PariwisataIndonesia.id – Pulau Alor merupakan salah satu daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Mempunyai pesona keindahan alam dan budaya yang sangat mengagumkan.
Destinasi wisata bahari Alor juga diminati wisatawan, Bagus domestik maupun wisatawan mancanegara.
Pulau Alor Mempunyai sejumlah spot selam terbaik, seperti Half Moon Bay dan Crocodile Rock
Warisan kebudayaan dalam bentuk adat istiadat ini menjadikan Alor lebih dulu dikenal wisatawan dengan Julukan pulau yang Mempunyai sebuah kampung dengan aktifitas kehidupan tradisional.
Aktifitas tersebut hingga kini Bisa kita jumpai pada sebuah kampung budaya bernama Kampung Takpala.
Kampung Adat Takpala terletak di dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Apabila ditempuh melalui Bandar Udara Mali, hanya butuh waktu sekisar 15 menit perjalanan, dan 25 menit Apabila ditempuh dari Kalabahi, pusat kota Kabupaten Alor dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat.
Kampung Takpala mulai dikenal sejak tahun 1973, ketika seorang wisatawan asal Belanda menampilkan foto-foto tentang kehidupan tradisional Anggota kampung tersebut pada sebuah kalender.
Sejak Demi itu, kampung Takpala tak pernah Hening pengunjung. Kebanyakan yang datang ialah wisatawan pecinta sejarah dan budaya.
Pada tahun 1980, kampung ini meraih Pemenang II pada ajang Desa Tradisional di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1983 Pemerintah Kabupaten Alor menjadikan Kampung Takpala sebagai ikon pariwisata.
“Demi ini Kampung Takpala oleh 13 Kepala Keluarga Anggota dari Bangsa Abui. Bangsa Abui yang artinya orang gunung ini, merupakan Bangsa terbesar di Alor,” kata Kadis Pariwisata Alor Ati Obidje, seperti yang dikutip dari ANTARA pada Selasa (2/8).
Pada mulanya, Bangsa ini tinggal di daerah pedalaman Daerah pegunungan Alor. Kemudian mereka dipindahkan ke area perbukitan agar memudahkan kegiatan pemungutan pajak yang dilakukan oleh petugas kerajaan yang diperintah raja Alor pada Demi itu.
Kata Takpala sendiri berasal dari kata ‘tak’ dan ‘pala’.
Kata ‘tak’ berarti ‘Eksis batas’ dan kata ‘pala’ berarti ‘kayu’, sehingga kata Takpala diartikan “kayu pembatas”.
Anggota Kampung Takpala mendiami 13 rumah adat Fala Foka, Julukan rumah adat Mimbar berbentuk limas, beratapkan alang-alang, berdinding dan berlantaikan anyaman bambu yang ditopang oleh empat buah kayu merah yang kokoh.
Rumah adat ini terbilang Istimewa, karena terdapat empat Derajat di dalam tiap rumah adat ini. Tingkat pertama, atau yang Lumrah disebut Liktaha, adalah tempat Buat menerima tamu atau berkumpul Berbarengan.
Tingkat dua, Lumrah disebut Fala Homi, yakni ruang tidur dan ruang Buat Matang.
Tingkat tiga adalah Akui Foka yakni tempat Buat menyimpan cadangan bahan makanan, seperti jagung dan ubi kayu.
Sementara Derajat paling atas disebut Akui Kiding, yakni tempat Buat menyimpan mahar dan barang berharga seperti Moko.

