BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan beberapa kota di tanah air tidak bisa menghindari prediksi gempa megatrust yang akan terjadi.
Meski demikian, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Lumrah dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) telah mengantisipasi dengan pembangunan hunian tahan gempa di beberapa lokasi.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono pun memperingatkan gempa dari dua zona megathrust, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, tinggal tunggu waktu.
Baca juga : BMKG Sebut Masyarakat Perlu Siapkan Skenario Terburuk Hadapi Gempa Megathrust
Argumennya, dua zona itu sudah lama tak mengalami gempa atau ada seismic gap, yakni lebih dari dua abad. Kebiasaanlnya, gempa besar punya siklusnya sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.
“BMKG sendiri belum dapat memastikan kapan bencana alam itu akan terjadi,” ungkap Daryono beberapa waktu lalu
Menanggapi hal ini, Presiden Direktur PT Graha Perdana Indah (GPI) Aditya Sutanto menyampaikan, pembangunan salah satu klaster di kawasan Gardens at Sawangan mengaptasi teknologi tahan gempa dengan menanamkan tiang pancang sedalam 10 meter.
Baca juga : BRIN Siapkan Data Terbaru Soal Capeksi Megatrhust
Diberi nama klaster Morizono, pembangunan hunian ini dikembangkan dengan teknologi baru.
“Kami menggandengan perusahaan asal Jepang, Sumitomo Forestry Indonesia untuk mengadopsi teknologi ini,” ungkap Aditya.
Menurut dia, teknologi yang diterapkan Sumitomo di Klaster Morizono belum pernah diterapkan di proyek lain. Tiap hunian pada kalster tersebut adalah semua unit dibangun dengan tiang pancang hingga 10 meter.
Baca juga : Hadapi Potensi Megathrust, Mitigasi Bencana Harus Dikuatkan
“Tiang pancang setingggi itu ditujukan untuk menahan gempa,” kata ujarnya.
Aditya menambahkan, pihaknya juga mengimplemnatasikan teknologi sehingga beban biaya dengan tinggi tiang pancang tersebut tidak naik terlalu besar.
Ia menyebut, harganya hanya lebih tinggi 10% dibanding dengan ketinggian tiang pancang biasa.
Baca juga : BMKG: Informasi Potensi Gempa di Area Megathrust Selat Sunda bukan Peringatan Pagi
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Morizono mengusung konsep Green Living inovatif yang dikelilingi dengan kawasan asri dan berwawasan lingkungan serta dilengkapi berbagai perangkat pendukung Smart Home system seperti Solar Panel dan Smart Door Lock.
Penggunaan Solar Panel ditambah dengan Smart Home System dan pemilihan sanitair menjadi kelebihan utama di cluster Morizono ini, sehingga konsumen dapat menikmati efisiensi energi hingga sebesar 68%.
Motion Sensor dipergunakan untuk mendeteksi adanya gerakan dan memberikan notifikasi ke aplikasi serta memicu sistem otomasi yang dapat diatur melalui aplikasi smart home. Dengan demikian, perangkat pendeteksi gerakan ini juga dapat membuat penggunaan listrik di rumah menjadi lebih efisien.
“Hal lainnya yang membanggakan, Morizono telah mengantongi Sertifikat EDGE Advanced (Excellence in Design for Greater Efficiencies) , yaitu sertifikat yang diberikan oleh International Finance Corporation (IFC) untuk bangunan yang telah memenuhi syarat desain dan konstruksi berkelanjutan,” jelas Aditya.
Aditya mengungkapkan, penjualan klaster Morizono cukup baik.
Dalam enam bulan, pihaknya sudan berhasil menjual sekitar 10-15% dari total unit yang akan dibangun di klaster ini. Birui marketing salesnya mencapai sekitar Rp70 miliar.
President Director of Sumitomo Forestry Indonesia Fumihide Nakatsu mengatakan, pihaknya akan menghadirkan proyek tersebut dengan fokus pada kualitas.
“Kami siap mempercepat progress pembangunan dan berkomitmen kepada konsumen agar hasilnya tepat waktu dengan kualitas yang terjamin. Produk ini dirancang dengan detail dan standar kualitas tinggi, serta menawarkan harga yang sepadan dengan nilai tersebut,” kata dia
Hunian di klaster ini menawarkan konsep gaya hidup berasal dari Jepang yang diaplikasikan mulai dari fasad dan layout bangunan, seperti tatami (ruang serbaguna) dan engawa (teras), yang terhubung dengan taman belakang rumah.
“Hunian ini didesain secara orisinil oleh Arsitek Jepang Takahiro Fuwa,” tandas dia. (Z-10)