PUASA itu ancient ritual, telah dilakukan oleh manusia sejak zaman dahulu kala. Praktik puasa memiliki akar yang dalam dalam sejarah manusia dan telah digunakan untuk berbagai tujuan termasuk alasan spiritual, kesehatan dan budaya. Kehadirannya yang bertahan dalam berbagai peradaban menggarisbawahi signifikansinya sebagai sebuah ritual lama yang terus dipraktikkan dalam masyarakat kontemporer.
Salah satu bukti awal tentang puasa berasal dari Yunani kuno, di mana puasa diyakini memiliki manfaat fisik dan spiritual. Filosof Yunani seperti Pythagoras dan Plato mempromosikan puasa sebagai cara untuk membersihkan tubuh dan pikiran. Bukti arkeologis juga mendukung sejarah panjang puasa.
Misalnya, hieroglif Mesir kuno menggambarkan puasa sebagai bentuk penyucian dan praktik spiritual. Selain itu, teks-teks kuno India seperti Weda menyebutkan puasa sebagai cara untuk membersihkan tubuh dan pikiran. Dalam agama Islam, berpuasa merupakan kebiasaan yang telah dilakukan oleh para Nabi dan orang-orang saleh sejak dahulu kala.
Baca juga : Fikih Puasa: Syarat Wajib, Syarat Absah, Rukun, Pembatal, Perkara Sunah
Ketika ini, penganut berbagai agama mempraktikkannya. Tujuannya sama, mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengembangkan solidaritas sosial terhadap sesama. Hanya dalam setiap zaman dan agama cara pelaksanaannya berbeda-beda. Eksis yang berpuasa hanya dalam beberapa jam dalam satu hari (simple fasting) tetapi adapula yang berpuasa hingga 24-48 jam selama beberapa hari (warrior fasting). Dalam berpuasa, ada yang tidak makan dan minum apapun tetapi ada juga yang hanya tidak mengonsumsi makanan tertentu.
Dalam Islam, puasa diwajibkan selama sebulan dalam bulan Ramadan. Mulai dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari, umat muslim mesti berpuasa dari makanan, minuman dan melakukan hubungan seksual. Mereka juga dianjurkan tidak berghibah, menipu, berdusta dan melakukan hal-hal buruk lainnya. Waktu yang ada harus diisi kegiatan kebaikan termasuk beribadah, bersedekah dan menolong orang lain.
Malam harinya, mereka dianjurkan memperbanyak beribadah, berzikir dan bertafakur; termasuk mengintrospeksi perjalanan hidup mereka selama ini. Puasa Ramadan adalah ibadah wajib dan merupakan pilar Islam. Tujuan akhirnya menjadikan manusia takwa. Orang yang bertakwa akan memiliki automatic control, ada atau tidaknya saksi dan peraturan, mereka akan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Baca juga : Tips Sehat Menjalani Puasa Ramadan, Apa Saja?
Berpuasa dapat memberikan berbagai hal positif. Pertama, penurunan kadar gula darah. Penurunan asupan makanan menyebabkan tubuh mulai menggunakan cadangan gula darah dan hati untuk memenuhi kebutuhan energi. Ini menyebabkan penurunan kadar gula darah. Kedua, mobilisasi cadangan energi.
Ketika cadangan glukosa dalam tubuh habis, tubuh mulai memecah lemak menjadi asam lemak dan keton sebagai sumber energi alternatif. Proses ini dikenal sebagai ketosis, yang dapat memberikan energi bagi tubuh dan otak. Ketiga, penurunan berat badan. Puasa menyebabkan penurunan berat badan karena tubuh membakar cadangan lemak sebagai sumber energi.
Keempat, puasa menyebabkan perubahan hormonal tubuh. Hormon insulin turun saat puasa untuk membantu mengatur kadar gula darah; hormon pertumbuhan dapat meningkat, yang dapat membantu mempertahankan massa otot selama puasa. Selain itu, saat puasa terjadi penghematan energi tubuh. Metabolisme tubuh cenderung melambat selama puasa. Tujuannya untuk mengurangi kehilangan energi dan mempertahankan fungsi tubuh yang penting.
Baca juga : Memahami 6 Keutamaan Puasa Ramadan, Yuk Telaah Lebih Dalam!
Dan tidak kalah pentingnya adalah perubahan sistem pencernaan. Puasa dapat memberikan waktu istirahat bagi sistem pencernaan. Produksi asam lambung berkurang, dan peristaltik usus dapat melambat.
Banyak fakta ilmiah mendukung hal iniKES. Pusingkatan sensitivitas insulin, tekanan darah, dan stres oksidatif terjadi pada pasien prediabetes yang berpuasa. Ketika ini telah banyak systemtic review terkait manfaat puasa Ramadan.
Dalam studi LORAN, puasa Ramadan menurunkan tekanan darah sistolik 7,3 mmHg dan tekanan darah diastolik 3,4 mmHg. Penurunan ini setara atau melebihi efek mengkonsumsi satu obat anti-hipertensi. Kasarnya, berpuasa dapat meminimalkan penyakit hipertensi, diabetes dan sindrom metabolik. Penelitian lain menjelaskan bahwa pada orang berpuasa akan mengalami proses otofagi dan perkembangan sel-sel otak yang berperan memperlambat penyakit kanker dan Alzheimer.
Terlepas dari beragam bukti illmiah di atas, tujuan orang muslim berpuasa adalah menjadi insan takwa dan bukan untuk kesehatan. Manfaat kesehatan dianggap bonus; ada atau tidaknya itu bukan soal. Ramadhan dianggap golden opportunity untuk menjadi takwa. Makanya jangan heran bila melihat masjid penuh saat bulan puasa. Mereka ingin mencari ridha Allah. Dan memperoleh tubuh lebih sehat sebagai bonus. (H-2)