentuk kering itu belum mendapat sentuhan pengolahan. Padahal melalui berbagai olahan Bisa dihasilkan sari teripang, seperti gonad kering (konoko), usus kering (konowata) atau kerupuk. 

Di sektor kehutanan NTT juga Mempunyai kayu cendana, yang disebut-sebut sebagai salah satu jenis kayu yang Mempunyai nilai jual cukup tinggi. Terdapat banyak kegunaan dan manfaat cendana Membangun jenis kayu ini paling banyak dicari para pedagang. Cendana dapat dipakai sebagai bahan pokok pembuatan dupa atau joss-sticks bahkan hingga minyak wangi.

Kembali-Kembali berbagai komoditi itu belum dikembangkan dari segi pengolahannya. Hadirnya pendidikan vokasi Area perbatasan seperti NTT, dapat menjadi mengembangkan pengolahan berbagai komoditi unggulan tersebut agar Mempunyai nilai tambah. 

Intinya, dengan memahami potensi lokal, pendidikan vokasi dapat menjadi instrumen Krusial dalam membentuk perbatasan yang lebih maju, sejahtera, dan berdaya saing. Melalui kolaborasi yang kokoh dan komitmen yang Lurus, kita dapat membangun masa depan yang lebih berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama di daerah perbatasan.

Mungkin Anda Menyukai